

Dalam kehidupan sehari-hari, Markatun hanya hidip sebatang kara dan tinggal di rumah yang sangat tidak layak huni.
Kabar tentang kehidupan Markatun ini, sempat di-posting oleh sebuah grup Komunitas di Facebook.
Setiap hari Jumat, salah seorang anggota grup FB sebut saja Amelia mendatangi rumah Markatun.
Markatun tinggal di rumah tanpa perabotan, hanya ada tempat tidur dan meja. Kondisi rumah atapnya banyak yang bocor.
Untuk makan, Markatun hanya mengandalkan bantuan dari tetangga. Bantuan lainnya berasal dari PKH, namun jumlahnya kurang mencukupi.
Markatun semasa muda mengandalkan hidup sebagai tukang pijat. Selain itu, Markatun juga tidak memiliki anak.
Sebenarnya ia mempunyai saudara di Lumajang, namun kondisinya dan keadaannya kurang lebih sama seperti dirinya yang sudah lanjut usia.
“Tempat tidur dengan kasur yang sudah bau pesing karena ompol di sana sini. Di bawah tempat tidur mbah Uti juga ada lubang septic tank yang belum dicor. Waktu Kami mengunjungi Mbah Uti, beliau terlihat seneng banget,” kata Amelia kepada awak media, pada Minggu (15/11/2020).
Sebagai langkah cepat, dirinya sudah melakukan koordinasi dengan RT setempat.
“Untuk saat ini, yang paling penting adalah perbaikan atap rumah yang hampir runtuh, pembuatan kloset, pengecoran septic tank, dan pembelian kasur baru,” pungkasnya.
Bagi pembaca yang ingin berpartisipasi berdonasi, bisa melalui pundi AMAL asli malang #BCA 4390389804 a. n Tri Wahyuni, dan Konfirmasi via WA 082187000701 Ket #MbahTuk. (Had).