

MALANG NEWS – Ribuan petani dan ribuan hektar area lahan kebun Kopi gagal panen di kawasan Amstirdam (Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit) Kabupaten Malang serta produksi kopi turun 80 persen akibat terkendala cuaca.
“Di bagian selatan wilayah Amstirdam (Ampelgading, Tirtoyudo, Dampit) Kabupaten Malang produksi kopi turun 80 persen,” tegas Petani Kopi Dampit Tamin, Jumat (9/7/2021) memulai bercerita.
Ia mengatakan, kegagalan produksi adalah karena faktor cuaca ekstrim. “Gagal panen kopi, karena faktor cuaca ekstrim. Saat ini jumlah petani kurang lebih ada 5000 petani,” tukasnya.
Lebih jauh Tamin mengungkapkan, luas lahan yang gagal panen dan faktor penyebabnya.
“Hampir 1000 ha kebun Kopi petani gagal panen. Apa penyebabnya, yaitu
curah hujan terlalu tinggi saat musim bunga kopi,” paparnya.
“Wilayah yang gagal panen yakni Desa Sukodono, Srimulyo, wilayah Jengger Purwosari, Lengkong Tirtoyudo, Sumawe bagian selatan. Pokoknya yang mempunyai ketinggian 100 – 400 dpl mengalami gagal pembungaan,” tuturnya.
Ia menjelaskan, terkait solusi alternatif yang dilakukan petani Kopi. “Solusinya mereka melakukan diversifikasi pertanian dengan menggunakan tanaman sela, Pisang, Kelapa, Jahe. Juga mengandalkan Daun Cengkeh untuk disuling,” urainya.
“Pokoknya kerugian petani Kopi dari hasil kopi 80 persen. Intinya untuk menutup kerugian untuk pembelian pupuk saja masih kurang. Sehingga petani mengandalkan pupuk kandang sebagai pupuk, dan ternak Kambing sebagai penutup kebutuhan,” terangnya.
Ia mengungkapkan, sekarang dengan adanya PPKM Darurat nasibnya mengenaskan.
“Petani menjerit terpaksa ada yang hutang. Untuk bertahan hidup karena hampir 80 persen mereka adalah buruh tani. Mereka juga memakai hasil penjualan Kambing untuk makan dan biaya sekolah anak,” imbuhnya.
Terkait bantuan pemerintah, Tamin mengungkapkan pihaknya membutuhkan untuk pemupukan.
“Kami butuh bantuan, minimal untuk pemupukan. Karena petani jelas tidak mampu beli pupuk padahal tanaman Kopi butuh pupuk 2 kali dalam setahun. Bantuan pemerintah ini wujudnya bisa berupa pupuk langsung. Dan lebih parah karena bila gagal tidak memupuk, petani akan lebih terpuruk
pasti akan gagal panen lagi. Karena tanaman Kopi kurang nutrisi tanaman,” tukasnya.
“Saya pribadi juga prihatin karena hasil turun drastis walaupun kami hari ini ditunjuk sebagai mentor program di dinas pertanian Jatim spesial untuk Kopi wilayah Kabupaten Malang,” katanya.
Sementara itu, berdasar informasi dari warga setempat, kondisi panen Kopi di Sukodono mengenaskan.
Hal ini karena gagal total. Yaitu di
Sukodono pinggir Timur tidak ada panen kopi. Yang ada cuma daun tanpa buah Kopi.
Dusun Wonosari yang dulu bisa menghasilkan 7 kuintal, sekarang hasilnya cuma 35 kg karena faktor cuaca. Solusinya warga menanam Pisang dan Salak.
Diketahui, satu dusun ada sekitar 600 petani dan untuk kerugian mencapai Rp 10 juta per hektar area.
Adanya PPKM memperparah kondisi, karena semakin prihatin semua hasil tani harganya murah.
Sebagian petani Kopi inginnya alih profesi dari Kopi ke Salak namun mereka tidak mempunyai bibit Salak. (Had)