Situs ini letaknya di tepi Sungai yaitu di Dusun Biru, Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Untuk menuju tempat wisata ini bisa dikatakan gampang-gampang susah. Mudah karena seluruh jalan menuju lokasi telah diaspal tetapi jalan selanjutnya kondisinya terjal dan curam. Jika hujan jalan menjadi licin.
Lokasi Sumber Biru atau Sumber Nagan memang agak terpencil tetapi tidak jauh dari jalan raya menuju Desa Gunungrejo Dusun Kreweh, Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Jawa Timur.
Dari Candi Singosari hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer ke arah barat dan dari Pasar Singosari berjarak sekitar 6-7 km. Untuk mencapai lokasi ini bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau ojek. Biaya naik ojek hanya Rp 5.000 sekali jalan.
Setelah tiba di lokasi, pengunjung tidak bisa langsung menuju ke Sumber Biru. Anda harus berjalan kaki melalui pematang sawah. Keadaan jalannya menurun akan tetapi tidak jauh, hanya sekitar 100 meter dari jalan.
Konon menurut cerita, nama Dusun Biru berasal dari munculnya sebuah mata air yang mengeluarkan gumpalan-gumpalan air yang berwarna biru seperti tinta. Di sumber air inilah Empu Gandring mensucikan keris hasil tempaannya.
Semua senjata kerajaan disucikan terlebih dahulu untuk kemudian dikirab ke seluruh kawasan kerajaan. Penyucian senjata kerajaan sendiri harus melalui dua kali proses, yang pertama senjata direndam ke dalam mata air yang disakralkan di Banyu Biru, kemudian lalu disucikan ke petirtan Sumber Nagan.
Petirtan adalah sumber air yang diyakini sudah ada sejak zaman dahulu, bahkan sampai sekarang pun keyakinan itu masih melekat di masyarakat sekitar.
Petirtan Sumber Nagan adalah tempat mandi orang-orang sebelum atau sesudah melakukan aktivitas ritual tertentu. Saat ini, petirtan yang ada tinggal di Kedungbiru atau Bata Rubuh yang terletak agak ke selatan. Di Kedung biru inilah letak dua sumber kecil, yaitu Sumber Kahuripan dan Sumber Biru yang airnya berbeda. Yang satu airnya bersih, sedangkan yang satunya airnya putih seperti air gamping keluar dari bawah akar pohon ipik-ipik, yakni sejenis pohon beringin. Anehnya lagi, dua jenis air yang berbeda warna itu tidak saling mempengaruhi.
Sumber Biru memiliki keindahan alam yang cukup indah dengan dihiasi beraneka ragam kicauan burung. Pohon-pohon terlihat menghijau dan pantulannya menembus riak-riak air yang ada di dalamnya. Nilai historis situs ini membuatnya tetap diminati beberapa pengunjung. Tempat keramat tersebut memang selalu dijadikan tempat tirakat (berdoa) khususnya bagi mereka yang mempunyai hajatan.
Pengunjungnya tidak hanya dari warga sekitar, tetapi juga wisatawan dari luar Malang. Kabarnya sejumlah pejabat juga sering mendatangi kedua situs ini untuk melakukan ritual.
Bahkan, menurut cerita yang berkembang, beberapa mantan presiden pun juga pernah mendatangi sumber ini. Konon dua sumber mata air ini diyakini mempunyai air kahuripan (kehidupan) yang bisa mampu mengobati segala penyakit jasmani maupun rohani. Menurut juru kuncinya, Bahwa sugesti itu telah banyak terbukti kebenarannya.
Konon pada jaman dahulu Sumber Biru merupakan tempat petilasan Empu Gandring dan hingga kini masih banyak pusaka-pusaka yang masih terpendam di sana. Sumber Biru juga sering disebut sebagai Sumber Batarubuh (bata jatuh) karena terdapat batu bata kuno yang berukuran 30 x 40 cm. Konon tempat itu digunakan untuk mendirikan candi.
Sumber air Biru ini diyakini warga setempat bisa berubah warna menjadi biru. Tetapi perubahan warna itu hanya terjadi saat malam jumat legi saja dan hanya sebagian orang saja yang mampu melihatnya. Perubahan warna sumber dapat dilihat dengan terlebih dahulu melakukan ritual untuk membersihkan hati dan pikiran. (Mad).
MALANG NEWS – Jika Anda berkunjung ke Kota Malang, sempatkanlah untuk mengunjungi obyek wisata Sumber Biru dan Sumber Nagan. Nuansanya masih alami dan dapat membuat wisatawan terhanyut dan larut dalam kisah kejayaan Kerajaan Singhasari pada masa lampau.