MALANG NEWS – Antara Kriminalitas Covid, Pandemi dan hikmah Ramadan, mempunyai relasi yang kuat dan menarik untuk dibahas.
“Kita masih bersyukur di tengah berbagai keadaan memprihatinkan adanya bencana alam, terorisme dan pandemi, namun hingga kini masih eksis dan tegak berdiri menjadi negara yang berdaulat dan berintegritas,” tegas Wakil Ketua Satgas Covid NU Malang Raya, dr. Umar Usman MM, Sabtu (8/5/2021).
Dalam dimensi pandemi Covid misalnya, belum lupa ingatan akan banyaknya praktik kriminal yang ibarat memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Kini bangsa Indonesia harus berjibaku menahan gempuran mutasi virus baru, yang sudah mulai menginfeksi warga Indonesia.
SEDERET KRIMINALITAS COVID
Banyak kasus kriminal berkedok Covid atau terkait dengan Covid telah terjadi.
1. Kasus penetapan mantan Mensos Juliari sebagai tersangka korupsi bansos Covid pasca OTT KPK, Sabtu (5/12/2020).
2. Praktik pengungkapan penggunaan alat tes rapid antigen Covid-19 bekas pakai di Bandara Kualanamu Medan oleh Polda Sumatera Utara, pada Selasa (27/4/2021) lalu.
3 Penetapan JD, S, RW, dan GC karena bersekongkol menghindari karantina. Kasus bermula kala JD baru tiba di Jakarta dari India, negara yang tengah menghadapi gelombang tsunami Covid-19.
Ia menyogok Rp 6,5 juta ke S dan RW menghindari kewajiban karantina. Dalam hal ini GC bertugas mengolah data sehingga JD terdata menjalani karantina, padahal kenyataannya tidak. Kelompok ini diduga terlibat dalam masuknya sejumlah warga negara India beberapa waktu lalu.
4. Pengungkapan awal Januari lalu sindikat pemalsu surat PCR di Bandara Soekarno-Hatta yang melibatkan 15 orang, termasuk pegawai bandara.
5. Kasus penipuan Januari 2021, Polres Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menangkap tiga pria pemalsu surat rapid tes.
6. Di Surabaya, polisi membongkar sindikat pemalsu surat tes rapid kepada penumpang kapal seharga Rp100 ribu.
7. Mahasiswa (24 th) di Jember, menjual surat keterangan rapid test antibodi dan antigen palsu.
SOLUSI DAN HIKMAH RAMADAN
“Sederet kasus yang terjadi diharapkan bisa terselesaikan lewat jalur hukum yang berlaku. Perilaku kriminal yang terjadi adalah karena ketidaksabaran dari pelaku yang tergoda hawa nafsu kemunkaran,” kata dr. Umar yang juga Ketua PC NU Kabupaten Malang ini.
Diharapkan, upaya tes tidak membebani dan bisa mencegah penularan. “Pemerintah sudah benar fokus menjalankan pencegahan mobilitas antar wilayah. Misalnya dengan menghapus libur panjang untuk mengurangi motivasi warga bepergian ke luar kota,” urai pria yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Malang ini.
“Kita sudah sepantasnya tetap waspada. Memang kita berharap agar situasi kembali normal. Namun, untuk mencapai itu kuncinya adalah seberapa sabar kita menerapkan protokol kesehatan,” tutur pria yang juga alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini.
Menurut Pakar Tafsir, Ibnu Katsir, Allah SWT telah mengingatkan kita soal ini sekaligus memberikan solusi apa yang akan kita hadapi. Hal tersebut terungkap dalam Alquran.
“Dan sungguh kami akan mengujimu dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam hal harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira terhadap orang-orang yang bersabar.” (QS al-Baqarah [2]: 155).
“Hai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, (karena) Allah itu senantiasa bersama orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 158).
“Disinilah, Ramadhan menjadi momentum untuk kita menekan hawa nafsu dengan sifat sabar. Menjalani protokol kesehatan dengan kesabaran, sembari mengharapkan pertolongan Allah SWT merupakan langkah bijak selama pandemi. Rasa sabar akan menghindarkan kita dari hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Terutama untuk mencegah penularan Covid-19,” jelas pria yang juga senior KAHMI ini.
Muhbib Abdul Wahab dalam tulisannya, menyatakan dalam banyak hal, ketidaksabaran merupakan awal dari penyimpangan.
“Harus diakui, masih banyak dari masyarakat kita yang tidak sabar menjalani pandemi Covid-19. Merasa dirinya sehat, mereka sering mengabaikan protokol kesehatan. Ketika jatuh sakit, barulah tersadar pentingnya untuk melaksanakan protokol kesehatan. Hal seperti ini yang harus betul-betul diperhatikan,” imbuh dr Umar.
“Ramadhan tahun kedua pada masa pandemi ini semestinya menjadi pengingat kita untuk belajar sabar. Bulan suci ini menyiapkan kita kembali untuk menata kesabaran untuk 11 bulan ke depan menjalani hidup di tengah pandemi,” urainya.
Ramadhan terbukti menjadi pemompa semangat umat Islam untuk giat beribadah. Artinya, Ramadhan akan kembali memompa kita untuk melatih kesabaran.
“Sudah banyak contoh buah kesabaran akan melahirkan kemenangan. Nabi Muhammad SAW ketika melahirkan peradaban cemerlang tak lepas dari kesabaran beliau dengan perjuangannya. Karenanya, kesabaran sembari ikhtiar maksimal dan berdoa, adalah kunci kita menghadapi pandemi,” pungkas dr Umar. (Had)