MALANG NEWS – Adanya percepatan vaksinasi massal (massif) dari pemerintah patut mendapat dukungan semua pihak guna pencapaian Herd Immunity.
Segala sesuatu niat yang baik dan tujuan yang baik selayaknya juga dijalankan dengan cara, metode, dan sistem yang baik pula.
“Namun ironisnya dalam pelaksanaan vaksinasi massal ternyata juga memicu munculnya klaster baru penularan Covid-19. Ini terjadi di Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jawa Barat, 18 nakes terkonfirmasi positif Ccvid-19,” tegas Wakil Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, dr. Umar Usman, MM, Selasa (20/7/2021).
Kembali melonjaknya kasus Covid-19 membuat tenaga kesehatan (nakes) ikut terdampak. Sebanyak 18 nakes di Puskesmas Sukasari, Kecamatan Cilaku, Cianjur, Jawa Barat, terkonfirmasi positif Covid-19.
Terpaparnya nakes berawal dari enam nakes yang terlibat dalam pemberian vaksinasi massal di salah satu desa.
SISTEM FORMULIR
Satu contoh vaksinasi yang baik adalah seperti dilakukan di Koramil 0909 Sangatta, Jenderal Sudirman Desa Sangatta Utara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutim (Kutai Timur).
Hal ini karena diterapkan sistem formulir kepada calon penerima Vaksin. Sehingga vaksinator yang ada di lokasi pelaksanaan vaksinasi hanya melayani penerima yang sudah memiliki formulir tersebut.
Penerapan ini dapat meminimalisir ledakan jumlah penerima vaksin di lokasi penyuntikan sebab masyarakat yang belum mendapat formulir tidak mendapat pelayanan.
“Ini bagus dijalankan, orang yang datang bisa diatur. Karena kalau tidak, bisa meluber dan tidak menutup kemungkinan jadi klaster baru, Dengan penerapan ini masyarakat juga tidak pulang dengan tangan hampa akibat kehabisan formulir pendaftaran saat ke lokasi penyuntikan,” tutur Pria yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Malang ini.
TEKNOLOGI DIGITAL DAN PEMBAGIAN WILAYAH
Penjadwalan vaksinasi bisa memanfaatkan teknologi digital, melalui website atau menggunakan perangkat RT/RW mempermudah warga yang tidak memiliki akses internet.
Setelah itu, pengetatan protokol kesehatan guna mewaspadai penyebaran virus saat vaksinasi di fasilitas kesehatan atau tempat vaksinasi. dr Umar menyarankan strategi jemput bola atau petugas langsung mendatangi masyarakat yang akan divaksin hingga ke tingkat desa atau kelurahan.
Contoh vaksinasi yang baik juga dijalankan di wilayah timur Kabupaten Bogor Camat Klapanunggal yakni membagi di setiap desa sehingga tidak menumpuk di satu tempat.
“Vaksinasi di setiap desa. Jadi tersebar dan tidak menimbulkan kerumunan yang berpotensi menjadi klaster baru,” papar Pria alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Hal serupa dilakukan di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor. Untuk mencegah kerumunan, vaksinasi dibagi di dua tempat. Selain itu vaksinasi Covid-19 di kecamatan Cileungsi membagi vaksinasi dalam tiga hari. Selain itu vaksinasi juga dilakukan ditempat terbuka.
Sistem vaksinasi yang baik juga dilakukan di Kabupaten Kendal, lima sentra vaksin dibuka untuk melayani warga yang antusias ingin mendapatkan vaksin Covid 19.
“Langkah Pemerintah Kabupaten Kendal untuk mempercepat dan mengejar target vaksinasi massal dengan membuka sentra vaksin yang tersebar di seluruh wilayah di Kendal. Ada 5 sentra vaksin yang dibuka yakni di Stadion Kebondalem, Aula Kecamatan Kaliwungu, Aula Kecamatan Weleri, Obyek Wisata Curug Sewu dan Kolam renang Boja,” jelas Pria yang juga Ketua PC NU Kabupaten Malang ini.
“Jangan sampai ada klaster vaksin karena antusias warga yang tinggi. Butuh pengaturan pelaksanaan dengan cara mendaftar melalui online,” imbuh Pria yang juga senior KAHMI ini.
ANTRIAN VAKSINASI KOTA MALANG
dr. Umar Usman mengatakan, berdasar informasi, beberapa hari lalu sempat ada postingan di FB tentang vaksinasi yang dinilai melanggar prokes karena banyaknya peserta (10.000 orang) di sebuah PTN Kota Malang.
Dalam postingan yang dibuat pakar manajemen krisis tersebut, Pemosting memberikan saran dan kritik karena adanya kerumunan dikhawatirkan memicu munculnya klaster baru.
Selanjutnya, ada pula beberapa hari sebelumnya, petugas medis Puskesmas Mojolangu melakukan vaksinasi Covid-19 di Gedung Serbaguna Kelurahan Mojolangu, Jalan Sudimoro Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.
“Semestinya pemerintah membuat 1 aplikasi untuk antrian vaksin, kemudian nakes satgas door to door ke rumah yang sudah antri di aplikasi tersebut. Sehingga gak ada yang namanya ditolak karena door to door gak mau divaksin. Gak ada yang namanya cluster baru karena antrian. jadi yang didatangi yang antri vaksin di aplikasi,” tegas dr. Umar Usman.
“Pelibatan anak kedokteran, perawat, bidan atau mahasiswa kesehatan yang bisa suntik kerahkan door to door. Tinggal koordinasi dari kota, kecamatan lurah baru RT/RW. Masyarakat diharapkan partisipasinya dalam vaksin seperti menunjukan riwayat sakit, apabila sehat mau divaksin, dan jujur dengan kondisinya saat vaksin,” terang dr. Umar Usman.
“Kalau di Surabaya di jam dikasih jadwal dari kelurahan untuk masing-masing RT bergilir hanya 6-10 orang. Harus on time. Kalo tidak maka antri dijadwal vaksin berikutnya. Jadi vaksin sudah tidak di puskesmas tapi di masing-masing kelurahan,” pungkas Pria Berjuluk Dokter Rakyat ini. (Had)