Ikuti Kami di Google News

as Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan
Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan. (Had)
MALANG NEWS – Hati-hati modus baru kelompok radikalis berlomba menggalang dana di medsos. Kelompok radikalisme kini meluncurkan iklan open Donasi lewat media sosial memangsa korban dari masyarakat yang suka donasi.


Pasca PPATK melakukan pembekuan dana kelompok radikalis yang membuat mereka kalang kabut, ternyata mereka mempunyai modus baru yang perlu diwaspadai bersama.

Hal ini akhirnya berimbas mencoreng nama organisasi yang betul-betul menyalurkan bantuan kepada masyarakat.

“Hati-hati. Diharapkan masyarakat waspada dalam memberikan atau menyumbangkan dananya, sebab moment jelang Ramadhan kini banyak dimanfaatkan untuk penggalangan dana yang dilakukan oleh kelompok radikal di media sosial seperti facebook, Instagram, whatsapp dan lainnya,” tegas Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan, Kamis (8/4/2021).

Ken mengatakan, kalau kita buka facebook biasanya iklan mereka akan muncul diberanda, lalu ada profil singkat dan link donasi.

“Sedangkan kalau di whatsapp, mereka biasanya masuk ke group-group, lalu chat pribadi ke seluruh member group whatsapp yang diawali dengan perkenalan dan dilanjutkan kirim profil organisasi sebagai pihak yang tepat untuk menyampaikan bantuan sosial dari masyarakat,” ujar Ken.

Biasanya modus mereka dengan dalih sumbangan kegiatan sosial, yatim piatu, infak, gerakan sedekah, gerakan orang tua asuh hafidz quran, gerakan zakat, pejuang wakaf, dan hal-hal lain yang berbau agama.

“Dihimbau agar masyarakat lebih baik menyerahkan bantuan atau donasi di berikan langsung kepada yang berhak yang menerima atau yang membutuhkan,” jelas Ken.

Mereka berkedok lembaga sosial, tapi kegiatan mereka termasuk penyaluran dana sosial lebih banyak di Timur Tengah, bukan di Indonesia, dominasi di wilayah konflik, seperti Suriah, Palestina dan lainnya.

Hebatnya mereka menurut Ken Setiawan, dalam mensosialisasikan penggalangan dana tersebut, radikalisme menggunakan keterlibatan para tokoh dan artis yang sudah bergabung bersama mereka, terutama artis yang mendukung khilafah atau negara Islam.

“Hal ini yang mengakibatkan banyak masyarakat awam ikut ikutan berdonasi menyumbang, padahal itu berbahaya karena otomatis untuk membiayai dan membesarkan kelompok radikal,” pungkasnya. (Had)

Share: