Ikuti Kami di Google News

Seorang pekerja, saat tengah menggarap pesanan. (Had)

MALANG NEWS – Kegigihan seorang Pengajar di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ini patut mendapat pujian, karena mampu mengembangkan usaha mebel rakyat saat pandemi.

Meski baru berjalan 1 tahun, usaha mebel yang dikelola warga Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang ini mampu berdikari di tengah banyak usaha lainnya gulung tikar dihajar pandemi.

Walaupun harus berjibaku karena modal yang minim dan peralatan yang terbatas, namun usaha yang juga ditekuni Jokowi semasa sebelum menjadi presiden ini, sekarang semakin menggeliat.

“Alhamdulillah meski baru 1 tahun umur usaha ini, namun semakin berkembang. Untuk modal, kecil modal, paling ya Rp 15 juta, buat beli alat sederhana, masih jauh dari memadai alatnya. Dan buat beli bahan (kayu),” tandas Warga Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Miskari, Jumat (30/7/2021).

Pria yang mantan anggota DPRD Kabupaten Malang ini menjelaskan, tentang alasan menekuni usaha perkayuan.

“Alasan pertama, karena sering membuat mebel sederhana untuk madrasah sendiri. Lalu kenapa tidak kemudian dikembangkan untuk menambah penghasilan dan membantu sesama, untuk dijadikan karyawan,” tutur pria yang juga Kepala MTs Azharul Ulum ini.

Dikatakannya, usaha ini dikelola sendirian dalam artian tidak melakukan usaha patungan.

“Kalo bisa dikerjakan oleh tenaga kita yang di rumah, tapi kalau mebel yang sudah rumit kita punya mitra di Pasuruan. Ada pengrajin disana yang kerjasama dan finishing di kita, bahkan untuk custom tertentu kita joint dengan kawan mebel di Jepara,” imbuhnya.

“Bahan baku masih lokal saja, kadang beli dari pedagang kayu lokal. Kadang beli milik petani,” tukasnya.

Dipaparkannya, untuk kendala adalah masih perlu tenaga yang lebih profesional dan alat yang lebih modern.

“Saya berharap bisa berkembang, melebarkan jenis produk jika punya tenaga dan alat yang memadai,” ungkapnya.

“Saya masih fokus di mebel kayu, belum ke jenis-jenis semisal sofa. Mebel sekolah yang kebetulan banyak. Mungkin ke depan akan kesana. Tapi sekarang, kalau ada pesanan ya saya kerjasama relasi saya untuk memenuhi pesanan sofa atau spring bed,” jelasnya.

Lebih jauh diungkapkannya, bahwa pihaknya melayani pembuatan produk mebel sekolah, meja kantor, bufet, almari, dipan, dan kursi. Bahan jati dan kayu keras. Lebih ke furnitur kayu.

“Alhamdulillah, kami bisa memberikan pekerjaan dua orang dan menerima kayu teman-teman pedagang kayu,” imbuhnya.

“Untuk pemasaran ke teman kenalan saja atau relasi. Alhamdulilah, yang terpenting tukang bisa jalan terus gitu saja. Alhamdulillah, dua bulan ini tukang jarang libur,” terangnya.

“Ya kalau perputaran uang ya masih kecillah Rp 15 sampai Rp 20 juta lah. Prinsipnya jalani dulu, di masa pandemi, sambil mengumpulkan energi dan amunisi. Saya yakin jalan masih ada bagi yang jeli dan mau berusaha,” paparnya.

“Bagi saya pribadi usaha ini sambilan mas. Karena tugas utama ya di madrasah. Karena saya mikir guru madrasah itu kan penghasilannya ya tentu kecil, agar tetap bisa berjuang kita harus mikir ada usaha yang tidak mengganggu pengabdian kita,” tukasnya.

“Kebetulan saya ambil untung minim. Makanya saya maksimal dapat penghasilan paling masih kisaran Rp 1,5  sampai Rp 3 juta,” sambungnya.

“Saya guru, guru madrasah itu harus punya sisi enterpreneur karena mengharap gaji termasuk dari negara kecil kemungkinan, yang sertifikasi saja maksimal nerima hanya Rp 1,4 juta. Apalagi yang hanya di honor lembaga atau yayasan,” urainya.

“Motivasi masa pandemi, tentu sulit tapi ada sebagian orang yang justru optimis, tetap berusaha dan memutar otak agar tetap bisa berkarya dan bekerja. Semoga pandemi segera berakhir. Dan perekonomian kembali bergairah,” pungkasnya. (Had)

Share: