MALANG NEWS – Jika Bali punya Desa Penglipuran, maka Sumatera Utara punya Desa Tumöri. Yah, begitulah kesan dan komen Founder Yayasan Hiduplah Indonesia Raya (Hidora) Bachtiar Djanan, mengomentari eksotika dan kekhasan destinasi wisata Desa Tumöri Nias Sumatera Utara.
“Amazing berwisata di Desa Tumöri mengagumkan,” tegas Bachtiar Djanan yang juga pegiat seni budaya Nusantara, Rabu (26/5/2021).
Desa ini terletak di Kecamatan Gunungsitoli Barat, Kota Gunungsitoli, Nias, dengan jarak tempuh 23 km dari Airport Binaka dan terletak di tengah Kota Gunungsitoli, yang merupakan salah satu Desa Wisata di Kecamatan Gunungsitoli Barat, Nias.
“Desa Tumöri mempunyai rumah adat terbanyak yang terletak di satu kawasan di Kota Gunungsitoli.
Memasuki desa ini, kita langsung merasakan suasana yang berbeda, sarat dengan budaya Nias,” terangnya.
“Ramahnya penduduk desa, bersihnya lingkungan desa membuat kita merasa nyaman berada didalamnya. Masih terdapat Batu Megalitikum di depan rumah adat yang sarat menceritakan peristiwa yang terjadi di zamannya,” urainya.
LESTARI DAN KHAS
Sementara itu, Ketua adat Desa Tumöri, Ama Sherly, menceritakan seluruh sejarah desa sampai saat ini masih dilestarikan dan terdokumentasikan sehingga bisa diketahui oleh generasi muda sekarang.
“Desa wisata diharapkan dapat menjadi media untuk pengenalan serta pengetahuan budaya desa, dan meningkatkan ekonomi kerakyatan di masyarakatnya dengan mengedepankan produk-produk UKM desa,” tutur Ama.
Desa wisata ini terbentuk tidak terlepas dari dukungan seluruh masyarakat desa, Pemdes Tumöri, Camat Gunungsitoli Barat, (Arianto Zega), Dinas Pariwisata & Kebudayaan Kota Gunungsitoli, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Sumatera Utara (Penyabar Nakhe ) dan HIDORA dalam pendampingan serta pemberdayaan masyarakatnya.
Budaya yang dilestarikan akan membentuk generasi muda yang santun, beretika, bangga dengan identitas budayanya dan tidak mudah tergerus dengan budaya luar negeri.
“Lestarikan budaya bangsa, selamatkan generasi muda,” pungkasnya. (Had)