Ikuti Kami di Google News

MALANG NEWS – Tim Satria Airlangga Movement (SAM) yang terdiri dari enam mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya, bersama kader Posyandu Pepaya empat Desa Sumberbrantas serta Puskesmas Bumiaji, melaksanakan kegiatan penyuluhan stunting dan resep makanan bergizi kepada ibu-ibu dengan balita, yang berlokasi di Posyandu Pepaya empat Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, pada Jumat (13/5/2022).

Penyuluhan diawali dengan berbagai pertanyaan mitos atau fakta terkait stunting, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa paham ibu-ibu dengan balita terkait stunting. Beberapa ibu-ibu diketahui ternyata masih belum tahu terkait mitos atau fakta stunting.

Kegiatan tersebut dilakukan, dengan tujuan untuk menambah pengetahuan bagi ibu-ibu dengan balita terkait stunting dan resep makanan bergizi sesuai dengan porsi balita.

Berdasarkan data timbang balita pada Februari 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemerintah Kota Batu, saat ini tercatat balita stunting di Kota Batu sejumlah 1.507 balita dari 10.350 balita.

Persentase tertinggi jumlah balita stunting di Kota Batu adalah Desa Sumberbrantas, yaitu 27,7 persen (73 dari 264 balita Desa Sumberbrantas menderita stunting).

Sekretaris Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Ainin menjelaskan, bahwa sebetulnya tidak semua balita stunting di Desa Sumberbratas berasal dari keluarga yang tidak mampu.

“Namun, ada juga balita stunting yang berasal dari keluarga yang terbilang mampu. Jadi, ekonomi itu bukan karena faktor utama adanya balita stunting di Desa Sumberbrantas. Akan tetapi, faktor balita stunting di Desa Sumberbrantas itu adalah pemberian asupan makanan yang bernutrisi bagi balita,” terangnya.

Ainin menambahkan, jika PKK Desa Sumberbrantas, melalui kelima posyandu yang ada di desa tersebut, telah berupaya untuk meminimalisasi jumlah balita stunting melalui program yang telah dibuat, yaitu Program Rumah Sehat (PRS).

“Yang dilakukan di Rumah Sehat itu, ya, membagikan makanan yang bernutrisi kepada balita. Pembagian makanannya itu bisa sekitar tujuh hari yang dilakukan secara berturut-turut,” imbuh Ainun.

Menurutnya, selain pelaksanaan program tersebut, balita di Desa Sumberbrantas juga mengikuti kegiatan timbang bulan.

“Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bagi balita,” paparnya.

Dengan demikian, masih kata Ainin, jumlah balita stunting di Desa Sumberbrantas dapat terkontrol.

“Jadi jika terus di pantau, maka perkembangan pertumbuhan balita dapat di kontrol dengan baik,” ungkapnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) Unair Surabaya, Prof. Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt menyampaikan, melalui kolaborasi itu nantinya bisa memberikan kemanfaatan yang lebih.

“Kemanfaatan yang lebih dapat memberikan dampak yang signifikan, baik lokal, nasional, maupun secara global,” tandasnya.

Setelah penyuluhan usai dilakukan, pertanyaan mitos atau fakta kembali ditanyakan dengan tujuan untuk mengetahui, apakah materi yang diberikan dapat diterima dengan baik oleh ibu-ibu.

Berdasarkan jawaban tersebut, semakin banyak ibu-ibu yang dapat menjawab dengan tepat, terkait mitos atau fakta soal stunting.

Penulis: Alfin Rachmad Cahyadi (Mahasiswa Universitas Airlangga)

Share: