MALANG NEWS – Dalam pembelajaran kala pandemi, ada tiga aspek yang harus diketahui oleh seorang guru sebelum pembelajaran berlangsung, yaitu kesiapan belajar murid, minat murid, dan mengetahui profil belajar murid.
Hal ini disampaikan Pengajar di SMPN 2 Sumberpucung, Kabupaten Malang yang juga calon guru penggerak angkatan 2, Ninik Sri Utami, S.Pd., M.Pd.
“Hampir dua tahun ini wabah Corona melanda, apa yang sebenarnya terjadi kita tidaklah tau, yang jelas bahwa Tuhan memberikan ujian sesuai dengan kemampuannya, oleh karena itu kita hanya bisa menerima dan berikhtiar untuk mengatasi semua permasalahan yang terjadi akibat pandemi Covid-19 ini,” tegas Pengajar di SMPN 2 Sumberpucung, Kabupaten Malang yang juga calon guru penggerak angkatan 2, Ninik Sri Utami, S.Pd., M.Pd, pada Minggu (18/7/2021).
Ia mengatakan, pembelajaran di sekolah tidak menentu tergantung dari ketetapan pemerintah (Kemendikbud), sebagai guru pihaknya hanya bisa mengikuti petunjuk dari atasan.
Pembuatan perangkat pembelajaran pun ikut tidak menentu, ada yang online, ada yang blended, ada yang PJJ, ada yang luring, bermacam istilah sejak adanya wabah ini.
Guru adalah seorang pembelajar, jadi seorang guru tak akan pernah berhenti untuk belajar, betapapun sulitnya pasti akan berjuang demi muridnya.
Perubahan adalah sesuatu yang pasti dan akan terjadi. Menerima perubahan adalah wajib dan pihaknya sebagai pendidik akan memberikan perubahan yang lebih baik tentunya harus dengan usaha yang keras dan ikhlas.
“Sebelum masuk tahun ajaran 2021/2022, di masa liburan kami sebagai guru tidak bisa menikmati liburan dengan sepenuhnya, hal ini selain karena masa pandemi, ada PPKM darurat, juga kami harus mempersiapkan pembelajaran daring dengan sungguh-sungguh,” tandas Ninik
“Hal ini karena pengalaman selama satu tahun ajaran sebelumnya ada banyak masalah timbul, dan yang paling banyak adalah keterlambatan pengumpulan tugas yang dikerjakan oleh murid, kejadian ini tidak sepenuhnya Kita menyalahkan murid, kita juga harus instrospeksi diri, beberapa pertanyaan yang harus kita jawab, mengapa hal ini bisa terjadi? apakah kita sudah melakukan pembelajaran yang benar? Yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid,” tuturnya.
“Selama ini kita belum mendiagnosa kebutuhan dan kesiapan murid. Selama ini kita hanya mempersiapkan diri sendiri tanpa memperdulikan bagaimana kesiapan murid kita,” imbuhnya.
“Oleh karena itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya kepada murid kita, karena dalam proses pembelajaran yang selama ini kita lakukan, bahwa murid harus mempersiapkan dirinya sendiri dan harus menyesuaikan dengan gaya dan cara mengajar bapak ibu gurunya,” paparnya.
“Ada tiga aspek yang harus diketahui oleh seorang guru sebelum pembelajaran berlangsung, yaitu: 1. Kesiapan belajar murid, 2. Minat murid, dan 3. Profil belajar murid. Dengan mengetahui ketiga aspek di atas, maka pembelajaran akan lebih terarah dan maksimal karena dalam proses pembelajaran dapat mencakup semua keberagaman murid,” jelasnya.
“Oleh karena itu sebagai guru harus mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berdiferensiasi, dengan begitu tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai dengan maksimal,” terangnya.
“Pertanyaan selanjutnya adalah strategi apa yang digunakan dalam pembelajaran berdiferensiasi? Untuk menjawab pertanyaan diatas, maka perlu kita mengenal tiga strategi pembelajaran berdiferensiasi, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk,” katanya.
“Pada diferensiasi konten ini merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan ketrampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum,” urainya.
“Diferensiasi proses merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi, sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari,” ungkapnya.
“Pembelajaran berdiferensiasi yang berorientasi kepada kebutuhan murid dan menggunakan tiga strategi diatas tentunya dengan mengaitkan beberapa hal yaitu dengan menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid utuk belajar, memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, menggunakan penilaian yang berkelanjutan, serta manajemen kelas yang efektif,” tukasnya.
“Uraian singkat diatas adalah gambaran bahwa pembelajaran yang berpihak pada murid adalah merupakan filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang harus kita tetapkan di lembaga kita masing-masing sebagai seorang pendidik. Semoga pendidikan di Indonesia terus maju dan akan melahirkan generasi emas sesuai yang kita harapkan. Amiin,” pungkasnya. (Had)