Ikuti Kami di Google News

Suasana Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kampung Terapi Hijau, yang menggelar Festival Nyandar Bhumi. (Mad)

MALANG NEWS – Siapa yang tidak tahu kampung Terapi Hijau? Kampung tematik yang pertama kali ada di Kota Malang, awal 2006 kampung ini sudah sangat terkenal sebagai Kampung Terapi, karena batuan ditengah jalan yang dulunya memakai batu kali sekarang diganti dengan batu putih atau batu terapi.

Sehingga warga setiap hari melakukan terapi dengan cara berjalan di atas tatanan batu terapi, yang ditata sedemikian hingga dapat mengurai simpul-simpul saraf di kaki. Kini Kampung ini bernama Kampung Terapi Hijau seiring dengan perubahan lingkungan dan termasuk kampung perintis urban farming di Kota Malang.

Menariknya, di kampung ini setiap peringatan hari-hari besar sedunia yang berkaitan dengan lingkungan selalu di peringati di kampung ini.

Dan hari ini Minggu 6 Juni 2021 FESTIVAL NYANDAR BHUMI di Kampung Terapi Hijau diselenggarakan, dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni kemarin.

Acara diperingati dengan sederhana mengelar tikar, agar pengunjung merasakan duduk di atas tanah. Acara di gelar dengan protokol kesehatan ketat, jaga jarak dan menghindari kerumunan massa yang di damping Babinsa dan Bhabinkamtibmas Kelurahan Sukun.

Acara dimeriahkan dengan gelaran Mini Workshop, anak-anak membuat miniatur kendaraan bermotor dari jam tangan dan korek api bekas. Selain itu, juga ada edukasi pilah olah 13 jenis sampah rumah tangga yang bisa di manfaatkan.

Mini Workshop urban farming untuk anak-anak menanam dengan teknik hidroponik sederhana, mini workshop pembuatan kerajinan tangan dari bahan daur ulang koran bekas, serta gelar produk UMKM produksi warga RW 03, Kelurahan Sukun diantaranya batik sukun, olahan minuman herbal dari daun kelor.

Acara dihadiri Lurah Sukun Andin Yunistiyanto, S.P, MM, Camat Sukun, I. Ketut Widi E. Wirawan, S.Sos, M.Si dan Kabid Destinasi Pariwisata Disporapar Kota Malang, Fitria Noverita serta Ketua Forkom Pokdarwis Kampung tematik Kota Malang, Isa Wahyudi alias Ki Demang dan Mbakyu Malang, Arista Damelia Trisoewito yang di sambut oleh Ketua RW 3, Kelurahan Sukun, M. Djainul Arifin di damping Ketua Pokdariws Kampung Terapi Hijau, Dimas Yuwono Septo Wibowo, S. Sos

Fitri Noverita dalam sambutanya menyampaikan, bahwa KTH perlu menjaga kampung ini sebagai kampung wisata berbasis lingkungan.

“Peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia yang di kemas dalam event Nyandar Bumi di Kampung Terapi Hijau, masuk dalam kalender event wisata Kota Malang,” terangnya, Minggu (6/6/2021).

Diharapkan, kampung ini mempertahankan potensi wisata lingkungan berbasis urban farming.

“Karena perkembangan wisata saat ini bergeser pada wisata minat khusus, seperti wisata edukasi dan studi banding tentang lingkungan,” imbuh Fitria yang menyampaikan, bahwa sebentar lagi akan ada tambahan pengukuhan Pokdarwis lagi Kampung Tematik di Kota Malang dari 21 kampung.

Demikian Pula Camat Sukun, I Ketut Widi E. Wirawan meminta kepada Lurah Sukun yang baru Andin Yunistiyanto untuk meningkatkan potensi wisata Kampung Terapi Hijau, melalui pendekatan pengembangan ekonomi kreatif dengan pemanfaatan potensi urban farming.

“Pak lurah atau Pokdarwis KTH juga bisa minta bantuan kepada Kakang Mbakyu Malang untuk mempromosikan wisata urban farming dan produk-produk kampung ini,” sambut camat yang berdarah Bali sambil menyampaikan, bahwa di Kelurahan sukun khususnya di RW 3 ada 2 Pokdarwis, salah satunya Pokdarwis Koeboeran Londo.

Selain itu, lanjut dia, se-Kecamatan Sukun baru 3 dan tambahannya adalah Kampung Nila Slilir di Bakalan Krajan.

Setelah pembukaan acara selesai, acara dilanjutkan dengan mini worksop yang di ikuti seluruh warga RW 3, anak anak, remaja, dan mayoritas ibu-ibu.

Dimas Yuwono Septo Wibowo selaku Ketua Pokdarwis Kampung Terapi Hijau menyampaikan, bahwa berwisata sambil belajar itu mengasikkan, apalagi belajar soal lingkungan hidup, belajar soal kelestarian lingkungan.

“Selama ini kunjungan wisata ke KTH itu rata-rata studi banding tentang pengelolaan lingkungan dan pengolahan hasil tanaman, yang hampir semua dioreitasikan kepada tanaman herbal. Tentu ini sangat membatu bagi program-program yang berkaitan dengan kampanye lingkungan hidup dan kelestarian alam,” ujarnya.

Di sela acara, Ki Demang ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang juga menegaskan, bahwa dampak dari Covid-19 ini, dimana kegiatan wisata ini menurun drastis dan sempat berhenti.

“Itu sebenarnya telah mengajarkan pada kita, bahwa bumi dan alam ini sedang melakukan restorasi lingkungan,” tutur pria bernama asli Isa Wahyudi.

Ditambahkan dia, bumi sedang berproses dan meminta di kembalikan pada fungsinya sebagai tempat berpijaknya manusia, yang harus dijaga dirawat tidak di ekploitasi terus menerus.

“Ternyata wisata yang berbasis lingkungan di KTH ini, harus menjadi prototype wisata lainnya, jika kita bicara wisata yang berkelanjutan,” tukas dia.

Menurutnya, wisata lingkungan merupakan konsep dari green tourism yang saat ini banyak diminati oleh pengunjung.

“Ya, wisata lingkungan saat ini memang yang paling banyak diminati oleh wisatawan, dan tentunya kita harus juga menjaga lingkungan agar tetap lestari,” tandas Ki Demang yang juga merupakan anggota dari Badan Promosi Pariwisata Kota Malang. (Mad)

Share: