Kegiatan acara ini dihadiri oleh ASN dari Dinas Pendidikan, DP2AP2KB Pemkot Batu, Ketua dan Pengurus TP PKK Giripurno, Calon Peserta Sekolah Srikandi Desa, Alumni Sekolah Srikandi Desa, Pengurus SSD dan undangan lainnya yang berjumlah sekitar 25 orang.
Pada kegiatan acara itu, juga tetap selalu menerapkan protokol kesehatan. Seperti memakai masker dan juga menjaga jarak.
Salma Safitri, Penggagas Sekolah Srikandi Desa dan Pendiri Suara Perempuan Desa (SPD) menjelaskan, bahwa Sekolah Srikandi Desa merupakan pendidikan non-formal yang diberikan kepada ibu-ibu desa usia diatas 18 tahun.
“Untuk materinya terdiri dari pengetahuan praktis, pengetahuan strategis, keterampilan dan upaya pengembangan ekonomi melalui koperasi. Materi utama yang akan diberikan, pertemuannya seminggu sekali dalam satu bulan, dua sampai tiga kali pertemuan dua jam. Durasinya pada hari dan jam yang dipilih oleh peserta. Jadi, mereka akan rembukan untuk menentukan harinya,” terang Fifi sapaan akrabnya, saat diwawancarai awak media usai kegiatan.
Dirinya menambahkan, dengan berdirinya Sekolah Srikandi Desa, merupakan hasil dari swadaya para peserta, dan tidak ada bantuan maupun sokongan dana dari Pemerintah Kota Batu.
“Tidak ada dukungan dana, hanya dukungan moril saja. Artinya, mereka hanya datang dan mendukung dengan adanya Sekolah Srikandi Desa ini,” imbuhnya.
Salma Safitri berharap, agar Pemerintah Kota Batu dapat menganggarkan melalui APBD, agar supaya di Kota Batu banyak berdiri sekolah-sekolah khususnya bagi para kaum perempuan.
“Karena kalau hanya dengan daya kami saja, kami mampunya satu tahun satu desa, karena semua dana dari hasil swadaya. Tapi, kalau Pemerintah Kota Batu mau menggunakan dana APBD, mungkin satu tahun bisa lima desa. Jadi, dua tahun atau tiga tahun anggaran selesai dari total 24 desa, harapan kami begitu. Dan kebetulan, Wali Kota kita Ibu Dewanti Rumpoko, kan juga perempuan,” ungkapnya.
Sementara itu, Mianah, Ketua Sekolah Srikandi Desa menyampaikan, bahwa konsep dari Sekolah Srikandi Desa, selain untuk perlunya pengetahuan bagi para peserta, juga bisa mengakses hak-haknya sebagai kaum hawa.
“Ya, contohnya seperti memberi hak perempuan pada Musrenbang Desa, mulai dari tingkat dusun. Sehingga, kebutuhan dan kepentingan bagi perempuan bisa diperjuangkan melalui Sekolah Srikandi Desa. Selain itu, disini juga ada keterampilan dan pengetahuan yang menjadi materi utama dari salah satu program dari Sekolah Srikandi Desa,” ungkap dia.
Sementara itu, Kepala Desa Giripurno, Suntoro mengaku sangat mengapresiasi, dengan adanya Sekolah Srikandi Desa. Bahkan, dirinya juga mendukung semua program-program yang selama ini telah dijalankan.
“Saya mengapresiasi sekali, karena mengangkat dan memperjuangkan hak-hak bagi perempuan. Pada intinya, Pemdes Giripurno sangat mendukung dengan adanya Sekolah Srikandi Desa. Karena juga memberdayakan ibu-ibu, yang mana salah satunya dengan memasarkan semua produk-produk UMKM yang ada di dalam semua programnya,” tandasnya.
Sekadar diketahui, Pembukaan Sekolah Srikandi Desa itu juga langsung di lanjutkan NGOPI (Ngobrol Pintar) dengan mengusung tema “Literasi Digital: Cerdas bermedsos: Saring sebelum Sharing, Sembarang Sharing, Tanggung Resiko Hukumnya”.
Selain itu, juga menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidangnya, diantaranya Zulkarnain, SH., MH, Kaprodi Ilmu Hukum Universitas Widyagama dan Eko Widianto, Koresponden Tempo, AJI Kota Malang.
Pewarta: Eko Sabdianto
Editor: Andi Rachmanto
Publisher: Edius
MALANG NEWS – Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional (Internasional Women’s Day, 8 Maret ), Suara Perempuan Desa (SPD atau Rural Women Voices) melakukan Pembukaan (Launching) Sekolah Srikandi Desa (SSD), yang digelar di Pendopo Balai Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Rabu (10/3/2021) siang.