MALANG NEWS – Viralnya Dinar Candy memprotes PPKM dan akhirnya diamankan polisi, mendapat perhatian berbagai kalangan termasuk akademisi Universitas Brawijaya (UB) Malang.
“PPKM kembali diperpanjang hingga 16 Agustus 2021. Ungkapan protes penolakan PPKM terjadi dimana-mana, hal itu adalah sebuah kewajaran dalam iklim demokrasi,” kata Pakar Komunikasi dan Manajemen Krisis Universitas Brawijaya (UB) Malang, Maulina Pia Wulandari, PhD, pada Selasa (10/8/2021).
“Setiap orang memang harus dihargai hak berpendapat asalkan tidak anarkis dan menimbulkan kericuhan di masyarakat. Kasus aksi protes artis dengan inisial DC adalah salah satu dari sekian aksi protes penolakan PPKM,” tandas Maulina Pia Wulandari, PhD.
Sebenarnya aksi protes itu wajar-wajar saja, tapi yang bikin extraordinary adalah sang artis ini pakai bikini sebagai kostum aksi protesnya. Aksi ini berbuntut diciduknya DC ke kantor polisi dengan yang dianggap melanggar UU tentang pornografi.
“Saya tidak akan membahas tentang aspek hukum, tapi saya akan menganalisis dari konteks komunikasi apakah ini sebuah agenda yang sengaja disetting demi sensasi yang berujung pada naiknya popularitas dan kepentingan bisnis sang artis ini,” tegas Perempuan alumnus FISIP Universitas Airlangga ini.
Dikatakannya, masa PPKM memang mematikan industri showbiz dan dunia entertaiment terutama bagi artis yang mengandalkan job manggung. Tapi bagi artis yang cerdas dan kreatif, dimasa sulit seperti ini, mereka akan segera berpindah ke media yang mempersilahkan mereka untuk tampil kapan saja, dimana saja, dan ditonton oleh siapa saja.
Pindah ke media sosial adalah strategi yang paling tepat saat ini. Nah celakanya, sekarang makin banyak artis yang sudah menggunakan media sosial, sehingga pertarungan kompetisi di platform digital semakin ketat. Artis dengan konten yang menarik minat netizen akan “stand out” di tengah keriuhan dunia hiburan digital.
Aksi protes DC itu bisa diinterpretasi macam-macam oleh netizen tergantung dari perspektif, latar belakang, dan pengalaman netizen.
Dia bisa saja dianggap sebagai orang yang sedang depresi, karena selama PPKM sepi job sebagai DJ dan acara off air lainnya, jadi melakukan aksi nekat untuk meraih simpati.
Tapi bisa jadi ini memang aksi yang direncanakan oleh tim media sosialnya. DC memang artis yang dicitrakan sebagai sosok yang seksi yang mampu menarik perhatian netizen terutama kaum pria.
“Lihat aksinya di podcast Deddy Corbuzier yang sengaja tidak pakai Bra. Demi apa sih kalau gak demi sensasi? dan terbukti kan jumlah viewers yang nonton podcast itu jumlahnya jutaan?,”
ungkap Pia.
Aksi tergolong nekat jelas akan menjadi perhatian publik, yang pasti akan mempengaruhi traffic followers di Instagram DC.
DC akan menjadi tajuk berita di infotainment dan media online di tanah air. Dia akan tambah terkenal saat sekarang diciduk Polri, yang kemudian menjadi pro dan kontra para pakar hukum, aktifis perempuan hingga komisioner KPAI.
“Akankah DC ditinggalkan follower? Justru momen ini dia gunakan sebaik-baiknya untuk menaikkan popularitas. Endorsment akan semakin bertambah banyak, karena memang ada beberapa artis yang endorsmentnya bertambah banyak saat sedang berantem atau menjadi bahan perbincangan netizen,” papar Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UB
DC justru akan banyak mendapatkan simpati dari orang-orang yang mengalami masalah yang sama di masa PPKM. DC bahkan bisa dianggap sebagai pahlawan bagi mereka yang tidak mampu menyuarakan ketidaksetujuan akan perpanjangan masa PPKM.
Dibalik aksi konyol DC, tersirat sebuah kecerdasan dan kreatifitas yang tinggi di tengah masa PPKM.
“Mungkin banyak yang tidak setuju dengan saya, tapi dalam komunikasi bisnis di dunia hiburan, hal-hal seperti ini adalah sesuatu yang bisa menghibur netizen di tengah kehidupan yang sulit di masa PPKM. Bauran depresi, sensasi dan setingan yang cerdas dan kreatif ini memang bisa beresiko tinggi. Tapi saya yakin tim media sosial DC sudah memperhitungkan dengan matang. DC berhasil “stand out” dan mencuri perhatian publik dengan menyajikan hiburan yang kontroversial,” pungkas Pia. (Had)