Ikuti Kami di Google News

Peluncuran komposisi musik unik Suara Minangkabau (SM) dari musisi sang pemburu bebunyian Rani Jambak
Musisi sang pemburu bebunyian Rani Jambak, saat peluncuran komposisi musik unik Suara Minangkabau. (Had)
MALANG NEWS – Peluncuran komposisi musik unik Suara Minangkabau (SM) dari musisi sang pemburu bebunyian Rani Jambak, banjir pujian dan Simpati dari banyak kalangan, Minggu (4/4/2021).


Karya Rani mendapatkan banyak pujian dan apresiasi positif dari tokoh-tokoh lintas bidang, melalui video-video apresiasi yang dikirimkan kepada Rani Jambak.

Pujian dari Didik Nini Thowok sampai
Prof. DR. M. Baiquni

Didik Nini Thowok, maestro, seniman tari dari Jogja: “Saya sangat mengapresiasi dan mendukung karya Rani Jambak ini. Hal ini sangat penting, agar generasi milenial mengerti apa itu kearifan lokal dan kekayaan budaya-budaya tradisi kita yang menyebar di seantero nusantara yang memiliki keunikan dan ciri khasnya masing-masing. Semoga seniman yang lain juga ikut mendukung, dan ke depannya bisa bermanfaat sebagai character building bagi bangsa Indonesia dan bangga menjadi orang Indonesia,” tuturnya.

Sementara itu, Nova Ruth, komposer dan musisi eksperimental dari kota Malang yang sedang membawa project performance musik dan pelayaran Arka Kirani berkeliling dunia mengatakan, bahwasanya dirinya telah mengikuti karya dari Rani Jambak.

“Selamat atas launching karya Suara Minangkabau. Sudah sekitar dua bulan ini saya mengikuti karya-karya Rani Jambak yang kreatif dan inovatif, dan saya tahu di dunia musik Indonesia ini untuk perempuan itu tidak semudah yang dibayangkan, tapi jangan kuatir kita punya supporting sistem yang cukup di antara perempuan-perempuan yang sedang berkarya. Mari kita teruskan inovasi-inovasi yang baru dengan sound-sound yang mengejutkan, tapi tetap berpijak kepada tradisi dan kearifan lokal,” terangnya.

Iman J-rocks, vokalis dan gitaris band J-Rocks, tinggal di Jakarta: “Selamat buat karyanya Kak Rani Jambak, Suara Minangkabau, semoga bisa menginspirasi banyak orang, dan generasi muda khususnya, semoga sukses, karyanya keren dan unik,” tukasnya.

Hengki Herwanto, Ketua Museum Musik Indonesia, tinggal di Malang: “Selamat atas peluncuran karyanya. Ini merupakan dokumentasi dan pengarsipan terhadap warisan budaya leluhur yang ada di tanah Minang. Semoga karya ini bisa terus dilanjutkan ke dokumentasi bunyi-bunyian di seluruh pelosok nusantara. Dan jangan lupa untuk mengirimkan karyanya ke Museum Musik Indonesia,” katanya.

Ilfitra, S.STP, MPA. Kepala Bidang Diplomasi Seni dan Budaya, Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, mengaku sangat mengapresiasi atas karya dari Rani Jambak.

“Saya mengapresiasi karya Suara Minangkabau dari Rani Jambak yang sangat luar biasa. Karya ini merupakan eksplorasi dari Rani Jambak terhadap alam Minangkabau, baik dari aktivitas sosial budaya, ekonomi, dan lain-lain. Melalui karya ini Rani Jambak memberi suatu pemahaman terhadap alam Minangkabau yang dilihat dari suara dan musik yang ada di Minangkabau. Harapannya teman-teman baik yang di ranah maupun di rantau dapat terus berkarya dan meng-eksplore kekayaan budaya di Sumatera Barat, di Minangkabau,” terangnya.

Trie Utami, penyanyi dan pencipta lagu, juga mengungkapkan hal senada, bahw dirinya juga mendukung karya dari Rani Jambak.

“Musik adalah reinterpretasi bunyi, yang terjadi di dalam ruang lingkup kehidupan manusia. Seperti budaya itu sendiri, musik berjalan selalu dinamis, dan beda tangan bisa beda hasilnya, beda pikiran bisa beda juga hasilnya. Dan demikianlah seperti yang dilakukan Rani Jambak, dan saya selalu mendukung apapun yang dilakukan para milenial, demi musik Indonesia, dalam bentuk karya apapun,” katanya.

Prof. Melani Budianta, pakar cultural studies dan ilmu budaya dari Universitas Indonesia, juga menyukai karya Rani Jambak.

“Saya sangat menyukai karya Rani Jambak, baik Sound of Medan maupun Suara Minangkabau. Di kota kelahiran saya, banyak sekali suara-suara yang pada masa kecil itu yang saya masih ingat, namun kini mungkin sudah tak ada lagi. Gagasan membuat soundscape suatu daerah itu sangat menarik, karena suara-suara khas akan berubah dari masa ke masa. Belum lagi, misalnya di kota besar, di mana suara-suara yang terdengar mungkin hampir-hampir sama antara satu kota dan kota yang lain, namun juga bisa jadi di sebuah kota besar antara masing-masing sudut kota ternyata tidak sama suaranya. Ini menjadi sebuah tantangan bagi Rani Jambak untuk bisa mendiskusikan, dan menampilkan suara-suara khas tersebut untuk dapat mengungkapkan ada apa di balik suara-suara tersebut,” tuturnya.

Prof. DR. M. Baiquni, pakar geografi pembangunan dan pendiri Sustainable Tourism Action Research Society, dari Universitas Gajah Mada, juga mengungkapkan hal senada, bahwa menurutnya suara-suara alam ini muncul dan hadir dengan suasana ruang dan waktu, yang akan menimbulkan keragaman dan keunikan tersendiri. Kehidupan modern menghadirkan suara-suara mesin, suara-suara kendaraan, dan kebisingan yang luar biasa.

“Namun sebagai keseimbangan, desa menghadirkan alam dan segenap isinya yang juga bersuara dan bernyanyi, dan diperlukan keseimbangan di diri kita untuk bisa menikmati alam dan suara yang ada sebagai kekuatan inspirasi. Dalam kajian the geography of the sound menjadi hal yang menarik untuk bisa dikaji, bahwa di setiap lokasi, di setiap daerah, dan di setiap pulau, memiliki suara yang unik dan perlu didokumentasikan dan menjadi sebuah partitur yang unik untuk nanti kelak di kemudian hari,” tutur dia.

Dirinya juga menambahkan, dengan mengarsipkan suara-suara ini maka the geography of the sound, suatu pendekatan geografi terhadap suara, akan menghadirkan inspirasi, dan menjadi daya kekuatan inovasi untuk kehidupan di masa depan, yang manusia memerlukan kebahagiaan melalui berbagai cara, salah satunya dengan mendengarkan suara itu.

“Suara alam adalah karunia Tuhan yang diberikan dan manusia pantas untuk mensyukuri atas suara-suara yang bisa memberi kita daya hidup, daya energi dan daya gerak untuk menjadi manusia yang bermanfaat dan migunani,” tandasnya. (Had)

Share: