Ikuti Kami di Google News

Caption : M Iksan Muin (baju batik hitam) bersama Hasan Abadi dan Gus Ali Ahmad. (ist)
M. Iksan Muin (baju batik hitam) bersama Hasan Abadi dan Gus Ali Ahmad. (Had).
MALANG NEWS – Mangkatnya Rektor UNIRA Malang Dr. Hasan Abadi, M.AP, meninggalkan kisah mengharukan bagi sahabat dekatnya. Sebuah persahabatan yang erat dan terjalin hangat menjadikan perasaan berat dan mengharukan ketika takdir akhirnya memisahkan untuk selamanya.


Begitulah gambaran singkat kisah
Pimpinan Padepokan Cinta Tanah Air Kabupaten Malang, Moh Iksan Muin kala bercerita tentang sosok almarhum.

Sejak mendiang masuk rumah sakit (RSSA) Kota Malang, bahkan 5 hari terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhir, Iksan turut mendampingi sembari memberi dukungan moril untuk keluarga almarhum.

“Hampir setiap hari saya dan istri dan anak tiap hari di RSSA sejak 3-4 hari terakhir sebelum hari beliau wafat untuk memberikan support kepada keluarga,” tegas M. Iksan, Senin (8/3/2021).

Mendampingi di Detik Akhir

Ikatan bathin dan emosional tidak sebatas hubungan aktivis pergerakan. “Namun lebih dari itu kami sudah seperti keluarga, bahkan pada saat menjelang beliau tutup usia saya dan beberapa teman mendampinginya sampai dengan hembusan nafas terakhir beliau pada pukul 03:30 WIB di RSSA,” terangnya.

Ia menceritakan, Hasan Abadi, adalah sosok muda yang visoner-cerdas. “Satu lagi dia tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan belajar. Saya bersama-sama beliau itu sejak beliau masih bujangan. Kala itu masih aktivis IPNU berlanjut dia sebagai ketua PC GP ANSOR dan saya sebagai Dewan Penasehat,” paparnya.

Pria yang juga konsultan donor luar negeri USAID yang bekerjasama dengan Kementrian, dalam bidang perencanaan pembangunan desa dan kesehatan ibu bayi dan anak itu menjelaskan, selain aktif di organisasi NU sosok mendiang Hasan Abadi bersama-sama dengannya aktif di dunia pemberdayaan desa dimana keduanya aktif melalui Yayasan Satu Indonesia.

“Sampai menjelang wafatpun saya dengan mendiang masih sangat aktif dalam diskusi-diskusi tematik baik isu pendidikan, ekonomi maupun kesehatan,” tuturnya.

Ia mengungkapkan, Minggu malam meluncur ke RSSA dari rumah, sekitar pukul 10:00 WIB sejak dikabari beliau kritis, sampai akhirnya beliau mangkat kapundut.

Wasiat Sakral

Ia mengungkapkan, melihat kondisi yang kritis, sejak Sabtu sudah menyiapkan segala sesuatu jika terjadi hal-hal yang diluar kehendak dan harapan.

“Jadi sejak Sabtu, saya dan beberapa teman sudah menyiapkan teknis pemakamanya. Termasuk wasiatnya yang minta dimakamkan di belakang rumah. Itu semua karena Kami saking dekatnya hubungan Kami dengan mendiang Hasan Abadi, sang Pejuang Pendidikan. Salah satu wasiat beliau yang lainya adalah minta di Batu Nisan dituliskan PEJUANG PENDIDIKAN,” imbuhnya.

Sekilas informasi, sejak dulu terjalin ikatan layaknya tiga sekawan yakni Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim atau LPBI NU Kabupaten Malang, Rurid Rudianto, Dr. Hasan Abadi MAP dan M. Iksan Pimpinan Padepokan Cinta Tanah Air. Mereka bertiga adalah sahabat karib yang kemana-mana selalu bersama. Selamat Jalan Pahlawan Pendidikan. (Had).

Share: