Ikuti Kami di Google News

Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan
Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan. (Had).
MALANG NEWS – Atas adanya penangkapan terduga pelaku terorisme AYR (40), warga Perumahan Bumi Mondoroko Raya, Kabupaten Malang, pada Jumat (26/2/2021), Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan turut memberikan sejumlah komentar.


“Agar tidak salah sasaran, sebelum melakukan penangkapan biasanya sudah melalui monitoring dan pengembangan kasus, ditambah dengan penyadapan,” tutur Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan, Senin (1/3/2021).

Seperti diketahui, penangkapan terduga terorisme Malang menjadi trending dan viral di media massa, medsos serta memantik sorotan dari sejumlah pengamat terorisme.

Ia menyebutkan, meski tidak melakukan tindak terorisme pun bila seseorang menyembunyikan pelaku teroris sudah terkena pasal terorisme.

“Tidak melakukan tindak terorisme pun bila menyembunyikan pelaku teroris sudah terkena pasal terorisme,” terang Ken.

Ken mengomentari, tentang perilaku terduga teroris yang menurut Pak RT dikenal sebagai sosok terbuka, mudah akrab dengan warga dan tidak mencurigakan.

“Guru di Lampung juga saat ditangkap ndak ada yang percaya, sebab yang bersangkutan bergaul baik di masyarakat. Adapun bila ada yang dibebaskan biasanya ada alasan dan pertimbangan lain,” tukas Ken.

Kaget dan Terkejut

Sementara itu, adanya peristiwa penangkapan tersebut membuat kaget sejumlah orang termasuk Ketua RT setempat Heran Subagio.

“Kejadian penangkapan terjadi pada Jumat 26 Februari 2021 siang selepas Sholat Jumat dan saya masih di kantor. Sekitar pukul. 14.30 WIB, Saya dikontak warga bahwa banyak polisi di wilayah saya, namun yang bersangkutan juga tidak tahu ada peristiwa apa,” tutur Heran Subagio, Senin (1/3/2021).

Ia mengatakan, selanjutnya pihak aparat melakukan sterilisasi wilayah, sehingga tidak ada warga diperkenankan keluar rumah oleh aparat. Oleh karenanya warga juga tidak mengetahui persis peristiwanya.

“Saya kembali ke rumah sekitar pukul 17.00 WIB lebih, situasi sudah sepi (tidak ada aparat),” jelas Heran Subagio.

Ia menuturkan, terduga teroris dikenal tidak eksklusif. “Hal lain yang bisa saya jelaskan adalah sepanjang saya mengenal Bapak A ini, beliau dan keluarga orangnya baik, tidak eksklusif, bergaul dengan lingkungan juga baik, pernah menjadi Ketua RT 2 atau 3 periode sebelum Saya, berpendidikan sarjana, dan memang tinggal sudah lama di wilayah Saya dan tinggal di rumah milik sendiri. Bapak A ini membuka bimbel juga bisnis online (gorden). Tidak pernah bermasalah dengan warga sekitar, dan saat ini tercatat sebagai salah satu pengurus RT di bawah kepemimpinan Saya sejak September 2019. Saya sendiri menjabat Ketua RT 02/014 sejak September 2019,” jelasnya.

Tidak berperilaku mencurigakan

Heran Subagyo mengatakan, dirinya tidak melihat perilaku terduga selama ini mencurigakan.

“Sepanjang saya kenal beliau, saya tidak melihat sikap atau karakteristik sebagai “Terduga” tindak pidana terorisme atau bahkan mengarah kesana. Itu yang saya tahu. Kalau dibandingkan dengan karakteristik “Terduga” tindak pidana terorisme sebagaimana selama ini diinfokan di media massa (misal Eksklusif) tidak terlihat,” urainya.

Terkait gambaran ibadah terduga teroris, Heran Subagio mengatakan, semuanya terlihat wajar dan biasa saja.

“Sepanjang pengetahuan saya tidak ada yang seperti itu (perilaku ibadah mencirikan teroris). Sholat juga di masjid dengan warga sekitar, ikut guyub dengan warga. Makanya saya pilih yang bersangkutan menjadi auditor RT. Makanya peristiwa Jumat kemarin secara pribadi mengejutkan saya,” imbuhnya.

Ia mengungkapkan, terduga juga tidak pernah diketahui ngobrol soal khilafah.

“Yang bersangkutan juga tidak pernah menyinggung isu khilafah atau apapun yang sejenisnya saat ngobrol dengan Kami. Saya melaksanakan pertemuan rutin pengurus RT tiap bulan, Pak A juga aktif memberikan masukan terkait kegiatan warga secara umum,” pungkasnya. (Ken).

Share: