Ikuti Kami di Google News

MALANG NEWS – Sungkem Riyayan adalah tradisi umat Islam di tanah Jawa yang dilaksanakan pada bulan Syawal pada saat lebaran.

Sungkeman Riyayan biasanya dilakukan oleh anak kepada orang tua, atau orang muda kepada yang lebih tua usianya termasuk kepada tokoh masyarakat di lingkungannya.

Sungkeman juga terjadi, karena warga yang sedang mudik atau kedatangan saudara jauh dari luar kampung atau desa atau luar kota. Sungkeman Riyayan adalah tradisi menghaturkan permohonan maaf di suasana lebaran yang biasanya keliling dari tetangga satu ke tetangga lain, ke sanak saudara famili dan handaitaulan yang lain.

Kali ini Rabu (26/5/2021) Sungkeman Riyayan di selenggarakan oleh Kampung Biru Arema salah satu event wisata kampung tematik, yang sengaja di gelar dengan dengan protokol Kesehatan secara ketat. 

Kegiatan ini melibatkan unsur Disporapar Kelurahan Kidul Dalem, Polsek dan Koramil di lingkungan Kecamatan Klojen, Kota Malang.

“Sungkeman Riyayan sebagai makna simbolis kepada warga di Kampung Biru Arema untuk mengobati rasa rindu kangen bagi warga yang tidak bisa mudik. Sekaligus bisa menjadi tontonan dan tuntunan wisatawan yang berkunjung ke Kampung Biru Arema,” terang Imawan Yutanto ketua Pokdarwis KBA yang juga ketua LPMK Kelurahan Kidul Dalem.

Dalam sambutannya Atoyatul Husna, S.Hi ME.I, Lurah Kidul Dalem menyampaikan, biar putus mata rantai pandemi Covid-19 yang biasanya Kelurahan RT RW sering mengadakan Halal Bi Halal sendiri-sendiri, kali ini di satukan saja melalui Sungkeman Riyayan di KBA.

“Sehingga ketua RT RW dan semua elemen dan kader kelurahan Kidul Dalem cukup di kumpulkan jadi satu di KBA,” katanya.

Sementara itu, kehadiran Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Malang yang di wakili oleh Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata, Fitria Noverita mengaku mengapresiasi, karena ternyata gelaran event Sungkeman Riyayan di KBA bisa dikemas lebih fleksibel di tempat terbuka, menghindari kerumunan massa dengan penerapan penerapan prokes dan tidak lama.

“Bagaimanapun juga acara di KBA ini masuk dalam kalender event wisata Kota Malang,” yegas Fitria dalam sambutannya.

Nampak suasana lebaran (red jawa: riyoyo/riyayan) masih terasa di KBA, karena hampir di setiap sudut di temukan hiasan khas lebaran berupa ketupat yang di gantung setiap sudut, gang, jalan serta rumah warga sebagai pertanda bahwa riyayan di KBA waktunya bisa sebulan lamanya.

Acara Sungkeman Riyayan yang di iringi dengan Hadrah Syubanut Taqwa dari Kelurahan Kidul Dalem, menjadi pelengkap maidhoh hasanah Ustadz Gus Musyafak dari Ponpes Darul Ulum 2 Jalan Zaenal Arifin Gang 4 Kelurahan Kidul Dalam itu sendiri.

Sudah barang tentu Gus Musyafak mengupas makna lebaran, agar warga benar benar tulus ihlas saling bermaaf-maafan dan memaknai lebaran sebagai tradisi berdimensi sosial yang perlu di lestarikan

Dalam kesempatan itu, hadir pula Ki Demang Ketua Forkom Pokdarwis Kampung Tematik se-Kota Malang dalam sambutannya menyampaikan, bahwa pertama, sungkem merupakan sarana masyarakat Jawa dalam melatih kerendahan hati.

“Dengan melakukan sungkem, seseorang yang melakukan gesture merendah kepada orang yang lebih tua,” tutur dia.

Kedua, lanjut Ki Demang, sungkem merupakan perwujudan rasa terima kasih dan syukur seorang anak atau orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua.

“Dan Ketiga, makna sungkeman sebagai ritual penyadaran diri atau introspeksi jiwa-jiwa anak muda, yang seringkali lupa bagaimana memperlakukan orang yang lebih tua dengan baik,” paparnya.

Pria yang nama aslinya Isa Wahyudi itu menambahkan, bahwa tradisi Sungkeman Riyayan di KBA dapat dimaknai sebagai sarana dalam membangun dan memperbaiki hubungan baik.

“Ya, terutama antara orang yang lebih tua dengan orang yang lebih muda,” tandas dia. (Irw)

Share: