Ikuti Kami di Google News

Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB (Universitas Brawijaya) Malang, Rachmat Kriyantono, PhD. (Had)

MALANG NEWS – Building-information subsidies bagi jurnalis selama pandemi sangat dibutuhkan.

Terkait hal ini, Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB (Universitas Brawijaya) Malang, Rachmat Kriyantono, PhD melakukan riset ilmiah independen.

“Kami melakukan riset untuk mengukur kualitas website pemerintah Indonesia (www.covid19.go.id) dan Malaysia  (www.covid-19.moh.gov.my) sebagai fungsi agenda building-information subsidies bagi jurnalis selama pandemi,” tegas Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB (Universitas Brawijaya) Malang, Rachmat Kriyantono, PhD, Rabu (11/8/2021).

Seperti diketahui, guna mengetahui mutu Website penanganan Covid-19,
Dosen dan Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB (Universitas Brawijaya) Malang, Rachmat Kriyantono, PhD melakukan riset ilmiah independent.

Adapun tujuan risetnya adalah studi komparatif dua negara. Kedua negara termasuk negara ASEAN yang mengalami peningkatan penderita Covid pada Juli 2021 ini.

Pada Februari 2021, jumlah penderita di Indonesia 1.1 juta, naik menjadi 2.56 juta (0.94 persen dari populasi) pada Juli 2021. Malaysia, dari 242 ribu pada Februari 2021 menjadi 844 ribu (2.59 persen dari populasi) pada Juli 2021.

Kenaikan sama-sama dipicu liburan Hari Raya dan ibadah puasa, karena keduanya berkarakter sama secara sosial budaya.

Malaysia dengan kebijakan Lockdown yang juga diperpanjang. Indonesia dengan PPKM darurat, yang juga diperpanjang beberapa kali.

URGENSI RISET

Pandemi ini masalah krusial yang mengancam jiwa, beserta aspek ekonomi, budaya, sosial dan psikologis masyarakat.

Karena itu, masyarakat butuh informasi. Pemerintah harus menjamin jangan terjadi lack of information pada masyarakat.

Informasi adalah urgen agar masyarakat paham Covid. Jika paham maka persepsi dan perilaku tidak keliru.

Mediator informasi antara pemerintah-masyarakat adalah jurnalis. Jurnalis butuh informasi kredibel dan pemerintah dianggap kredibel di tengah hoaks yang banyak.

Karena social distancing selama pandemi, maka website menjadi sumber informasi terpenting.

Kuesioner hanya disebar kurang dari seminggu. Ada 37 orang jurnalis Indonesia dan 36 jurnalis Malaysia bersedia menjadi responden.

“Pemilihan sampel menggunakan convenience sampling. Kuesioner dalam Google Form diedarkan via WA (WhatsApp) kepada networking  jurnalis-jurnalis. Di Malaysia, dibantu Dr. Azahar Kasim, dosen UUM Kedah dan mantan jurnalis,” terang Pria alumnus FISIP Universitas Airlangga ini.

TEMUAN PENTING

Riset ini menghasilkan sejumlah temuan penting. Yakni mengonfirmasi, bahwa kualitas website dapat meningkatkan fungsi information subsidies terkait Covid.

Tingkat interaktif (seperti forum dialog, mengajak partisipasi dalam kampanye, feature komen) kedua website masih rendah, meski dari aspek teknologi atau usability (seperti kemudahan akses, navigasi) dan kualitas informasi (kelengkapan informasi, update, keterpercayaan dan lain-lain, sudah baik.

Website Malaysia dinilai lebih baik dalam fungsi agenda building-information subsidies. Artinya, jurnalis Malaysia lebih banyak yang menulis dan menyebarkan berita dengan bersumber pada informasi di website tersebut.

Hal ini berkorelasi dengan level interaktif website pemerintah Malaysia yang lebih tinggi, daripada website pemerintah Indonesia.

“Hasil riset beserta temuan akan dipresentasikan dalam International Conference on Media Studies di Malaysia tahun ini,” tegas pria lulusan PhD di bidang Public Relations Edith Cowan University Western Australia ini.

Riset dilakukan tidak melibatkan sponsor eksternal agar berjalan cepat. Sementara untuk keperluan konferensi akan difasilitasi FISIP UB Malang. (Had)

Share: