MALANG NEWS – Meski sepintas pahit, situasi dan kondisi pandemi melahirkan banyak kisah inspiratif yang bisa memotivasi untuk survive menjalani kehidupan. Salah satunya adalah seputar pengajaran siswa saat pandemi.
“Saya guru di Desa Oebola yaitu SDN Oelbeba. Saya menjadi guru sejak tahun 2003 dan diangkat menjadi PNS dari tahun 2014,” tegas Guru SDN Oelbeba, Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Febby Dian S.Pd memulai bercerita, Sabtu (28/8/2021).
Sekilas info, dua tahun sudah pandemi bercokol di Bumi Nusantara yang memberikan pengaruh besar dalam tatanan kehidupan.
“Kami guru SD mengajar semua mata pelajaran yaitu PKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, sedangkan Agama dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) itu ada guru mata pelajaran sendiri,” jelasnya.
Ia menjelaskan, tentang pembelajaran daring selama pandemi.
“Berhubung di desa tempat SDN Oelbeba masih susah menangkap jaringan (dijual) internet dan jarak dari kota sekitar 20 kilo meter. Jadi, kami melakukan antar jemput materi dan tugas dengan membagi kelompok belajar di setiap titik tempat berkumpul, yang dibatasi setiap kelompok berjumlah lima orang serta diawasi beberapa orang tua dan mematuhi protokol kesehatan,” urainya.
SUKA DUKA
“Untuk yang suka, kita bisa berkunjung ke rumah siswa bisa melihat keadaan mereka di rumah secara langsung,” katanya.
Untuk dukanya jarak semakin jauh, waktu pertemuannya tidak semua hadir karena mereka di rumah lebih mementingkan ke kebun bersama orang tua. Maklum kehidupan di desa.
Untuk menarik minat murid belajar dan fokus tidak pergi ke ladang, ia kerapkali berkorban dengan membawakan makanan kecil dan minuman ringan.
“Kalau saya biasa membawakan mereka jajanan seperti permen atau makanan ringan, agar mereka betah belajar,” terangnya.
LAMA TEMPUH DAN GANGGUAN KENDARAAN
“Semua guru di sekolah saya masing-masing membawa motor sendiri, soalnya kami semua dari luar desa itu, kami tempuh waktu perjalanan sekitar kurang lebih satu jam, dan jarak tempat tinggal siswa bervariasi, ada yang jauh sekali, jauh, dan dekat,” imbuhnya.
“‘Kita waktu antar jemput itu sesuai jadwal, dalam 1 minggu 2 x pengantaran,” urainya.
“Kalau mengalami gangguan kendaraan itu sudah kami anggap biasa karena jalan yang kami tempuh tidak mulus. Memang dana desa sudah masuk, sudah perbaikan jalan tapi seiring waktu ketahanan jalan rapuh sehingga jalan sudah mulai rusak lagi, dan kami mesti ekstra hati-hati dalam perjalanan ke sekolah dan ke rumah siswa,” ungkapnya.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARING
“Menurut saya kelebihan dari daring yaitu sepenuhnya diawasi oleh orangtua. Kebetulan anak bungsu saya adalah pelajar SMP belajar secara daring,” paparnya.
Ia mengungkapkan, tentang kekurangan dalam pembelajaran daring selama pandemi.
“Kalau kekurangannya bagi kami guru yang luring yaitu waktu pembelajaran dibatasi, sehingga materi tidak bisa berjalan sesuai program,” ujarnya.
Selanjutnya ia memberikan saran untuk pembelajaran kala pandemi dengan online (daring).
“Saran saya untuk pembelajaran daring yaitu sesuai pengalaman anak saya pelajar SMP baik. Tapi, mereka tidak bisa bersosialisasi dan mereka merasa tersiksa dengan semua tugas dari setiap versi masing-masing guru mata pelajaran, yang harus segera diselesaikan dalam beberapa hari,” imbuhnya.
Ia bersyukur, karena saat ini untuk SD sudah mulai dilonggarkan pembelajaran secara offline. Yakni tatap muka selama dua jam per hari.
“Tapi syukurlah di tempat kami sudah melakukan tatap muka dengan durasi dua jam per hari. Semoga pandemi ini segera berlalu,” pungkasnya. (Had)