
(Ilustrasi)
MALANG NEWS – Berseliwerannya berita Hoaks di lini masa media online dan media sosial lainnya, hingga sekarang dirasakan semakin mengkhawatirkan.
Akademisi Ilmu Komunikasi UB Malang (Universitas Brawijaya) Rachmat Kriyantono, mengajak pembaca mengenal informasi hoaks dari ciri-cirinya
Pertama, informasi hoaks disebarkan lewat media online yang belum jelas, seperti belum jelas alamatnya, belum terdaftar di Dewan Pers, belum jelas penulisnya.
Kedua, bersifat bombastis dan terkesan tidak masuk akal. Cek dahulu di google, jika hanya disebarkan oleh satu media, kemungkinan hoaks, atau disebar beberapa media di luar media kredibel kemungkinan hoaks.
Ketiga, informasinya tidak mengandung unsur who, what, when, why, where dan how secara lengkap, sumber berita hanya satu pihak.
“Keempat, judul dan isi tidak logis dan Kelima, ada ajakan untuk memviralkan,” terang Pria alumnus FISIP Universitas Airlangga ini, Kamis (9/9/2021).
TAKEDOWN RIBUAN HOAKS
Kementerian Komunikasi dan Informasi RI pada (7/9/2021) lalu merilis telah, mentakedown 2.084 informasi hoaks terkait vaksin yang menyebar di berbagai platform digital, meski juga terdeteksi muncul 318 hoaks vaksin baru.
“Yang mengkhawatirkan, mayoritas konten hoaks adalah agama, disusul politik dan kesehatan dilasir kompas.com, (5/6/2021). Qur’an sudah memberi rambu agar kita meneliti kebenaran semua informasi agar tidak mencelakakan orang lain (QS 49:6). Padahal, kita juga diajarkan untuk berqaulan sadidan, yakni berkata jujur, tidak berbohong,” tukas dia.
KONTROL SOSIAL dan BERITA BERKARAKTER
Jurnalis media nasional, Andi Hartik, menyebutkan bahwa informasi itu harus penting bagi masyarakat dan pejabat publik. Ini untuk menjalankan fungsi media sebagai agent of control sekaligus mengedukasi masyakarat.
“Informasi mesti signifikan atau penting dan magnitude. Setelah itu mengandung aspek ketokohan atau prominence dan human interest,” kata Andi.
Sementara itu, Guru SMAN 8 Kota Malang, Teguh, salah seorang Jamaah Masjid An Namiroh Tegalgondo, juga memberikan pendapatnya.
“Informasi yang baik harus menyampaikan karakter bangsa, seperti karakter tingkah laku sehari-hari, dan sopan santun,” tuturnya.
“Saya tidak ingin menjadi bagian dari hoaks. Saya juga tidak pernah memviralkan berita-berita,” paparnya.
Teguh menambahkan karakter warisan nenek moyang yang adi luhung, di dalam beragama seperti ajaran Wali Songo.
“Diantaranya membiasakan pujian setelah adzan menunggu Iqomah, pujian mengandung pitutur yang mudah untuk dihafal bahkan diamalkan,” pungkasnya. (Had)