Ikuti Kami di Google News

Pakar Manajemen Isu dan Krisis UB Malang, Maulina Pia Wulandari, Ph.D. (Had)

MALANG NEWS – Sejumlah point pandangan dan sorotan terlontar dari akademisi Universitas Brawijaya Malang, atas naiknya angka pasien Covid-19 di Malang Raya dan daerah lainnya di Indonesia.

“Kalau menurut saya ada setidaknya 6 point penting penanganan lonjakan Covid. Yang pertama, terkait pentingnya hukum yang jelas tentang pengendalian Covid-19,” tegas Pakar Manajemen Isu dan Krisis Universitas Brawijaya (UB), Maulina Pia Wulandari, Ph.D, pada Selasa (29/6/2021).

“Yang kedua, perlunya penegakan hukum yang tegas, jelas, dan tidak tebang pilih,” terang alumnus FISIP Universitas Airlangga ini.

“Point ketiga adalah pentingnya disiplin dan kepatuhan pemerintah dan masyarakat pada aturan dan protokol kesehatan, keempat, pentingnya teknologi digital modern untuk tracing, kelima perlunya mobilitas manusia yang dibatasi dan terakhir dibutuhkan kekompakan pemerintah dari pemerintah pusat hingga daerah,” terangnya.

“Alhamdulillah analisis saya selalu sesuai dan tepat dengan realita karena berdasarkan data, informasi dan ilmu pengetahuan yang saya pelajari selama ini,” paparnya.

“Teringat bulan lalu jurnalis media online meminta saya menuliskan analisis trend pasca Lebaran, saya agak enggan menulis karena hasilnya pasti sesuai prediksi akan melonjak tajam saat pelonggaran mobilitas masyarakat setelah Lebaran dan liburan,” imbuhnya.

“Saya malas membahasnya karena ingin lebih fokus pada manajemen mengatasi krisisnya. Fokus pada 6 item yang disampaikan di media terkait formulasi manajemen krisis menghadapi pandemi Covid-19. Perkembangan terbaru (update), ternyata Singapura menjalankan kebijakan yang fokus pada 6 item tersebut dalam mengendalikan pandemi sejalan dengan pemikiran dan analisis saya,” paparnya.

Sementara itu, dosen Sosiologi UB Malang, Anif Fatma Chawa menghimbau masyarakat menjalankan sikap cerdas menghadapi varian virus baru. Hal ini karena varian baru Covid-19 Delta, punya karakter yang spesifik dalam menginfeksi manusia.

Dikatakan perempuan alumnus FISIP Universitas Airlangga ini, sebenarnya kunci utama menghadapi Covid-19, apapun variannya, bisa dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat. Sampai sekarang ini yang masih menjadi problem, adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang berbeda-beda. Menyebabkan penerapan prokes kurang optimal.

“Semua pihak harus punya kesadaran mengedukasi sesama, soal Covid-19 dan prokes . Dengan kondisi masyarakat berbeda-beda, otomatis pola edukasi harus dikemas dengan model komunikasi yang beragam. Menyesuaikan karakter dari sasaran,” jelasnya. (Had)

Share: