Ikuti Kami di Google News

Konferensi Internasional Sound of Borobudur: MUSICoverNATIONS. (Had)

MALANG NEWS – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI bekerja sama dengan Yayasan Padma Sada Svargantara sebagai inisiator Sound Of Borobudur Movement, dan Kompas Group menyelenggarakan Konferensi Internasional Sound of Borobudur: MUSICoverNATIONS: Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik 24 Juni 2021.

Ternyata, Borobudur bukan hanya adikarya konstruksi dan arsitektur, tetapi juga memuat sejarah musik. Pada relief candi, terpahat berbagai alat musik yang berasal bukan hanya dari berbagai provinsi Indonesia, tetapi sedikitnya 40 negara dunia.

Konferensi ini mendiskusikan upaya merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui musik sebagaimana pada masa Borobudur dibangun. Selain itu, juga membahas proyeksi membangun sound destination sebagai destinasi baru dan Sound of Borobudur sebagai sebuah alternatif destinasi baru dalam dunia pariwisata.

Konferensi Internasional Sound of Borobudur berlangsung sukses dan memantik apresiasi dari Menparekraf RI,  Sandiaga Uno.

“Saya tidak menyangka Sound of Borobudur ini ternyata sangat luar biasa. International Conference Sound Of Borobudur Music Over Nations merupakan upaya menggali jejak persaudaraan lintas bangsa melalui musik. Total sebelas musisi dari sepuluh negara yang berpartisipasi ikut berkolaborasi. Itu merupakan sebuah bukti bahwa kekayaan warisan Kita diakui dunia, memanggil dunia untuk ikut mengapresiasi,” tegas Sandiaga Uno, Sabtu (26/6/2021).

Konferensi menghadirkan para pembicara ahli dari akademisi, praktisi, etnomusikologi, birokrat yang menguasai tentang industri kreatif seni musik serta ekonomi kreatif, serta perwakilan dari UNESCO dan VITO (Visit Indonesia Tourism Officer).

Keynote Speaker. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga S Uno. Sambutan Pembuka Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo,  Yayasan Padma Sada Svagantara Purwa Caraka.

Pada Sesi 1. Merangkai kembali keterhubungan antar bangsa melalui alat musik yang terpahat di relief candi Borobudur, dengan Narasumber Prof. Emerita Margaret Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil, Guru Besar di Sir Zelman Cowen School of Music and Performance, Monash University, Australia.

Addie MS,  pendiri Twilite Orchestra, pianis, pencipta lagu, komponis, arranger, dan produser music.

Tantowi Yahya, Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh untuk Selandia Baru, Samoa, Tonga, Cook Islands dan Niue dan Duta Besar Keliling untuk Wilayah Pasifik.

Pada Sesi 2. Membangun sound destination sebagai destinasi baru, mengimplementasikan Borobudur sebagai sebuah warisan yang harus dikerjakan, Narasumber: Prof. DR. M. Baiquni MA pakar geografi pembangunan, pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, dan mantan Ketua Program Magister Kajian Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Unversitas Gadjah Mada (UGM).

Dr. Muhammad Amin, S.Sn., M.Sn, MA. Kemenparekraf Direktur Musik, Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf RI, Moe Chiba Representative UNESCO, Sulaeman Shehdek Representative VITO (Visit Indonesia Tourism Officer).

Konferensi diadakan secara Hybrid, yaitu secara luring untuk undangan yang terdiri atas para tokoh masyarakat,  pejabat Dinas Pariwisata Provinsi dan Kab/Kota, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi dan Kab/Kota, Asosiasi Usaha Pariwisata (ASITA, PHRI, GIPI, dll), pelaku wisata, budayawan, seniman, LSM, komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa, serta secara daring untuk seluruh peserta dari seluruh dunia melalui link Zoom dan YT Harian Kompas dan YT Sound of Borobudur.

Disuguhkan pula penampilan 11 orang musisi dari 10 negara memainkan alat-alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur, berkolaborasi dengan Dewa Budjana, Trie Utami, dkk, dari Sound of Borobudur Orchestra, memainkan karya-karya komposisi Sound of Borobudur.

MEGA PERPUSTAKAAN

Sementara itu, Trie Utami (inisiator Sound of Borobudur) mengatakan, Relief-relief di Borobudur adalah mega perpustakaan tentang berbagai pengetahuan yang akan menjadi sumber inspirasi sepanjang masa yang diwariskan lintas generasi.

“Relief tentang alat musik sangat dimungkinkan bisa ditemui di candi-candi lainnya. Quality tourism bisa dibangun dari substansi yang dimiliki tiap daerahnya. Saatnya membangun, storynomics, berangkat dari literasi dan diimplementasikan dalam aktivitas yang memiliki manfaat dan nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan,” kata Tri Utami.

Sementara itu, Professor Emerita Margaret Joy Kartomi AM, FAHA, Dr. Phil mengatakan”relief di borobudur merupakan bukti budaya kultur bermusik di Jawa yang sudah advance di abad 8-9. “Relief di candi Borobudur juga manunjukkan adanya kolaborasi dalam berkesenian, dalam menari dan bermain musik,” jelasnya.

Bagi yang ingin menonton event hybrid Sound of Borobudur bisa kunjungi
https://youtu.be/-hEq2i6sQrI. (Had)

Share: