“Pada masa pandemi, justru saya manfaatkan sebagai momentum titik kebangkitan untuk memulai usaha baru. Saya memulai usaha baru berjualan ikan tuna di Sendang Biru,” kata Gunanto Daud, Rabu (15/7/2020).
Pria alumnus Fakultas Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Airlangga ini menuturkan, dirinya berjualan aneka ikan Tuna segar meliputi, ikan Tuna Blereng atau Skip Jack Tuna, Gurita dan Tenggiri.
Untuk ikan Tuna Blereng atau Skipjack Tuna, harganya dipatok Rp.35.000 per kg. Untuk pembelian 10 ekor bonus 1 ekor.
Pria yang akrab dipanggil Gugun ini menjelaskan, ia memilih usaha jenis tersebut karena komoditi Tuna telah mendunia, kaya rasa dan kaya gizi serta mahal.
“Karenanya jarang ada di pasar tradisional. Kalaupun ada maka harganya mahal. Padahal hasil laut Sendang Biru melimpah, tapi sebagian besar untuk pasar ekspor dikirim ke Benoa Bali. Saya yang asli kelahiran Malang Selatan prihatin, dan ingin agar warga lokal utamanya anak usia sekolah juga bisa menikmatinya, dengan harga terjangkau, agar bisa tumbuh sehat dan cerdas,” papar Gugun.
Ia menuturkan, saat pandemi (3 bulan PSBB) berdampak negatif, karena banyak usaha tutup atau omzet turun drastis.
“Kami justru mengawali usaha. Situasi ini Kami anggap waktu yang tepat untuk penataan dan persiapan, nantinya paska pandemi harapannya bisa langsung running,” urai Gugun.
Gugun mengungkapkan, agar tetap eksis usaha, selain menjual ikan segar dengan sistem bonus layanan antar, sekarang juga menyediakan masakan siap saji dan layanan antar berbahan dasar ikan Tuna dan Gurita.
“Memang belum banyak ragam masakan, namun respon dari pasar sangat baik dan prospektif. Beberapa kali kirim ke Surabaya, Sidoarjo dan Blitar,” tukas Gugun.
Terkait harapan ke depan, lebih lanjut Gugun mengatakan, masyarakat bisa semakin familiar dengan ikan Tuna Sendang Biru.
“Ya, karena banyak tersedia di pasar tradisionil dengan harga yang terjangkau pula tentunya,” pungkas Gugun. (Had)
MALANG NEWS – Wabah pandemi Covid-19, seolah meluluhlantakkan sebagian besar sendi-sendi perekonomian, namun sebagian orang justru menjadikan sebagai momentum tersebut sebagai kebangkitan titik mulai usaha baru.