“Saya melakukan budidaya Cabai hias unik impor. Sampai sekarang ada 100 varian dari 450 lebih varian cabai di dunia. Dibudidayakan dengan cara hidroponik di kebun kecil Kami,” tegas Pembudidaya Ratusan Lombok yang sukses, Suwassono, Sabtu (27/2/2021) memulai bercerita.
Mengisi waktu di rumah, saat pandemi bisa dicoba dengan melakukan bercocok tanam aneka varian Lombok.
Adapun nama cabai yang ditanam antara lain: Carolina reaper, Jays ghost pepper, bhut jolokia, big black mama
chupetinho, buble gum, sangria, sparkler, lemon drop dan lain-lain.
Wick System, Pemasaran dan Masa Panen
Swass panggilan akrabnya mengatakan, ia menanam dengan cara hidroponik sistim sumbu (wick system) sejak tahun 2018.
Terkait modal budidaya, ia menyebut memanfaatkan lahan terbatas halaman rumah, yang kalau dihitung modal awal untuk instalasi greenhouse, benih, nutrisi, dan perlengkapan lain sekitar Rp 10 juta.
Ia membeli bibit impor dari beberapa negara. Untuk pembelian lokal via online, dan pertukaran benih baru dengan komunitas tanaman.
Ia menuturkan, mendapatkan ilmu budidaya belajar hidroponik dari teman penghobby, dari komunitas tanaman, dan otodidak (membaca literatur, dan praktek langsung). Ia memanfaatkan lahan dengan luas sekitar 25 m2, depan rumahnya.
Cabai bisa panen tergantung dari jenis varietas cabainya. Ada yang type usia pendek dan ada yang type usia panjang.
Ia menjual dalam bentuk benih biji, buah segar, dan bibit tanaman secara online shop.
Cabai sejak bibit sampai bisa menghasilkan buah tergantung dari jenis varietas cabainya, rata-rata usia 10-12 minggu sudah berbuah.
Ia mengatakan penjualan tidak sistem konvensional (panen jual), namun sistim budidaya, menjual benih biji, buah segar dan bibit. Kendala secara umum sama, yaitu serangan hama dan bakteri.
Bertahan kala Pandemi
Menurutnya pandemi berpengaruh besar pada budidaya Cabai. Harapan ke depan ia ingin menjadikan minat bertanam hidroponik lebih besar lagi kepada masyarakat, karena masih berpeluang besar sebagai usaha.
Pembeli luar negeri berasal dari Italia, New Delhi India dan Vietnam. Pembeli dari Indonesia yaitu dari Bogor, Jember, Semarang, Mojokerto, Jakarta dan kota lainnya. Kalau luar Jawa dari Lampung, Samarinda, Batam, dan Palembang.
Ia sudah melakukan upaya memberdayakan warga bersama komunitas GHD (Grup Hidroponik Dampit).
“Kami melakukan pemberdayaan bersana GHD kepada beberapa pegggerak PKK,” tukasnya.
Dampak pandemi omset merosot serta pengiriman jadi lama. Pengiriman ke luar negeri bisa sampai 2 bulan. Kalau indonesia masih relatif lancar,yaitu selisih 2-3 hari.
Dalam sebulan hasil (omset) sebelum pandemi antara Rp 1-3 juta. Namun sekarang rata-rata Rp 500 ribu.
Setiap harinya, Swass menjalankan budidaya di Vi GREEN HYDROPONICS Jalan Semeru Selatan No. 16 Dampit, Kabupaten Malang.
“Silahkan jika ingin tahu lebih jauh tentang usaha budidaya aneka Lombok bisa dilihat di https://m.facebook.com/Vi.Green.Hydroponics dan https://www.instagram.com/vi.green.hydroponics/. (Had).
MALANG NEWS – Sukses budidaya 100 jenis Lombok saat pandemi, Warga Dampit Kabupaten Malang dibanjiri pembeli asal mancanegara.