

MALANG NEWS – Dampak dari gempa bumi pada Sabtu 10 April 2021 pukul 14.00 WIB lalu masih sangat terasa, dan menyisakan banyak trauma bagi warga. Gempa bumi dengan kekuatan 6,1 SR. Gempa yang berpusat di Selatan Kabupaten Malang ini, jelas juga dirasakan di 32 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Bantuan dari berbagai pihak datang silih berganti untuk sekadar meringankan beban bagi korban. Tak terkecuali Komunitas KKI (Kain Kebaya Indonesia) Malang Raya dibantu oleh PPMR (Paguyuban Peduli Malang Raya), Sabtu 24 April 2021 memberikan bantuan dengan datang ke lokasi dan bertandang ke Ampel Gading tepatnya di Desa Sonowangi, Kabupaten Malang baru-baru ini.
Ketua KKI Malang Raya Dra. Endang Wara Suprihatin Dyah Pratamawati, M.Pd, sebelumnya menyampaikan pesan, bahwa ini merupakan gerakan spontanitas ibu-ibu para pecinta Kain Kebaya Indonesia di Malang Raya, ingin berbagi di bulan suci Ramadhan untuk sedikit meringankan beban pagi para korban gempa.
“Ya, batuan yang kami berikan berupa selimut dan paket sembako lengkap sejumlah 75 paket, yang diperkirakan per paket cukup untuk seminggu untuk 1 keluarga yang di sebar di beberapa titik lokasi terparah, yang langsung di serahkan oleh perempuan berkebaya putih dengan naik mobil Rescue bak terbuka dari PPMR,” kata Endang, pada Minggu (25/4/2021).
Yudiono, Kepala Desa Senowangi yang menerima secara simbolis bantuan di Balai Desa Sonowangi bersama perangkat desa, Babinkamtibmas setempat.
“Ini ibu-ibu cantik berkebaya kami ucapkan terima kasih, kok niat banget ya kesini memberikan bantuan langsung ke warga, apa gak ribet dengan kostum kebaya dan jatiknya,” sambutnya sambil bercanda dan setelah itu mengantar langsung ke warga yang terkena musibah gempa.
Bantuan disebar di lima titik lokasi terparah yaitu di RT 6, 13, 18, 19 dan 24, yang rata rata tiap RT terdapat 10 rumah yang roboh total belum termasuk yang rusak berat dan rusak ringan. Secara keseluruhan, di Desa Sonowangi terdapat 300 rumah terdampak yang esok harinya Minggu (15/4/2021) lalu sebanyak 3 kali terjadi gempa bumi susulan dengan skala yang lebih ringan.
Akibat gempa bumi itu, banyak warga yang membuat tenda di depan atau samping rumah mereka yang roboh dengan kondisi yang ala kadarnya, dengan membuat sekat kayu dan atap terpal. Kodisinya sangat memprihatinkan, karena di daerah pegunungan yang rawan dengan cuaca dingin dan masih sering terjadi hujan.
Tidak ada yang bisa diperbuat, warga selain pasrah menerima keadaan dan membersihkan puing-puing reruntuhan bangunan, sambil menyisakan sebagian kayu dan bata merah yang masih utuh.
“Bingung mas gimana caranya punya rumah lagi, mau gimana lagi tidak bisa ke ladang hanya disini pasrah, mana sebentar lagi lebaran,” ungkap Sarmini salah seorang warga, dengan tatapan yang kosong saat menerima bantuan.
Indah Ambio sebagai perwakilan dari KKI yang memberikan bantuan, hanya menyampaikan rasa prihatin dan duka mendalam atas bencana alam ini.
“kelihatannya bantuan yang masuk hanya untuk bisa bertahan sampai bulan puasa ini saja, tapi harus di buat skala prioritas. Harus dipetakan kebutuhan jangka pendek menengah dan panjang, salah satunya butuh material bangunan untuk membuat rumah semi permanen, misalnya rumah beratap bambu agar tidak tinggal di tenda terus,” tutur dia dengan prihatin.
Selain itu, lanjut dia, butuh bantuan kesehatan dan dukungan psikososial, agar warga terkurangi beban traumatik.
“Karena anak-anak butuh pendampingan sekolah dan diajak bermain, agar tetap riang,” tandas Indah Ambio perempuan cantik paruh baya di sela membagikan bantuan ke korban di beberapa lokasi ekstrem, yang hanya mampu di jangkau dengan jalan kaki ke rumah korban. (Mnd)