Ikuti Kami di Google News

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya Malang
Kemendikbud LPPM Universitas Brawijaya Malang, saat sesi foto bersama usai menggelar kegiatan acara lokakarya di Waduk Selorejo, Ngantang. (Foto: Eko Sabdianto/malangNEWS).

MALANG NEWS – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya Malang, menggelar kegiatan Lokakarya Pengelolaan Perairan di Waduk Selorejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Selasa (17/3/2020).

Acara yang dimulai pukul 10:00 WIB ini bertempat di Pendopo Kantor Kecamatan Ngantang, dan diikuti oleh 100 orang.

Hadir dalam kegiatan tersebut, Kapolsek Ngantang AKP Suyatno, S.Sos, Camat Ngantang, Kepala Desa se Kecamatan Ngantang, Dirut Perum Jasa Tirta yang di wakili oleh Yus.

Turut hadir Ir. Sri Sudaryanti, MS Ketua Prodi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang, ketua tim Lokakarya UB Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS, staf ahli pengelolaan dumber debit air dan molekul UB Dr. Ir. Muhammad Musa, MS.

Tak ketinggalan pula Kelompok Nelayan Jaring lempar Desa Mulyorejo Waduk Selorejo, Kelompok Nelayan Desa Sumberagung, Kelompok Nelaya Desa Banturejo, Kelompok Nelayan Desa Pandansari, Kelompok Nelayan Desa Ngantru, Kelompok Nelayan Desa Kaumrejo, Kelompok Nelayan Desa Waturejo.

Selain itu juga dihadiri Ketua Kelompok Kalipuru Waduk Selorejo Misiadi, Ketua Kelompok Jumbleng Yadi, Ketua Kelompok Sabar Yudi, Ketua Kelompok Waduk Selorejo Yatadi, Kelompok Kembang Kuning Imam, Kelompok Ori Hermanto, Ketua Kembamg Turi Rudi, dan Ketua Kelompok Mina Abadi Miskan.

Pada kesempatan tersebut, Camat Ngantang mengucapkan terimakasih kepada para undangan yang hadir.

“Kegiatan saat ini merupakan kegiatan lokakarya yang di laksanaan oleh Universitas Brawijaya, dengan harapan dapat menambah pemahaman demi kepentingan bersama. Harapan kedepan, dapat melestarikan ekosistem kelestarian makhluk hidup yang ada pada Waduk Selorejo. Dan dapat meningkatkan beberapa sektor, salah satunya pada perekonomian masyarakat dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.

Dr. Ir. Muhammad Musa, MS selaku tim dari lokakarya UB menyampaikan, bahwa Waduk atau Bendungan Selorejo merupakan ikon wisata utama yang berada di Kecamatan Ngantang.

“Bendungan Selorejo, dahulu bukanlah sebuah danau alami, tetapi merupakan aliran sungai yang dibendung untuk menjadi sebuah waduk, yaitu dengan membendung aliran sungai Konto sebagai sumber pemasukan utama air ke waduk. Jadi, waduk ini semula adalah rumah-rumah warga, lalu warga dipindahkan ke desa yang lain dan dibuatlah waduk yang saat ini kita semua merasakan,” ujarnya.

Dirinya juga menceritakan sejarah singkat Waduk Selorejo, dimana pembangunan waduk tersebut membutuhkan waktu yang tak sedikit. Pada saat itu, proses pembangunan dimulai pada tahun 1963. Pelaksana pembangunan bendungan ini, pada awalnya adalah PN Waskita Raya dibawah naungan Direktorat Pengairan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik dengan supervisi dari Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur.

“Kemudian, pelaksanaan pembangunan bendungan dilanjutkan oleh Badan Penyelenggara Proyek Induk Serbaguna Brantas (BAPPRO BRANTAS) pada tahun 1965. Proyek pembangunan bendungan ini, baru selesai pada tahun 1970, sedangkan bendungan ini baru dapat diresmikan pada tanggal 22 Desember 1970 oleh presiden yang menjabat saat itu, yaitu Bapak Soeharto,” ucapnya.

Ditambahkan dia, pada saat peresmian oleh presiden, bersamaan dengan pelepasan atau pembibitan ikan di waduk, sedangkan untuk pembangunan PLTA nya sendiri baru selesai pada tahun 1972 dan baru diresmikan pendiriannya pada 23 Juli 1973 oleh menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) saat itu Ir. Sutami.

“Jadi, untuk nama Selorejo sendiri diambil dari nama wilayah desa yang “ditenggelamkan” untuk membangun waduk tersebut. Selain Selorejo, pembangunan waduk ini juga menelan sebagian wilayah desa lain di sekelilingnya. Secara penelitian yang telah dilakukan di waduk selorejo, saat ini sudah berpotensi tercemar atau indikasi polusi berat dengan di dominan oleh unsur Hara. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa bukti penelitian yang sudah di lakukan,” ungkap dia.

Ditempat yang sama, Forum Groub Discusion juga menyampaikan aspirasi masyarakat secara tertulis.

“Ini sebagai bentuk aspirasi untuk sebuah perubahan terhadap Waduk Selorejo, agar lebih baik serta kelompok masyarakat yang selama ini sudah menjadikan Waduk Selorejo sebagai salah satu dari mata pencarian,” pungkasnya.

Usai kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan Ishoma dan sesi foto bersama.

Sekadar dimetahui, agenda dilanjutkan pada April 2020 mendatang, dengan agenda pembahasan aspirasi masyarakat atau kelompok, yang sudah di tuangkan tertulis dalam kertas. Nntinya, agenda kegiatan tersebut tetap akan bertempat di Kecamatan Ngantang.

Pewarta: Eko Sabdianto
Editor: Andi Rachmanto
Publisher: Edius

Share: