
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNISMA, Tri Sugiarti Ramadhan, SE., MM. (Had)
MALANG NEWS – Walaupun terbilang sederhana apa yang dilakukan Akademisi Universitas Islam Malang (UNISMA), menulis puisi penyemangat saat pandemi menarik untuk disimak.
Puisi berjudul Surat Untuk Indonesia ini dinilai unik, mengesankan dan memberikan makna mendalam karena relevan serta menyentuh kalbu.
“Saya cuma ingin membangkitkan semangat juang utamanya anak muda saat ini yang terjebak pandemi. Jangan turun semangat. Kita edukasi dan tunjukkan jika dulu Nusantara pernah jaya. Saya ungkapkan semua kerinduan dan berikan suntikan spirit disaat pandemi seperti sekarang ini,” tegas Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNISMA, Tri Sugiarti Ramadhan, SE., MM, Senin (30/8/2021).
Seperti diketahui, cara meluapkan ekspresi dan rasa, menyikapi suatu sikon semisal pandemi Covid-19 yang sudah berjalan dua tahun ini bertepatan dengan HUT RI ke-76, bagi setiap orang berbeda-beda.
Puisi tersebut sebagai gambaran Indonesia di tahun 2000. Ia mencoba memotret moment dan kenangannya yang dituangkan dalam kata-kata indahnya.
“Saya membuat puisi ini lebih ke pesan tersirat, harapan dan semangat. Rindu akan Macan Asia yang pernah didengar dulu. Biar dinalar lagi untuk membangkitkan semangat juang,” terang perempuan 25 tahun asal Dompu NTB ini.
Ia berkeinginan setelah terciptanya puisi tersebut, adalah kembalinya semangat juang muda-mudi di Indonesia.
“Kebetulan saya ingin membuat buku tentang indonesia. Tulisan puisi ini diharapkan bisa menjadi issue project buku saya nanti dan juga tulisan pemanasan,” ungkap perempuan lulusan S-2 FEB UNISMA 2018 ini.
Berikut kutipan selengkapnya puisi panjang berjudul Surat Untuk Indonesia karya Dosen FEB UNISMA, Tri Sugiarti Ramadhan, SE., MM.
SURAT UNTUK INDONESIA
Kepada Indonesia, jujur, sangat sulit menulis ini karena aku tak begitu yakin siapakah dirimu yang sebenarnya.
Aku pikir, aku cukup mengenalmu selama 25 tahun ini. Kamu adalah majalah dengan kelinci biru serta gajah kecil berbelalai panjang yang pernah kubaca di pertengahan 90-an.
Kamu adalah radio dalam segenggam kotak yang selalu ada dalam saku jaketku, menemani setiap langkahku di awal 2000-an.
Darimu pun terlahir buku-buku yang menjadi favoritku, berkatmu pula terlahir nama-nama besar yang membentuk pondasimu.
Kau tempatkan nama-nama besar itu dalam ruang, berpikir, mungkin saja Alexander Agung juga melakukan hal yang sama, yang bisa memberikanmu kepercayaan diri untuk menjadi suar bagi semua bangsa, menghidupkan kembali Macan Asia yang dulu pernah kudengar, bagai Dewa yang melegenda dengan bintang limanya.
Aku sangat mempercayai kenangan bersamamu daripada sejarahmu. Karena kenangan itu seperti api, bersinar dan tidak akan pernah berubah, sementara sejarah hanya melayani mereka yang berusaha untuk mengendalikan, bisa dihapus atau pun dihidupkan.
Bisa jadi karena itu pulalah yang membuatku kesulitan dalam menulis surat ini untukmu. Aku tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi. Dari sekian banyaknya masalah politik, dan polemik kemanusiaan yang pernah menerpamu, aku tidak banyak memiliki kalau dari semua sisi tentang itu.
Satu hal yang pernah kudengar, bangsa Inggris punya mitos tentang Raja Arthur yang konon katanya; saat bahaya besar di negara itu terjadi, dia akan kembali.
Begitu pula juga dirimu, jika di kemudian hari kamu memiliki masalah besar, kamu masih memiliki semangat juang dari masa lalu yang masih bisa kau panggil:
Laki-laki dan perempuan yang tidak hanya berani, tapi juga berhati nurani. Panggillah mereka untuk berdiri bersamamu, untuk menginspirasimu, untuk membela yang terbaik dalam dirimu, kamu membutuhkan mereka. Indonesia. (Had)