Ikuti Kami di Google News

Tamim, peternak Kambing PE Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang
Tamim, peternak Kambing PE Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. (Had).
MALANG NEWS – Peternak Kambing Peranakan Etawa (PE) di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang menjalani kemandirian usaha di tengah situasi pandemi Corona.


Kawasan Kecamatan Dampit Kabupaten Malang, selain dikenal sebagai penghasil Kopi Robusta, ternyata juga sebagian besar warga beternak Kambing Peranakan Etawa (PE).

“Kami berternak kambing sejak belum sekolah, kita berternak Kambing Kacang dan Domba. Tetapi sejak tahun 2000 kita mulai mengenal kambing PE (peranakan etawa),” terang Tamim, peternak Kambing PE Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, pada Senin (7/12/2020).

Tamin menjelaskan, sebagian warga di wilayah empat kecamatan di Kabupaten Malang bagian selatan, yakni Ampelgading, Sumbermanjing, Tirtoyudo dan Dampit (Amstrirdam) adalah peternak Kambing PE.

“Sebagian warga desa se-Amstirdam banyak petani yang mengembangkan ternak kambing Etawa, utamanya di Desa Sukodono,” urai Tamin.

Ia mengungkapkan, jumlah peternak di Desa Sukodono hampir 60 persen mereka bercocok tanam dan berternak Kambing.

Tamin memaparkan, beternak Kambing PE menjadi bagian penting selain bertani Kopi.

Sangat Menguntungkan

“Sebagai sampingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga selain mereka berkebun Kopi. Apalagi ternak PE menguntungkan sekali,” imbuh Tamin.

Beternak Kambing PE, manfaatnya sangat luar biasa. “Rata-rata kami berternak PE bisa menyekolahkan anak, membeli pupuk, membeli sepeda motor, dan membeli tanah,” tegasnya.

Menurut Tamin berternak PE, sangatlah menjanjikan. Ada dua sistem yakni sistem branding (pembibitan), dan biasanya pertani berternak betina sebagai produksi bibit.

Karena dalam hitungan analisis berternak 5 indukan, sebanding dengan 0,5 hektar kebun kopi.

Terus sistem yang kedua adalah penggemukan (litening) biasanya sistem ini perternak memelihara jantan yang mereka jual saat hari Raya Idul Qurban atau Idul Adha.

Tamin mengatakan, sinergi pertanian dan peternakan Kambing PE menjadi hubungan tidak terpisahkan.

Kambing selain sebagai sumber ekonomi produktif, juga sebagai penghasil pupuk organik, dan bio urine.

Hal ini karena pakan ternak dihasilkan dari naungan Kopi, juga sebagai sumber makanan utama, karena dibudidaya perkebunan menjadi tanaman naungan sangat penting.

Penyediaan Pakan Rutin

Tamin menjelaskan, tantangan Peternak Kambing adalah pada persediaan pakan di musim kemarau panjang.

Yaitu pakan hijauan belum memenuhi untuk bahan pakan, sehingga peternak perlu jauh untuk mendapatkan pakan.

Selain itu, ada juga peternak yang belum sadar melakukan tindakan pintas kurang terpuji mencuri pakan di kebun peternak lain.

“Karena cukup menguntungkan, Kami menganggap bahwa investasi jangka panjang dan jika ada kebutuhan mendadak, maka Kambinglah sahabat kami,” ungkap Tamin.

Peternak Kambing PE berharap, dilakukannya peningkatan mutu SDM peternak dengan diajari pembuatan pakan silase atau pakan fermentasi.

Untuk pemasaran, Kambing dijual kepada Blantik. “Kami menjual ke pedagang kambing keliling (Blantik). Sementara untuk membeli kami beli dari Tirtoyudo, Senduro, juga di pasar hewan di area Malang,” tutur Tamin.

Ribuan Ekor dan Butuh Pendampingan

Seiring berjalannya waktu sampai sekarang, ternak Kambing sudah ribuan ekor jumlahnya.

“Kalaupun bicara jumlah detil kita tidak tahu. Tetapi sebagai gambaran umum di wilayah dusun kampung tempat kami ada sekitar 1500 ekor. Karena rata-rata 1 RT itu yang berternak jumlahnya 70 persen,” lanjut Tamin.

Agar hasil optimal, Tamin menginginkan adanya peningkatan SDM dan kelompok tani khusus peternak. Sehingga lebih efektif untuk transfer teknologi informasi terbarukan tepat sasaran.

“Kami berkeinginan ada pendampingan dari dinas peternakan terkait supaya peternak terlatih dan terpadu di pengadaan bibit, modal, dan pemasaran bersama,” tutup Tamin. (Had).

Share: