Ikuti Kami di Google News

Rektor UNIRA Malang Dr. Hasan Abadi
Rektor UNIRA Malang Dr. Hasan Abadi. (Had).
MALANG NEWS – Banyak kejadian pilu dan memprihatinkan, mewarnai tahun 2020. Beberapa peristiwa penting diantaranya adalah maraknya serangan pandemi Covid-19, pilkada serentak di 290 kota/ kabupaten, kegiatan belajar mengajar (KBM) daring, maraknya intoleransi dan radikalisme.


“Adanya perhelatan pilkada serentak pada 9 Desember 2020 di 290 kota dan kabupaten se-Indonesia, yang secara keseluruhan berlangsung tertib dan aman layak disyukuri,” kata Rektor UNIRA Malang Dr. Hasan Abadi, Selasa (29/12/2020).

Phobia munculnya potensi klaster baru Covid, dan bayang-bayang rendahnya tingkat partisipasi karena apatisme politik terbantahkan.

“Diharapkan dengan lahirnya pemimpin baru, bisa menjadikan sektor ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan menjadi lebih baik di masa depan,” terang pria yang juga wakil ketua PW GP Ansor Provinsi Jawa Timur ini.

KBM Daring, dan Pemerataan Akses Pendidikan

Akibat Corona muncul keprihatinan adanya kebijakan sekolah yang ditutup karena dianjurkan untuk belajar daring.

Kebiasaan baru ini juga banyak kendala, semisal ketiadaan sarana (handphone standard), ketiadaan akses internet, beban pulsa, kebosanan secara psikologis-individual, dan kadar efektif-efisien pembelajaran.

“Adanya kebijakan dari menteri pendidikan bisa diterapkan di berbagai daerah. Yakni membuka kegiatan belajar (KBM) tatap muka secara terbatas dan adaptif, dengan tetap menerapkan prokes (protokol kesehatan) 3M,” tukas Hasan Abadi.

Kepedulian Sosial

Meski pandemi Covid-19 memporak-porandakan seluruh sendi kehidupan, namun layak bersyukur karena spirit kepedulian kepada sesama bangkit bak jamur di musim hujan.

Kepedulian untuk saling berbagi kepada sesama semakin tumbuh dan menguat. Hal ini menjadi sebuah energi baru yang layak disyukuri. Maka muncullah kohesi sosial yang terbangun dari solidaritas, emphati-simphati atas penderitaan sesama.

Maka berdirilah kampung tangguh, yang bersifat protektif, preventif, antisipatif, mandiri, dan integratif. “Selama menjalani pembatasan sosial, segala kebutuhan semisal logistik, kesehatan, bahan makanan, akses internet, dan ekonomi, berupaya dipenuhi sendiri,” terang Hasan Abadi.

Intoleransi, dan Regenerasi Ulama

Beberapa hal yang patut mendapat atensi dan solusi adalah maraknya intoleransi, radikalisme, hoaks agama, dan politisasi agama.

Adanya terorisme yang memanipulasi doktrin agama menjadikan keprihatinan yang mesti segera diselesaikan.

Bahkan kini yang memprihatinkan adalah rekrutmen terorisme merambah ke pesantren dan menggaet santri muda yang cerdas dan pandai.

Untuk solusi dibutuhkan keterlibatan semua unsur untuk bisa menciptakan kembali Indonesia yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofur gemah Ripah loh jinawi tata tentram kertoraharjo.

“Berpulangnya banyak ulama, kyai dan tokoh agama di tahun pandemi ini, menariknya dibarengi (regenerasi) munculnya Ustadz, Gus muda, Kyai muda, dan mujahid muda yang terpanggil untuk berjuang demi kemaslahatan semua umat dan kokohnya NKRI,” imbuh Hasan Abadi.

Ekonomi Kolaps dan Spirit Enterpreneur

Imbas pandemi memunculkan berbagai akibat negatif. Bisa disebutkan semisal PHK massal, meningkatnya angka kemiskinan, dan menurunnya pendapatan.

Dalam suasana pagebluk Corona ini, untungnya bisa memicu munculnya sosok dan figur yang tahan banting dan anti krisis.

“Maka adanya pandemi yang identik dengan WFH (work from home) melahirkan ide-ide dan kreasi bisnis baru,” jelas Hasan Abadi.

Maka muncullah pelaku bisnis ikan Cupang, tanaman hias, sayur hidroponik, jasa lukis tembok (Doodle Art), masker batik, ternak lele, kursus merias pengantin, jualan aplikasi pendukung WFH, dan lainnya.

Indonesia Lebih Baik

Tinggal menghitung hari, fajar menyingsing membuka era harapan baru di tahun Kerbau Logam 2021. Tahun 2020 yang akan Kita lewati meninggalkan beberapa catatan yang layak menjadi evaluasi dan renungan untuk melangkah di tahun 2021 nanti.

Alhamdulillah bangsa Indonesia selalu dirahmati Allah SWT dalam berbagai situasi, kondisi dan fase-fase jaman yang telah dilewati. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tangguh yang gigih berjuang.

Modal sosial, religi, budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia diyakini mampu menghadapi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan apapun.

“Melimpahnya kekayaan berupa kearifan budaya lokal, adat-istiadat, tradisi, modal sosial yang kokoh, serta religiusitas tinggi, seolah menjadi Dewi Fortuna (penolong) untuk lepas dari segala jeratan krisis. Tahun 2021 InshaAllah nasib Indonesia menjadi lebih baik,” pungkas Hasan Abadi. (Had).

Share: