Ikuti Kami di Google News

Founder Komunitas Jelajah Kampung, Muhammad Anwar (memakai tutup kepala). (Had)

MALANG NEWS – Adanya pandemi mengharuskan seseorang menjalankan mekanisme survival agar bertahan hidup.

Menariknya, nenek moyang kita mempunyai beragam warisan kearifan lokal yang tak lekang oleh zaman yang bisa dimanfaatkan hingga saat kini.

Alam memberikan banyak kebaikan dan manfaatnya, tinggal bagaimana cara kita mengolahnya dengan baik.

Pola hidup sehat mandiri dengan resep alami jadi pilihan Founder Komunitas Jelajah Kampung, Muhammad Anwar.

Ia sudah 5 tahun ini tidak mengkonsumsi obat pabrikan atau ke rumah sakit (kecuali waktu terapi kecelakaan patah tulang yang mendera selama 1 bulan pada 2020) lalu.

Dari desa dan tengah kota, menemui banyak resep alami yang dapat menjadi suplemen untuk terus sehat.

Resep alami tidak melulu disebutnya jamu, dari seduhan dan racikan yang rasanya nikmat juga bisa menyehatkan.

Bahkan mulai banyak resep alami sudah jadi menu-menu kedai kekinian. Anwar menyebutnya sebagai immunotherapy.

“Kalau bisa jangan nunggu sakit baru kita bingung menangani. Rawat hidup sehat dari resep-resep alami warisan kearifan lokal yang bahannya ada banyak melimpah di sekitar kita,” tukas Anwar, Sabtu (14/8/2021).

Ia menjelaskan, manfaat immunotherapy. Immunotherapy awalnya dikenal di lingkungan medis untuk penanganan kanker, bagaimana tubuh dan pikiran ditherapi agar tidak ketergantungan pada obat, menyembuhkan dari kekuatan di dalam tubuh itu sendiri. Mulai dari optimisme untuk sembuh dan seterusnya. Manfaatnya tentu kemandirian untuk sehat secara preventif, mitigasi ketahanan tubuh untuk terus memproduksi “pasukan imun” kekebalan di dalam tubuh semakin banyak dan kuat,” jelasnya.

“Dasar Immunotherapy tentu dari keilmuan yang sudah ada dari warisan leluhur yang telah terbukti secara ilmiah. Dari literasi ramuan yang sudah menjadi budaya inilah dikorelasikan dengan keilmuan, dengan perhitungan rasional sehingga jadi treatment, pola hidup, cara pandang terhadap invasi penyakit dari luar diri dibentengi bukan dengan cara responsif, namun preventif, menyusun persiapan sebaik-baiknya,” terangnya.

Ia mengungkapkan, mengapa konsep dan praktik imunotherapy langka saat ini.

“Kurangnya minat literasi terhadap hal-hal yang bermanfaat ada di dekat kita dan persepsi soal bentuk atau kemasan sajian, sehingga yang kuno-kuno jadi stigma tidak kekinian atau tidak modern. Sehingga perlu terobosan “branding” baru dari apa yang Kekunoan jadi Kekinian tanpa menghilangkan substansi, inti manfaat dari ramuan immunotherapy. Plus, hegemoni iklan dan pendidikan yang mengubah gaya hidup menjadi praktis, serba instant,” tandasnya.

Ia memaparkan, immunotherapy bisa untuk antisipasi Covid.

“Antisipasi jelas bisa, karena itu kita harus belajar dan paham akan karakter si virus yang menyerang daya tahan tubuh. Lalu kita siapkan pasukan kekebalan sebanyak-banyaknya dan sekuat-kuatnya, dengan ramuan yang pas dan rasional, ramuan alami (probiotik) tidak menimbulkan efek samping berbeda dengan takaran obat kimiawi (antibiotik),” imbuhnya.

“Harapan saya setiap orang mesti mengenal potensi, aset, dan kerentanan jiwa raganya. Akal dan emosi harus mengenal tentang imantherapy, sedang pikiran dan tubuh fisiklah yang dipahamkan tentang immunotherapy. Literasi dan referensi keilmuan mudah diakses siapa saja, maka kita harus rajin-rajin membaca, memahami, dan mengolahnya minimal untuk kemanfaatan diri sendiri serta orang-orang terdekat kita,” pungkasnya.

Bagi pembaca yang ingin mengetahui kiprah pemulia kearifan lokal bisa mengunjungi link-link berikut ini FB: https://www.facebook.com/jelajahkampung/ YouTube : https://youtu.be/EeUU5ZjDq5w IG: https://instagram.com/jelajahkampung?utm_medium=copy_link. (Had)

Share: