Ikuti Kami di Google News

Homestay Syariah Cempaka di daerah Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dan “Dapur Cak Man’ dengan menu utama ikan Tuna Bakar.
Homestay “Syariah Cempaka” milik Cak Man, berlokasi di daerah Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu Kota Batu. (Had)
MALANG NEWS – Kisah kehidupan yang mencerminkan optimisme hidup, sangat dibutuhkan di tengah maraknya pandemi yang belum juga menurun grafiknya.


Seiring maraknya pandemi, tidak selalu melahirkan kisah menyedihkan dan membuat hati pilu.

Masih banyak cerita-cerita yang bisa menjadikan hidup terus bersemangat dan dijalani dengan optimis, seperti kisah Maman yang eksis menjalani usaha penginapan dan kuliner di Kota Batu meski saat situasi pandemi Covid-19.

Sama seperti yang lain, ketika mengawali membuka usaha yang terbayangkan pertama dari mana modalnya, lalu bagaimana cara produksi dan pemasarannya serta bagaimana kalau usahanya bangkrut.

Pemikiran semacam itu, selalu bergelayut dalam benak Cak Man, panggilan akrab Maman Adi Saputro, pemilik usaha Homestay Syariah Cempaka di daerah Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dan “Dapur Cak Man’ dengan menu utama ikan Tuna Bakar.

Tepatnya tahun 2014 lalu, Cak Man memulai membuka usaha penginapan homestay atau lebih dikenal dengan usaha persewaan villa atau penginapan khusus untuk keluarga.

“Ya, memang pada awalnya hanya sebagai penonton, lalu melihat tetangga dan teman yang lebih dahulu memulai usaha persewaan rumah untuk tempat penginapan,” kata Cak Man sapaan akrabnya, Minggu (30/8/2020).

Kala itu ketika pada tahun 2008-2009, lanjut dia, awal obyek wisata BNS buka, tetangga dan teman-temannya yang lebih dulu buka, karena telah memiliki modal tanah dan bangunan rumah.

“Berawal dari situ, akhirnya mulai berbenah dan menyewakan tempat tinggal untuk wisatawan dari luar Kota Batu yang ingin bermalam di sekitar BNS,” urai Cak Man.

Berikutnya, bermodal tekad dan hutang ke salah satu bank membangun sebuah rumah ukuran 7×9 meter persegi.

“Awalnya saya pamitan pada orang tua ingin merenovasi tempat tinggal kami. Ternyata tidak boleh, saya diminta membangun rumah diatas tanah seluas 150 meter persegi yang saya beli tahun 2008 seharga Rp 42.5 juta,” tutur Maman.

Proses membangun tidak langsung tuntas, dua lantai dengan tiga kamar tidur dan dua kamar mandi, dapur, ruang tamu dan ruang keluarga serta garasi.

“Modalnya kecil, lantai satu saya selesaikan dulu. Proses membangunnya hampir 1 tahun. Sebagian dinding saya plester sendiri. Saya plamir sendiri sambil ditemani istri dan anak pertama saya Acha,” ungkap Maman.

Bahkan, begitu inginnya bangunan rumah selesai, proses finishing seperti plamir tembok sampai pukul 01.00 WIB.

“Tak sebatas itu, sebelum berangkat kerja istri saya ajak untuk mengayak (menyaring) pasir dulu, dan masih banyak pekerjaan lain yang semestinya dikerjakan tukang dan kuli bangunan, namun itu semua saya kerjakan bersama istri saya,” imbuh pria yang juga jurnalis ini.

Berikutnya akhir Desember 2014, homestay Syariah Cempaka pertama kali menerima tamu dari Jawa Tengah. “Waktu itu Pak Hindarto, teman jamaan Masjid Darul Falah yang memberi tamu. Dia menjadi mentor saya untuk terus berusaha melengkapi perabotan dalam homestay, sekaligus memberi semangat untuk terus mengembangkan usaha penginapan,” tambah Maman.

Secara perlahan dan pasti, Cak Man bersama istrinya berusaha mandiri dengan memanfaatkan media sosial mencari tamu.

Homestay Syariah Cempaka di daerah Oro-Oro Ombo, Kecamatan Batu, Kota Batu dan “Dapur Cak Man’ dengan menu utama ikan Tuna Bakar.
“Dapur Cak Man’ dengan menu utama ikan Tuna Bakar. (Had)
Eksis Saat Pandemi.
“Alhamdulillah sebelum Pandemi Covid-19. Rata rata ada 10-15 rombongan yang bermalam di tempat kami. Tapi adanya Covid-19, kunjungan agak menurun. Sebulan hanya 5-7 malam yang terisi. dengan biaya sewa homestay rata-rata Rp 400-500 ribu per malamnya,” jelas Maman.

Untuk saat ini, adanya Pandemi Covid-19, Cak Man terus memutar otak supaya usaha penginapannya tetap berjalan.

“Pertama saya jaga kualitas kebersihan dan pelayanan pada tamu. Kita juga selalu bekerja sama dengan teman-teman tour leader (TL), serta memantau perkembangan daerah lain, terutama obyek wisata yang ada di sekitar Kota Batu. Up date status dengan harapan, agar tamu yang pernah bermalam di homestay kami mau datang lagi ke Kota Batu,” ungkap Maman.

Berikutnya, selain menyiapkan penginapan. Kadang sebagian tamu enggan memasak sendiri di homestay. Akhirnya kami tawarkan untuk menyiapkan sarapan dan makan malam.

“Intinya kami bondo nekat. Meski tidak ahli di bidang kuliner, setiap ada pesanan masakan kita selalu bilang oke. Kalau tidak bisa masak sendiri, kadang kita limpahkan pada tetangga yang ahli memasak,” jelas Maman.

Untuk saat ini, antara usaha penginapan dengan kuliner, menurut Cak Man masih menjanjikan. “Trendnya sekarang menu siap saji. Jadi tamu yang bermalam di homestay lebih banyak memilih bersih, mereka tidak mau repot dengan urusan masak memasak di dapur,” tambah dia.

Kuliner Ikan Tuna.
Terbaru kata Cak Man, bersama saudaranya yang tinggal di Kecamatan Sumber Manjing Wetan (Sumawe), Kabupaten Malang, juga membuka usaha ‘Dapur Cak Man’ dengan menu utama Tuna Bakar.

“Kita ingin ikut mengkampanyekan gerakan gemar makan ikan. Ikan Tuna yang kami datangkan langsung dari Pantai Sendang Biru. Saat ini prosesnya memang masih mengandalkan pesanan dari teman dan mitra kerjanya,” sebut Cak Man.

Nah yang terakhir, pesan Cak Man, jangan pernah takut untuk memulai usaha yang baru. Selalu berusaha walaupun hanya bermodal nekat.

“Insya Allah kalau ada kemauan, disitu pasti ada jalan. Lantas, jangan lupa manfaatkan media sosial untuk mengembangkan usaha yang sedang kita bangun,” pungkas Cak Man. (Had)

Share: