Ikuti Kami di Google News

MALANG NEWS – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu memperkuat kemitraan strategis dengan para awak media, baik online, cetak maupun televisi melalui Forum Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama Mitra Media, pada Kamis (27/3/2025), di ruang Bina Praja, Jalan Panglima Sudirman, Kecamatan Batu, Kota Batu.

Kegiatan acara ini tidak hanya mempererat hubungan kerjasama maupun jalinan sinergitas saja, akan tetapi juga menjadi platform evaluasi capaian program kesehatan, termasuk juga penurunan stunting yang mencapai 56 persen dalam setahun, dari 24,3 persen (2024) menjadi 10,7 persen (2025).

Berkaitan dengan strategi penurunan stunting dari Posyandu hingga teknologi, Kepala Dinkes Kota Batu, Aditya Prasaja mengungkapkan keberhasilan ini didorong oleh pelibatan aktif kader Posyandu (98,7 persen kehadiran masyarakat, aplikasi EPPGM untuk pemantauan gizi balita berbasis data real-time, validasi ketat data bersama Pusat Pelayanan Statistik (PPS) untuk target tepat sasaran.

“Ya, jadi setiap kasus stunting kami intervensi secara personal, termasuk juga dengan edukasi pola asuh dan bantuan gizi,” kata Aditya..

Tantangan baru, ancaman diabetes anak dan kesehatan mental, selain stunting, forum tersebut juga mengangkat isu kesehatan kontemporer.

Berkaitan dengan diabetes pada anak, dr. Susanna Indahwati memaparkan temuan mengkhawatirkan tentang konsumsi gula berlebihan pada anak.

“Banyak jajanan sekolah mengandung pemanis tinggi. Kami akan menggalakkan kampanye gula empat sendok perhari’,” ujarnya.

Kesehatan Mental, Dinkes Kota Batu akan memperluas pelayanan pada konseling di Puskesmas dan sekolah, itu menyusul dengan peningkatan kasus gangguan psikologis pasca-pandemi.

“Dimana salah satunya skrining kesehatan pegawai, deteksi dini hipertensi dan diabetes bagi para ASN untuk produktivitas kerja,” tukas dr. Susanna Indahwati.

Inovasi layanan, lanjut dr. Susanna Indahwati berdasarkan dari data hingga darurat lebaran, untuk memastikan keberlanjutan program, Dinkes Kota Batu juga akan memperkuat sistem data terpadu dengan pelatihan kader dan klasifikasi warga asli vs pendatang.

“Termasuk juga dengan layanan kesehatan selama lebaran. Puskesmas 24 jam, tim respons cepat, dan posko khusus lansia atau ibu hamil,” paparnya.

Peran serta media dan konten kreatif hingga daerah terpencil, menurut dr. Icang media sendiri bisa memiliki gagasan dengan memproduksi konten kesehatan interaktif (video pendek, podcast), sosialisasi program prioritas seperti imunisasi dan sanitasi, liputan khusus ke daerah pelosok untuk pemerataan informasi.

“Contoh sukses penurunan stunting di Kota Batu bisa jadi model bagi daerah lain. Tapi, kami tidak berhenti di sini,” pungkas dr. Icang, sembari menekankan pentingnya kolaborasi multipihak.

Analisis Ahli

Pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Brawijaya, Prof. Ahmad Syafiq, Ph.D, pernah menyoroti keberhasilan Kota Batu dalam integrasi teknologi dan pendekatan komunitas.

“Kombinasi data digital dan kader terlatih adalah solusi cost-effective untuk masalah gizi,” katanya.

Dampak Jangka Panjang

Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya menekan angka stunting, tetapi juga membangun “health literacy” masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan gaya hidup modern.

Angka stunting di Kota Batu kini jauh di bawah rata-rata nasional (21,6 persen). Keberhasilan ini perlu dibarengi dengan kesinambungan anggaran dan inovasi kebijakan,” tandas Prof. Ahmad Syafiq, Ph.D. (Nda)

Share: