Ikuti Kami di Google News

Petugas saat memakamkan
Petugas kesehatan saat memakamkan PDP Covid-19 di TPU Gadang. (Har)
MALANG NEWS – Peningkatan jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) hingga menyebabkan jenazah kategori PDP membuat berbagai pihak kalang kabut. Baik pihak rumah sakit sebagai garda pertama, maupun UPT Pengelolaan Pemakaman Umum sebagai garda terakhir.


Bahkan, Dr. Shanty SP Paru dari Pihak Rumah Sakit Saiful Anwar, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, dalam pesan melalui Group WhatsApp meminta Kepada Kepala Rumah Sakit, untuk meningkatkan kerjasama yang lebih solid, terintegrasi dan sinergi saling membantu.

“Ya, karena pasien Malang Raya meningkat eksponensial, hampir semua rumah sakit rujukan penuh. Akhirnya rumah sakit non rujukan pun diharapkan untuk menerima pasien. Jika dipaksa pasien dirawat diruangan yang tidak dipersiapkan untuk Covid-19, maka akan beresiko terjadi transmisi antara pasien maupun tenaga kesehatan,” katanya.

Setali tiga uang dengan pihak rumah sakit. UPT Pengelolaan Pemakaman Umum, Public Safety Center (PSC) 119 maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) juga kewalahan dalam menerima jenazah, baik kategori PDP maupun Covid-19.

Hampir setiap hari, pahlawan-pahlawan pemakaman ini mendapat laporan permintaan pelayanan pemakaman protokol Covid-19. Praktis kesiap-siagaan dibutuhkan. Hingga dilakukan piket secara bergilir.

Sebuah paradoks, saat Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB) dihentikan beralih ke masa transisi jenazah PDP semakin bergelimpang. Patut disayangkan, seolah perjuangan yang sudah dilakukan melalui Social Distancing, Physical Distancing, PSBB dan usaha lain harus sia-sia jika tidak ada kerjasama dari berbagai pihak untuk menghancurkan virus SARS CoV-2 ini.

Seperti terjadi pada hari ini. Minggu (28/6/2020) terdapat jenazah kategori PDP di Tempat Pemakaman Umum Gadang, Mergan, Kasin dan Ciptomulyo.

Sungguh nilai yang cukup fantastis untuk kejadian dalam 1 (satu) hari. Disinyalir lonjakan penambahan PDP ini, karena adanya opsi tidak percaya masyarakat yang menyebut bahwa Covid-19 adalah sebuah konspirasi, manifesto politik, akal-akalan atau apa pun sebutannya.

Itu pula yang menjadi pemicu di beberapa daerah mengambil paksa jenasah karena tidak menerima jika keluarga dimakamkan secara protokol Covid-19. Suatu tindakan yang merugikan berbagai pihak.

Tidak mau ambil resiko, meskipun swab belum keluar pada PDP di Kelurahan Gadang, posesi pemakaman dilaksanakan dengan protokol Covid-19.

“Jenazah memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes, namun sebelum dirawat sudah memiliki gejala seperti sesak napas, panas diatas 39 persen dan demam. Saat sudah meninggal hasil swab belum keluar, untuk mencegah hal tidak diinginkan prosesi pemakaman dilakukan sesuai protokol Covid-19,” kata Lurah Gadang, Deni Surya W saat bertakziah di TPU Gadang, pada Minggu (28/6/2020).

Lebih lanjut, pria yang dikenal dekat dengan masyarakat memaparkan, bahwa pihak dan jajarannya mulai dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW, Bhabinkamtibnas dan Kelurahan tidak mau jika kejadian seperti di Bunul dan Batu terjadi di wilayah sebelah selatan Kota Malang ini.

“Seperti diketahui, kejadian di Bunul dan Batu jenasah PDP dimakamkan secara biasa. Setelah jenasah disemayamkan. Selang 2 hari hasil swab keluar positif. Otomatis dilakukan penelusuran orang-orang yang kontak dengan dengan jenasah. Akhirnya dilakukan rapid dan isolasi mandiri itulah yang tidak diinginkan,” ungkapnya.

Senada dengan Lurah Gadang, Ketua RW 6 Kelurahan Gadang, Andri menyebut bahwa kluster keluarga mulai meningkat.

“Awalnya di Gadang ini berhubungan erat dengan kluster di Mergosono dan ada yang sudah positif, namun karena imun yang terkontaminasi baik maka korban dilakukan isolasi mandiri,” ujar dia.

Menurutnya, reaksi masyarakat terhadap orang yang melakukan isolasi mandiri pun beraneka ragam. Ada yang mendukung, acuh bahkan menolak.

“Kembali pada opsi tidak percaya publik yang menjadikan ketidaktertiban di dalam masyarakat. Perlu edukasi masif, terukur, terintegragrasi dan humanis kepada masyarakat agar mosi tidak percaya dapat dihilangkan menjadi sebuah kesadaran dan kesatuan dalam melawan Covid ini,” tandasnya. (Har)

Share: