MALANG NEWS – Sama seperti tahun lalu, lonjakan Covid merupakan sebuah fenomena yang pasti terjadi pasca ritual dan tradisi mudik Lebaran di Indonesia.
Hal ini tidak lain, karena cukup sulit untuk memberlakukan aturan ketat di tengah kondisi masyarakat yang diliputi kegalauan sosial akibat efek multidimensi pandemi Covid-19 yang berimbas pada krisis ekonomi, depresi sosial, dan deviasi (gangguan) psikologis lainnya.
“Lonjakan atau penambahan Covid pasti terjadi pada momen pasca mudik Lebaran, setelah sempat kurva melandai. Namun sejauh ini kita sudah mengadakan sejumlah antisipasi dan kesiapan. Dua solusi yang bisa dijalankan adalah penguatan kesiapan daerah dan menjalankan micro Lockdown,” tegas Wakil Ketua Satgas Covid-19 NU Malang Raya, dr. Umar Usman, MM, Kamis (27/5/2021).
Hingga kini, pemerintah bersama semua pihak yang peduli penanganan Corona terus bertahan menjalankan tugas kemanusiaan menghalau virus yang asalnya dari Wuhan China ini.
Presiden Jokowi pun pernah mengatakan, jika pandemi Covid merupakan suatu hal yang baru dan belum ada satu negara pun yang sukses dalam menanganinya.
Bahkan, perkembangan terakhir negara-negara yang beberapa waktu lalu sempat mendapat pujian karena kemampuan dalam menangani Covid, kini merasa kewalahan dalam membendung serangan Covid yang telah melakukan mutasi.
Banyak pihak melakukan kritik sebagai kebijakan yang trial and error, menerapkan jurus Dewa Mabuk, atau juga Penerapan Kebijakan yang dinilai lemah dalam memberikan punishment kepada pelanggar aturan.
Secara riil di tanah air, telah banyak tenaga medis berguguran, rakyat meninggal terpapar Covid, perekonomian terimbas, pelaku usaha kolaps, pengangguran meningkat, dan masalah psiko-sosial baru bermunculan.
“Di tengah sindiran, kritikan, hujatan, dari berbagai pihak terkait penanganan virus ini, Pemerintah concern dan konsisten dalam melakukan penanganan Covid. Baik lewat tindakan medis, maupun penanggulangan masalah sosial ekonomi yang menyertainya,” tegas pria yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Malang ini.
PENTINGNYA KESIAGAAN DAERAH
Dampak mudik, sudah terlihat pada minggu kedua paska Lebaran yakni kenaikan pada jumlah kasus positif, kasus kematian dan penurunan kesembuhan. Melihat berdasarkan daerah penambahan Covid adalah daerah yang menjadi tujuan mudik dan arus balik.
Berdasarkan data, pada kasus positif kenaikan minggu ini cukup signifikan mencapai angka 36,1 persen. Angka ini berasal dari 5 provinsi dengan kenaikan kasus tertinggi yakni Jawa Barat naik 2.221 (5.782 vs 8.003), DKI Jakarta naik 1.240 (3.561 vs 4.801), Sumatera Barat naik 959 (1.086 vs 2.045), Jawa Tengah naik 948 (2.739 vs 3.687) dan Aceh naik 561 (419 vs 980).
“Dari 5 provinsi ini, mayoritas adalah tujuan mudik meliputi Jawa Barat, Sumatera Barat dan Jawa Tengah serta provinsi tujuan arus balik yaitu DKI Jakarta,” ungkap pria yang juga Ketua PC NU Kabupaten Malang ini.
Pada kasus kematian, terjadi kenaikan 13,8 persen. Kontribusi tertinggi berasal dari Jawa Barat naik 41 (83 vs 8.432), Sumatera Barat naik 27 (29 vs 56), Sumatera Selatan naik 26 (40 vs 66), Aceh naik 24 (18 vs 42) dan Jawa Tengah naik 23 (256 vs 279). Lima provinsi ini juga didominasi daerah tujuan mudik dan tujuan arus balik.
Sementara pada kasus sembuh menurun 2,7 persen. Meski demikian ada 5 provinsi mengalami kenaikan kesembuhan tertinggi diantaranya Jawa Barat naik 1.985 (6.647 vs 8.442), Sumatera Barat naik 745 (1.025 vs 1.770), Banten naik 667 (297 vs 964), Nusa Tenggara Timur naik 346 (432 vs 778), dan Sumatera Selatan naik 215 (687 vs 902).
“Pemerintah daerah beserta RS di daerah diminta meningkatkan kesiapan dan fasilitas karantina terpusat di seluruh wilayah. Diharapkan seluruh sumberdaya dan tenaga kesehatan mencukupi, dan terus meningkatkan testing bagi warga yang pulang dari bepergian selama masa mudik Lebaran,” tukas pria alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
“Dan bagi masyarakat yang baru pulang dari mudik harus dipantau dan mewajibkan karantina mandiri 5 x 24 jam demi mencegah potensi penularan yang lebih luas,” terang pria yang juga senior KAHMI ini.
POSKO DAN MICRO LOCKDOWN
Satgas Penanganan Covid-19 telah memantau potensi penyebaran yang meluas yang terpantau. Beberapa temuan kasus seperti berasal dari pelaku perjalanan yang positif Covid-19 dari Jakarta di Klaten, Cianjur, Pati, Bogor dan Cilacap. Ada pula klaster halal bihalal di Jakarta, klaster ibadah tarawih di Banyumas, Pati, Malang dan Banyuwangi.
Maksimalisasi peran pos komando (posko) yang memiliki fungsi pengendalian Covid-19 di tingkat komunitas diharapkan dapat lebih bersifat antisipatif dan tepat sasaran. Posko diharapkan melakukan skenario pengendalian sesuai status zonasi tingkat RT masing-masing.
Jika RT berstatus zona merah atau memiliki kasus lebih dari 5 rumah, maka mikro lockdown harus diterapkan. Upaya yang dilakukan mengawasi ketat warga yang melakukan isolasi mandiri, menemukan suspek, melacak kontak erat serta menutup tempat umum termasuk rumah ibadah kecuali yang termasuk sektor esensial.
“Langkah berikutnya melakukan himbauan tidak berkumpul lebih dari 3 orang dan meniadakan kegiatan sosial serta menetapkan peraturan keluar masuk wilayah maksimum pukul 20.00 WIB. Masyarakat diharapkan terus mempertahankan kehati-hatian dengan protokol kesehatan yang ketat,” pungkas pria berjuluk Dokter Rakyat ini. (Had)