Ikuti Kami di Google News

MALANG NEWS – Menanggapi adanya wacana perubahan status Pandemi Covid-19 menjadi Endemi oleh Presiden RI, H. Ir. Joko Widodo, Akademisi Universitas Brawijaya (UB) Malang memaparkan pentingnya cara komunikasi dan kajian data.

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB Malang, Rachmat Kriyantono, PhD, mengemukakan dua hal penting, yakni  pentingnya cara mengomunikasikan dan kajian data terpercaya.

“Sebenarnya, WHO pada Maret sudah menyatakan, bahwa Covid-19 kemungkinan berubah menjadi endemi,” tegas Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UB, Rachmat Kriyantono, PhD, pada Rabu (15/9/2021).

“Endemi itu penyakit yang selalu muncul dalam suatu kelompok atau wilayah geografis tertentu, dan bertahan disana,” ungkap pria alumnus FISIP Universitas Airlangga ini.

“Apakah sekarang sudah epidemi atau masih pandemi, pakar kesehatan yang lebih paham. Tapi, pemerintah, terutama Kemenkes RI, telah memperhitungkan dan mengkaji secara seksama rencana pengubahan ini,” urainya.

“Pasti pengubahan ini membuat perbedaan respon atau penanganan. Saya memperkirakan ada wilayah-wilayah tertentu yang mungkin masih diberlakukan kebijakan ketat, seperti PPKM, sedang wilayah lain agak longgar,” jelasnya.

“Dalam perspektif komunikasi, jika memang dilakukan pengubahan status level penyakit, hal ini bisa menyimbolkan penanganan yang cukup berhasil,” tukasnya.

“Aspek psikis masyarakat bisa terangkat menjadi lebih bersemangat. Namun, pemerintah harus mengomunikasikan dengan bahasa yang mudah dipahami, tentang alasan pengubahan disertai data kajian yang terpercaya,” jelasnya.

“Program vaksinasi dan program kesehatan lainnya, harus menjadi pertimbangan pengubahan ini. Apakah yang vaksin sudah sangat banyak? Ini demi menjamin keselamatan,” imbuhnya.

“Pemerintah perlu edukasi menjaga kesehatan kepada masyarakat. Yang penting, kesehatan dan perekonomian harus berjalan berbarengan,” pungkasnya. (Had)

Share: