

“Saya bersyukur usaha jasa pengiriman Shipper semakin berkembang dan maju seperti saat ini,” tegas salah satu pendiri atau co-founder Shipper Indonesia Budi Handoko, dalam sebuah pers rilis baru-baru ini, Kamis (25/2/2021).
Sekilas informasi, salah satu start-up
yang telah berkembang pesat adalah karya anak bangsa Shipper Indonesia (shipper.id) yang didirikan pada tahun 2017.
Kajian FEB UI
Berdasar kajian ekonomi, perkembangan perdagangan online atau e-commerce memunculkan harapan baru, bahwa pesatnya digitalisasi didukung dengan logistik dan infrastruktur adalah energi positif yang sangat diperlukan guna memperkuat ketahanan sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
UKM Center FEB UI merekam, pada 2018 terdapat 64,19 juta UMKM di Indonesia dengan kontribusi ekonomi mencapai 60,3 persen terhadap PDB. Sektor ini juga menyerap hampir 117 juta (97 persen) tenaga kerja. UMKM menyediakan hampir 99 persen lapangan pekerjaan, berkontribusi 14,17 persen terhadap total ekspor, serta mencakup 58 persen dari total investasi.
Start-up Logistik Berkibar
Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, sektor ekonomi digital yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah industri pengiriman barang, telekomunikasi, dan e-commerce.
Selama ini, ketiga sektor itu saling terkait dengan laman pemasaran (marketplace) yang memegang peran krusial dalam pertumbuhan ekonomi digital.
Modal utama pemerataan ekonomi lewat perdagangan akan menjadi sia-sia tanpa keterlibatan jasa logistik yang mumpuni. Oleh sebab itu, kemajuan perdagangan jalur elektronik juga memberikan keuntungan ganda pada jaringan logistik yang terdigitalisasi.
Potensi sektor logistik digital dan mimpi Indonesia untuk memiliki ekosistem logistik yang lebih baik, rupanya menjadi semangat lahirnya usaha rintisan alias start-up di bidang logistik.
Cara kerja solutif
Cara kerja Shipper sangat solutif, karena menyediakan platform layanan perbandingan harga dari berbagai penyedia jasa logistik di Indonesia, penjemputan barang, tracking barang, hingga fungsi customer service seperti proses klaim, jika ada barang yang hilang dan kini berkembang ke jasa pergudangan. Semua layanan ini dapat dinikmati secara digital.
“Shipper berinovasi dalam menciptakan suatu layanan aggregator dimana pelanggan “bebas memilih” layanan logistik yang mereka perlukan,” terangnya.
Terinspirasi Kesulitan Kirim barang
Ide awal dari layanan ini berangkat ketika Budi ingin mengirim barang pada tahun 2015. Ternyata, perkara kirim barang bukan urusan sederhana pada masa itu. Sekarang, dengan menggunakan layanan Shipper, para pelaku usaha yang menjadi kliennya tidak perlu lagi repot-repot mengurusi printilan pengiriman barang.
Sebagai gambaran, ia mencontohkan, tanpa layanan Shipper, pelaku usaha harus berhubungan dengan banyak jasa ekspedisi secara manual dan sulit sekali untuk mendapatkan transparansi harga pengiriman. Tak jarang, mereka harus menunggu atau mengantre di beberapa perusahaan jasa ekspedisi yang berbeda-beda.
Tetapi lewat layanan Shipper, para pelaku usaha baik kecil maupun besar, khususnya pelaku usaha online, tidak perlu berhubungan dengan banyak perusahaan logistik atau ekspedisi. Shipper telah bekerjasama dengan cukup banyak perusahaan ekspedisi, sehingga proses pick-up barang bisa dilakukan sekaligus oleh jaringan mitra Shipper.
Co-founder dan COO Shipper Budi Handoko yang juga lulusan University of Wollongong, Australia, memanfaatkan prinsip sharing economy dengan menerapkan model bisnis revenue sharing dari para mitra penyedia jasa logistik.
“Shipper mengutamakan kolaborasi dengan para mitra pemilik aset logistik secara win-win solution, semangat kami adalah berkolaborasi dengan membangun jaringan logistik dan tidak berkompetisi dengan penyedia jasa logistik yang telah jelasnya.
Pulang Ke Indonesia buka Lapker
Dari ide cemerlang inilah, Shipper tergabung dalam Y Combinator (YC) yang merupakan program akselerasi start-up kenamaan dunia asal Mountain View Amerika Serikat.
“Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu Kita makin banyak dikenal oleh mitra dan investor. Ini kesempatan bagi Kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneurs. Di sana kami belajar untuk melihat peluang dan membangun bisnis dengan sangat efisien dan efektif,” jelasnya.
Sebelum kembali ke Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang, pria 42 tahun kelahiran Singkawang ini pernah bekerja sebagai Engineering Lead Geckowebs Internet Services. Ia juga pernah mendirikan OCash (Online Cash) di Australia, 2011-12. Saat kembali ke Indonesia, ia pernah bekerja di PT Qareer Harapan Asia (Qerja.com), sebuah perusahaan rintisan juga, pada 2015-16 sebagai Head of Strategy.
“Setelah itu, saya mendirikan Shipper Indonesia ini dengan modal sendiri sekitar Rp 300 juta,” ujarnya.
Kembali ke cerita program akselerasi start-up, YC rupanya memberikan dampak yang sangat signifikan pada Shipper.
Menurut Budi, pasca program itu, rintisannya memiliki lebih banyak referensi mengenai bisnis serupa di luar negeri. Ini penting digunakan untuk studi banding maupun kesempatan perluasan kemitraan.
Kesempatan bergabung di program akselerasi tersebut juga membuat start-up lebih banyak dikenal, tidak sekadar level nasional tapi juga internasional.
Local go global
Dengan perkembangan bisnis yang pesat selama 3 tahun terakhir, Shipper Indonesia adalah salah satu dari tiga perusahaan teknologi dari Indonesia yang masuk ke dalam daftar Y Combinator Top Companies 2021 yang dirilis baru-baru ini.
Saat ini Shipper telah beroperasi di lebih dari 30 kota di Indonesia, menangani lebih dari 400 ribu meter persegi lahan pergudangan, didukung oleh lebih dari 1.900 tenaga kerja profesional, dan bekerja sama dengan lebih dari 40 mitra logistik ternama.
Pandemi buka Peluang e-commerce
Bagaimana lika-liku logistik selama pandemi Covid-19 mengimpit? “Ada 2,5 juta pelaku usaha UMKM berpindah ke sistem online, secara otomatis mereka memerlukan layanan logistik yang terintegrasi, terjangkau dari sisi biaya, dan simpel,” jelas Budi.
Kenaikan e-commerce memang tak terbendung saat pandemi. Pemain logistik akan kebanjiran order, artinya saat inilah momentum investor mengambil kesempatan menambah pendanaan atau masuk ke start-up logistik.
Selain nilai pasar yang besar, bisnis logistik di Indonesia juga memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.
Tahun lalu, tepatnya Juni 2020, Shipper mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Tidak disebutkan nilai yang diperoleh, investasi ini dipimpin oleh Prosus Ventures (sebelumnya Naspers Ventures) dengan dukungan Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, dan AC Ventures.
Lapker Baru saat pandemi
Pendanaan yang diperoleh berdampak nyata terhadap lapangan-lapangan pekerjaan baru yang akan tercipta. Terutama di masa-masa ekonomi sulit seperti ini. Jika sektor lain harus mengurangi jumlah pekerja, layanan logistik justru berpeluang sebaliknya.
Menjadi solusi dan berkontribusi menekan angka pengangguran, serta meningkatkan daya saing bagi jutaan UMKM di Indonesia.
“Shipper memberikan opsi logistik yang lebih baik untuk pelaku usaha UMKM. Kami berharap penguatan sisi logistik di sektor UMKM, yang notabene tulang punggung perekonomian nasional, dapat turut serta berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional di era pandemi,” tutup Budi. (Had).