Salah satunya adalah pemanfaatan sabut kelapa (limbah) untuk diubah menjadi barang yang bernilai jual lumayan (pot rumah lingkungan). Maka tak ayal, usaha berbasis sabut kelapa semakin ngetrend di Kota-kota besar.
Meski seiring berjalannya waktu semakin banyak pelaku usaha bermunculan, namun pangsa pasar masih terbuka lebar dan bahkan kini bercocok tanam menjadi new lifestyle kala pandemi dan menopaang jenis usaha ini.
“Berawal dari pandemi Covid-19 yang meletus Maret tahun lalu. Saya memutuskan berhenti di sebuah perusahaan minyak milik Pertamina dan saya pulang ke Malang dari Kota Semarang tempat saya bekerja. Sesampainya di rumah di Dinoyo gang 10 Malang saya disambut oleh teman saudara serta kerabat,” kata Warga Dinoyo X Kota Malang, Hadi Mustofa, Kamis (18/3/2021) memulai ceritanya.
Kampung Tangguh Semeru dan Produk Ikonik
Pria yang juga kordinator peduli lingkungan di wilayah DX PATMANAM ini menjelaskan, berselang satu Minggu, ketua RT 5 mengundang ikut rapat membahas rencana membentuk kampung tangguh Semeru DX PATMANAM.
“Setelah itu Kita sepakat untuk membentuk suatu ikonik karya asli warga DX PATMANAM. Saya tertarik untuk mencoba dan mengerjakannya. Tanpa disengaja awalnya iseng saja ternyata saya bisa membuat ikonik pot serabut kelapa. Tanggapannya positif dan kini menjadi trend. Syukur Alhamdulillah saya tekuni sampai sekarang dan barrokalloh ternyata hasil karya saya meledak dimana-mana (laris),” tuturnya.
Selanjutnya ia memutuskan untuk bekerja di rumah saja. “Dan saya memutuskan untuk bekerja dari rumah saja. Hal ini sesuai anjuran physical distance dan kebijakan pemerintah saat pandemi,” imbuhnya.
Pemberdayaan dan Produk Laris-manis
Bahan baku berupa serabut kelapa diperoleh dari pedagang pasar Dinoyo. Sedangkan untuk Kawat membeli di toko.
Sistem penjualan selain lewat online, dijalankan dengan cara pemesanan lewat handphone (delivery order/DO) serta dari mulut ke mulut orang yang sudah membeli produknya.
Dengan modal awal dulu hanya Rp 2 juta, menariknya sekarang, Ia bisa meraup omset per hari rata-rata Rp 150 ribu.
Ia mengatakan daripada kerja ikut orang mending berdikari sendiri supaya bisa dekat keluarga karena anaknya yang bungsu bisa gantian dijaga bila istri bekerja.
Hadi mengatakan secara tidak langsung dirinya ikut memberdayakan warga yaitu membuka lapangan kerja baru.
“Sampai sekarang jumlah karyawan 8 orang meliputi 4 saudara dan 4 tetangga. Silahkan melihat produk Kami di IG Cocodama Mlg. Doakan laris biar bisa mengajak banyak orang ikutan kerja,” urainya mengakhiri. (Had).
MALANG NEWS – Sebagian orang menilai banyak sisi positif dari adanya fenomena pandemi jika dikritisi. Setidaknya dua hal positif misalnya, terkait ketahanan pangan dan adanya pembatasan sosial maka akan melahirkan banyak hobi baru yang bersifat work from home (WFH) dan bidang bisnis yang kreatif-inovatif.