Ikuti Kami di Google News

petani Desa Sukodono Kecamatan Dampit Kabupaten Malang, yang melakukan sinergisitas peternakan kambing dan pertanian untuk peningkatan pendapatan di masa Covid-19.
Petani Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, melakukan sinergisitas peternakan kambing dan pertanian untuk peningkatan pendapatan di masa Covid-19. (Had)
MALANG NEWS – Kondisi masa pandemi ini, membawa dampak buruk pada berbagai sektor sendi-sendi kehidupan.


Tidak hanya itu, kalangan petani pun dituntut ulet untuk berjuang dan memutar otak, agar bisa survive dalam mengelola usaha tani.

Salah satu yang layak mendapat apresiasi adalah ikhtiar petani Desa Sukodono Kecamatan Dampit Kabupaten Malang, yang melakukan sinergisitas peternakan kambing dan pertanian untuk peningkatan pendapatan di masa Covid-19.

“Kambing, adalah sahabat petani, dimana disamping dijual dagingnya, kotoran kambing sangat bagus untuk pupuk organik (bokasi). Karenanya kami berupaya memaksimalkan kombinasi usaha ini,” kata Petani Sukodono Dampit, Tamin, Kamis (24/9/2020).

Solusi Alternatif
Tamin menjelaskan, mulai tahun 2010 pemerintah mengeluarkan kebijakan mengurangi pupuk kimia (urea, za, sp 36, dan Ponska). Hingga akhirnya petani mulai berpikir untuk mencari alternatif sebagai solusi.

Belum lagi petani sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi itu, karena, rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) tidak optimal.

Banyak petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi, karena banyak faktor penyebab terjadinya kelangkaan pupuk.

Salah satunya kios yang tidak efektif dalam distribusi, karena di Dampit, rata-rata disamping sebagai kios penyaluran, juga sebagai pedagang polowijo.

Belum lagi kebijakan pemerintah dengan sistem E RDKK. Malah semakin sulit untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

Karena di sistem e RDKK pengambilan pupuk bersubsidi menggunakan kartu tani Indonesia (KTI) yang dikeluarkan bank BNI cabang UB.

Petani Tidak Terdampak
Tetapi sebagian besar petani dan peternak, tidak terdampak karena sejak tahun 2016, sudah tidak menggunakan pupuk bersubsidi.

Tetapi menggunakan pupuk organik bokasi produk lokal yang juga bagus.
Karena pupuk bersubsidi anorganik mengandung unsur makro (nitrogen, pospat, kalium) tetapi tidak bisa menciptakan unsur-unsur mikro.

Ada lebih dari 16 unsur yang tidak bisa dihasilkan dari pupuk subsidi. Diantaranya (mg, Zn, cu, Gw dan lainnya) yang mana itu penting untuk kebutuhan tanaman.

Sehingga optimalisasi pemanfaatan kebun kopi petani, disamping sebagai penghasil kopi, tanaman naungan, sebagai alternatif untuk pakan ternak, belum lagi pemanfaatan urine sebagai FOC (Pupuk organik cair).

“Ada banyak manfaat menggunakan pupuk dari kotoran kambing. Tercipta pula pertanian organik yang memiliki manfaat yaitu ramah lingkungan, energi alternatif dan perbaikan unsur tanah,” papar Tamin mengakhiri. (Had).

Share: