Ikuti Kami di Google News

seniman custom Internasional asal Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Tri Witono masih terus produktif berkarya.
Seniman custom Internasional asal Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Tri Witono masih terus produktif berkarya. (Had).
MALANG MEWS – Walaupun situasi masih pandemi, seniman custom Internasional asal Desa Sumberdem, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Tri Witono masih terus produktif berkarya.


“Alhamdulillah saya tetap semangat berkarya, meski situasi masih pandemi,” kata Tri Witono kepada awak media, pada Kamis (23/10/20).

Sejak Muda Hobi Memahat

Tri Witiono memulai hobi memahatnya, sejak berusia 19 tahun.

“Sebagai penerima custom order yang paling banyak, saya kerjakan adalah sesuai permintaan konsumen. Dan di masa ini, peminat paling banyak yaitu seni patung kayu dan patung fiberglass. Selebihnya itu saat ini saya juga fokus melukis,” ujar Tri Witiono.

Tri Witiono berkiprah tidak hanya di daerah kelahirannya saja, melainkan ia juga melanglang buana ke berbagai kota besar di Indonesia. Antara lain yaitu Yogjakarta, Jakarta, Surabaya, Jepara dan Bali.
Tanpa banyak diketahui orang, ada beberapa karya menarik yang dia buat sebagai karya pada spot-spot di berbagai pusat perbelanjaan maupun perusahaan ternama di Indonesia.
“Saya paling sering ke Jakarta untuk membuat patung salah satunya di PT Adi Karya Agung Sedayu Group. Juga di Bali untuk mengisi aksen-aksen spot selfie di Mall The Keranjang Bali, juga Kuta, Badung dan beberapa kota lainnya,” terang pria yang juga hobi menyanyi itu.

Merambah Mancanegara

Tri Witono menceritakan, bahwa karya yang terjual lebih banyak adalah patung
kayu, ukiran kayu dan patung fiber.

Sehingga ada beberapa karya yang terjual hingga ke mancanegara. Seperti karya
patung kayu dan ukiran yang sudah terjual ke Canada, Inggris, Rusia, Australia, Amerika dan Singapura.

“Karya tersulit yang pernah saya buat, adalah relief kayu karena harus memiliki kesabaran, keuletan serta ketelitian tinggi,” tandas Tri Witono.
Penyesuaian Harga

Tri Witono menjelaskan, agar bisa tetap survive saat pandemi, maka dirinya beradaptasi dengan menyesuaikan harga karya seninya.

“Harga pesanan yang seharusnya 100 persen. Kita turunkan sampai 70 persen dikarenakan keterbatasan konsumen,” terang Tri Witiono.

Untuk memasarkan hasil karyanya, Tri Witono mengeshare sebagian karyanya di
media sosial dan juga di akun YouTube miliknya.

“Saya ingin katakan saya tidak melakukan banting harga karena pandemi. Walaupun pandemi, eksistensi dan produktifitas saya tetap tinggi, dan pemesanan tidak
berkurang,” pungkas Tri Witono. (Had).

Share: