Ikuti Kami di Google News

MALANG NEWS – Saat ini banyak sekali orang tua yang tidak hanya mementingkan pendidikan akademik bagi anaknya saja tetapi juga akhlak.

Pasalnya, pendidikan dan akhlak mulia keduanya sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Realita inilah yang kemudian membuat sekolah berasrama atau boarding school menjadi begitu diminati oleh banyak orang.

Seperti halnya di SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI). Ya, betapa tidak, sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ini selain memiliki asrama juga siswa-siswi yang bersekolah juga diajari praktek kerja.

Karena, selain boarding school juga entrepreneurship school, yakni kewirausahaan. Praktis, usai lulus para siswa dan siswi memiliki life skill. Sehingga nantinya mereka dibekali dengan keahlian khusus, yang bisa bersaing di dunia kerja.

Maka tidak heran, jika saat ini banyak orangtua berlomba-lomba mendaftarkan anak-anaknya untuk bersekolah di SMA SPI Kota Batu.

Baoarding school, bisa dikatakan sebagai sekolah berasrama sekaligus lembaga pendidikan, yang siswanya belajar dan tinggal bersama di asrama selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Jadi konkretnya, di sini siswa dan siswi akan tinggal, menimba ilmu dan melakukan berbagai macam kegiatan di sekolah yang dimaksud tersebut.

Sistem yang digunakan oleh sekolah ini memungkinkan terjadinya interaksi dan komunikasi yang lebih intensif antara siswa-suswi dan guru. Jelas, hal inilah yang akan membuat kemampuan murid lebih berkembang pesat nantinya.

Dilansir dari rmoljatim.id ketika saya baru pertama kali berkunjung ke Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI) di Kota Batu, benar-benar wah. Sekolah ini luas sekali. Luasnya diketahui mencapai 3,3 hektar. Di sekolah ini selain ada hotel tentunya juga sekolah. Selain itu, ada perguruan tinggi, asrama, studio film, minimarket. Tak hanya itu, di SPI jug ada panggung untuk konser musik, theater, baca puisi, dan terdapat juga kolam renang mini, serta tempat outbond. Jika ditelisik lebih dalam, sepintas malah bukan seperti sekolah. 

Begitu masuk ke halaman sekolah, langsung disambut tulisan besar Transformer. Saya pikir ini meniru film mobil yang bisa berubah bentuk menjadi robot. Ternyata tidak. Transformer artinya perubahan. 

Di sini para siswa-siswi diajarkan tidak hanya belajar akademik, melainkan juga kewirausahaan. Selepas dari sekolah, mereka bisa langsung kerja. Jadiz mereka sudah mempunyau skill yang handal.

Sayangnya, semenjak heboh pendiri sekolah SPI JEP dilaporkan oleh salah seorang alumninya yang juga pernah bekerja di SPI juga berinisial SDS, sekolah ini menjadi bahan pergunjingan publik. Trust-nya luntur. Banyak murid yang awalnya diterima masuk, tiba-tiba dijemput lagi oleh orangtuanya. 

Lalu ada murid yang bercerita soal Sekolah SPI, besoknya dijemput orangtua. Katanya, ‘kamu pasti dipaksa sekolah untuk ngomong yang baik-baik saja ya’.

Mereka takut anaknya jadi korban. Apalagi setelah mereka mendapat pesan berantai. Macam-macam pesannya. Katanya di situ ada ‘predator seks’. Katanya anak-anak diekploitasi untuk bekerja. Katanya korbannya banyak. Katanya ada pemurtadan. Katanya ada kekerasan fisik. 

Semua ketakutan itu tidak cukup beralasan. Saat saya masuk ke dalam kelas dan bertemu sendiri dengan para siswa siswi SPI, yang ada hanya wajah-wajah ceria. 

Saya tanya satu persatu.

“Kamu dari mana?” 

“Papua.”

“Kalau kamu?”

“Jakarta.” 

“Lha kamu?” 

“Jombang.”

“Yang duduk di sana dari mana?”

“Bali.” 

“Orangtua kalian di mana?” 

Ada yang menjawab sudah meninggal. Ada yang bapaknya meninggal. Ada yang ibunya meninggal. Ada yang tidak tau keberadaan bapak dan ibunya alias sejak kecil tinggal di panti asuhan. 

Saya juga bertanya, apa mereka tertekan selama belajar di sini?

Spontan mereka menggeleng. Terus tersenyum. Mencandai satu sama lain. 

Mereka justru senang sekolah di situ. Katanya keren. Belum pernah ada sekolah seperti itu. Mirip pondok pesantren tapi bukan pondok pesantren. Selain itu, gratis. Sekolah gratis. Makan gratis. Tidur gratis. 

Saya sempatkan masuk ke asrama. Khususnya asrama putri. Tempat tidurnya bertingkat. Yang bikin kaget, tempat tidurnya dari spring bed. Terus saya lihat banyak boneka kesukaan anak-anak perempuan berjejer rapi di tempat tidur. Tapi ada juga bed yang kosong. Mungkin pemilik seblumnya sudah lulus. Atau, mereka batal sekolah gara-gara dijemput paksa di sini, yang mereka lihat ya tempat tidurnya. “Mereka tidak pernah tidur di kasur empuk,” kata Kepala Sekolah SPI Risna Amalia Ulfa, Sabtu (20/8/2022).

Menurut Kepala Sekolah SPI Risna Amalia, tugas anak-anak yang bersekolah di sini cuma satu, yakni belajar thok! 

Artinya ya belajar akademik, belajar kewirausahaan, belajar menjadi entrepreneurship

Tidak ada ekploitasi anak. Tidak ada anak yang dipaksa bekerja. Yang ada hanya pelatihan dan belajar. 

Tapi, karena ada berita heboh itu, semua berimbas pada sekolah. Sampai-sampai sekolah didatangi inspektorat dari Kemenristekdikti. Ya, Risna harus lari ke sana kemari menyiapkan data. Untuk apa? Katanya SPI diisukan menggelapkan dana BOS. Mungkin maksudnya korupsi, karena BOS duit negara. 

Ternyata setelah pihak inspektorat melihat laporan pengeluaran sekolah, mereka kaget. Semua laporan tertulis pengeluaran. Tidak ada pemasukan kecuali dari donatur. Karena memang sekolah ini bukan semata-mata bisnis. 

Kata Risna lagi, penggunaan dana BOS belum ada 5 persennya dari pengeluaran sekolah. Dalam sebulan pengeluaran SPI mencapai ratusan juta. Detailnya, Anda bisa tanya sendiri ke Risna. Intinya, dana BOS telah dipergunakan sebagaimana mestinya. Tidak ada korupsi seperti yang diisukan oleh orang-orang di luar sana.

Menurut Risna, sejak berita heboh itu, jumlah pelamar menurun. Ya, di sini proses penerimaan siswa tidak seperti sekolah pada umumnya. Siswa harus melamar. Nantinya akan diseleksi pihak sekolah, apakah mereka layak dan berhak sekolah di SPI atau tidak. 

SPI memang sekolah yang ditujukan untuk anak-anak yatim piatu. Bisa yatim saja atau piatu saja. Terutama ditujukan bagi siswa yang tidak memiliki biaya untuk sekolah, atau ekonomi lemah kebawah. Karena itu seleksinya ketat. 

“Harus diseleksi dan diwawancarai dulu. Mereka juga harus melampirkan berkas-berkasnya. Jika bapaknya atau ibunya meninggal harus melampirkan surat keterangan kematian,” ujar Risna. 

Bagi calon siswa yang berada di wilayah Jawa, biasanya seleksi dilakukan di sekolah. Siswa diwajibkan untuk datang. Kecuali bagi siswa yang berasal dari luar pulau. Pihak sekolah melakukan pemberkasan melalui video jarak jauh. 

Selama ini sekolah SPI Kota Batu banyak menerima siswa dari penjuru tanah air. Dari beda ras, suku dan agama. Sebelum pandemi Covid-19 dan sebelum peristiwa heboh itu, siswa yang diterima berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. 

Pihak sekolah sengaja mengambil siswa dari seluruh provinsi. Alasannya, setelah lulus mereka bisa kembali ke tanah kelahirannya dan mengabdi di sana. Tentunya dengan membawa skill yang mereka punyai. 

Selain penurunan jumlah siswa, SPI juga terancam kehilangan donatur. Beberapa donatur ada yang hengkang. Ada pula yang mundur alon-alon. Tetapi nanti, setelah kondisi SPI stabil, mereka memastikan akan kembali. Para donatur masih menganggap banyak sisi positif dari sekolah tersebut. Terutama bagi perkembangan masa depan pendidikan anak-anak bangsa. 

Kendati demikian, untuk mengembalikan trust Sekolah SPI Kota Batu tidak mudah. Iwan Kurniawan, teman sekolah JEP semasa SMA mengatakan, saat ini publik telah teracuni oleh berita-berita yang tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

“Banyak kabar miring dihembuskan sehingga berdampak pada Sekolah SPI. Publik terutama netizen hanya melihat SPI dari satu sisi. They want see what they want see. Mereka tidak melihat fakta di lapangan. Bahkan orang-orang dari luar ragu untuk berkegiatan di SPI gara-gara takut dicap pembela predator seks,” ucapnya.

Iwan mencontohkan penyanyi balada Iksan Skuter. Gara-gara pernah tampil di Ponpesnya Mas Bechi, dia di-bully netizen.  

“Karena Iksan kawan saya, maka saya undang tampil di Sekolah SPI untuk menghibur anak-anak. Dia bilang takut di-bully lagi,” katanya.

Bahkan, Youtuber Denny Darko mengaku di-bully habis-habisan oleh netizen. Gara-garanya ingin menelusuri kebenaran kasus pencabulan di Sekolah SPI. Baik dari pihak pelapor maupun terlapor. 

Sementara, Youtuber dan televisi juga menayangkan curhatan pelecehan dengan derai airmata. Sayangnya, hanya sepihak. Sebab banyak yang belum tau betapa hancurnya perasaan YH dan AS saat menonton tayangan tersebut. Keduanya disebut-sebut juga menjadi korban pelecehan. 

Ya, YH dan AS sempat jadi saksi di persidangan. Di situ mereka mengaku tidak pernah menjadi korban. 

“Tidak pernah ada kejadian itu. Saya difitnah jadi korban. Sangat keji,” tutur YH. Airmatanya tak terbendung saat saya tanya kronoligis kejadiannya. Begitu pula AS. Airmatanya juga mengalir deras. 

Ada perang airmata dalam kasus ini. Berkembang liar. Kemudian menjadi opini. Lalu muncul berita simpang siur tidak sesuai fakta persidangan yang mengaduk-aduk perasaan publik. 

Saya jadi membayangkan, andai saja para Youtuber terkenal itu dan televisi-televisi mau mengkonfrontir cerita antara SDS, YH dan AS, pasti akan seru dan menarik. Sebab kebenaran akan terkuak. Mana yang bohong dan mana yang benar. Pasalnya, selama ini YH dan AS mengaku tidak pernah dikonfrontir dari pihak manapun, baik dari kepolisian, maupun Youtuber yang hanya peduli konten dan sensasi. 

Karena itu Iwan tak habis pikir dengan pola pikir masyarakat. Mereka hanya percaya satu cerita, bukan cerita lain. Padahal kalau mereka mau berpikiran jernih, Iwan mempersilahkan datang dan melihat langsung ke Sekolah SPI Kota Batu.

Saya pun diajak Iwan untuk melihat aktivitas anak-anak menjelang Magrib.

“Lihat saja pas Magrib. Tunggu di sini jangan pulang dulu,” seru Iwan. 

Begitu Magrib, saya meihat siswa siswi sudah berkumpul di musala. Bertemu orang yang usianya lebih tua, mereka selalu mencium tangan. Sangat sopan dan ramah. Lalu saat melantunkan salawat tampak keceriaan di mata mereka. Dan, sholat berjamaah pun dimulai. 

Yang bikin kaget, tak jauh dari musala ada vihara untuk umat Budha. Di situ ada anak-anak khusuk berdoa. Suasananya sangat hening. Di sebelah selatan, ada gereja Katholik dan Protestan. Nampak anak-anak berkumpul sambil menyalakan lilin. Di lokasi paling pojok ada Pura. Yang beragama Hindu juga khusuk berdoa. 

Iwan singkat saja, beginilah seharusnya toleransi antar umat beragama. Beginilah keberagaman. Mengajarkan anak-anak untuk saling menghormati satu sama lain. Saya hanya manggut-manggut. Satu hal yang saya bawa pulang dari Sekolah SPI Kota Batu: sekolah keren.

Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk mengenyam pendidikan dengan sistem pendidikan seperti ini?

Nah, kalau kamu tertarik sekolah di sini, salah satu yang terbaik di Indonesia dan paling direkomendasikan adalah Sekolah Selamat Pagi Indonesi (SPI) Kota Batu, boarding school and entrepreneurship

SMA SPI Kota Batu merupakan sekolah unggulan yang didukung oleh fasilitas lengkap, pendidik serta tenaga pendidik yang profesional dan handal di bidangnya.

Jadi, tunggu apalagi?

Yuk, segera daftarkan diri kamu di SMA Selamat Pagi Indonesia Kota Batu.

Catatan redaksi: berita ini telah tayang di rmoljatim.id dengan judul Sekolah Keren. Oleh: Noviyanto Aji. (Yan)

Share: