Ikuti Kami di Google News

Caption : Aidha Dum mengisi live akustik. (ist)
Aidha Dum, grup band pengisi live akustik di JJC. (Had).
MALANG NEWS – Kini hadir destinasi wisata kuliner baru di Kota Malang, yakni Jagongan Jail Cafe (JJC) yang berlokasi di Jalan Asahan, nomer 6, Lowokwaru Kota Malang.


Jangan terpaku pada nama jail yang berarti penjara, dengan kesan serem dan menakutkan.

Cafe yang satu ini ditangung mempunyai aura anti seram, namun bersuasana hangat dengan menu-menu yang yummy menggoyang lidah.

“Saya sangat terkesan setelah mengisi kegiatan musik akustik live di JJC. Asik, nyaman, santai dan disiplin,” terang vokalis grup band pengisi live akustik, Aidha Dum, Rabu (28/10/20).

Taat pajak berbasis Napi

Aidha Dum menuturkan, JJC mempunyai keunikan dan kenyentrikan tersendiri sebagai sebuah destinasi wisata kuliner yang berada di jantung Kota Malang.

Selain dikenal sebagai cafe taat pajak, cafe ini juga berbasiskan napi (narapidana alias tahanan).

Hal ini karena, sebagian besar karyawan yang terlibat mengelola cafe adalah para tahanan binaan yang telah memenuhi persyaratan khusus.

“Mereka ini terlihat profesional, humanis, dan murah senyum. Mereka adalah napi yang juga mantan pekerja cafe,” terang perempuan yang hobi menyumbang berita untuk media online ini.

Cafe Taat Pajak

JJC telah membuktikan diri menjadi cafe percontohan yang taat pajak. Hal ini terbukti pada Kamis (9/7/2020) lalu, mendapat apresiasi khusus dari Kepala Bapenda Kota Malang, Ir. Ade Herawanto MD.

Sam Ade menyerahkan piagam taat pajak, dan bukti NPWPD mewakili Pemerintah Kota Malang kepada Kepala Lapas Kelas 1 Lowokwaru, Agung Krisna, sebagai pembina Cafe Jagongan Jail.

Asimilasi Warga Binaan Lapas

Cafe Jagongan jail ini menjadi wahana asimilasi warga binaan lapas. Kegiatan ini ditunjang melalui program pelatihan keterampilan kerja bagi warga binaan.

Outputnya tenaga bisa terampil yang dididik di Lapas. “Karena menunggu tanggal bebasnya masih lama, mereka diberdayakan disini,” terang Aidha.

Jagongan Jail ini memiliki pekerja, hampir semua adalah para Napi yang ada di Lapas Lowokwaru Kelas IA Kota Malang.

Mulai dari Koki, Barista, Pelayan dan Barber (Tukang Cukur) yang ada di Jagongan jail ini adalah para Napi yang telah memperoleh bekal ketrampilan khusus.

Mereka memang sengaja dibina agar nantinya setelah bebas, bisa menggunakan ketrampilan yang telah didapatkan untuk memperoleh penghasilan secara halal.

Di Cafe Jagongan Jail inilah, para Napi bisa mempraktekkan ilmu yang dimilikinya serta belajar untuk berbaur kembali dengan masyarakat.

Haus Hiburan Saat Pandemi

Aidha mengungkapkan, respon dari audiens, pekerja cafe dan undangan kehormatan lainnya saat dirinya manggung sangat antusias dan bersemangat.

“Respon pengunjung sangat antusias saat saya membawakan lagu. Mungkin mereka haus hiburan karena dampak pandemi yang banyak membuat orang stres dan tertekan,” papar perempuan asal Wonosari Kabupaten Malang ini.

Adanya penampilan hiburan musik akustik di JJC menurut Aidha, mampu menjadikan suasana hangat, dan akrab.

Aidha menjelaskan, untuk personil band masih serabutan dan gonta-ganti. “Maksimal 4 pengiring, minimal satu gitaris udah bisa. Jadi masih featuring gitu,” terang Aidha.

Untuk lagu (single) yang dibawakan bisa all genre.” Lagu all genre, lagu Didi Kempot, dangdut, atau lainnya. Audience bisa request, dan bisa diiringi untuk duet sama saya atau mau nyanyi sendiri,” urai Aidha.

Aidha terkesan saat mendapat kehormatan manggung di JJC. “Main musik di Jagjail, bisa menambah audience (fans), dan mengasah mental. Jadi bisa main disana suatu kesempatan luar biasa bagi saya. Deg-deg an juga rasanya,” urai Aidha.

Banyak teman dan promo akun

Aidha mengaku, tidak terlalu mempermasalahkan fee yang didapat dari mengisi kegiatan musik live di JJC.

Karena baginya yang penting adalah bisa silaturahim, menambah teman, dan promo akun FB dan YouTube.

“Intinya honor itu bonus, yang paling penting banyak teman dan bisa promo akun sosmed atau YTC (YouTube Content) kita,” papar Aidha.

Ramah dan Menu Yummi

Aidha menceritakan jika para pekerja (pramusaji) cafe yang notabene adalah napi, mampu bersikap santai (woles), ramah dan asyik diajak ngobrol.

“Kayak gak ada beban hidup dan seperti bukan tahanan. Saya agak heran, karena napi yang bekerja rasanya seperti karyawan di cafe pada umumnya. Santai, ramah, asik,” tukas Aidha.

Aidha menjelaskan, para karyawan cafe adalah narapidana yang mempunyai pengalaman kerja di cafe.

“Iya, Napi semua yang punya pengalaman kerja di cafe. Uniknya mereka pelayanannya lebih ramah dari karyawan cafe pada umumnya,” imbuh Aidha.

Musik Anti Corona

Aidha mengatakan, para napi (pekerja cafe) yang ia salami ketika pamit pulang, mengaku sangat terhibur.

“Mereka mengatakan sangat terhibur dan kagum dengan penampilan kami. Audience lain pun menunggu sampai akustik selesai, baru pulang. Jadi adanya akustik memberi hiburan dan semangat bekerja bukan untuk pengunjung saja, tapi juga bagi para napi,” terang Aidha.

Untuk tata artistik, Jagongan Jail ini memiliki konsep yang kental dengan suasana pedesaan. Mulai dari dinding anyaman bambu (gedhek) maupun penataan taman-tamannya yang asri.

Sedangkan untuk menunya, memiliki menu dengan nama-nama yang unik, seperti Nasi Kobongan, Nasi Goreng Pengeroyokan, dan Mie Kuah Pembunuhan.

Untuk harga tidak kalah nyentrik. Simak saja kopi tubruk dibandrol 6 th, yang berarti Rp 6.000 harganya. Untuk kopi susu 7 th, yang artinya harganya Rp 7.000.

Yuk Kepoin

Bagi masyarakat yang penasaran dengan menu-menu unik dari JJC, bisa langsung datang menyantap kelezatan dari makanan serta minuman, kopi dengan harga sangat terjangkau.

Bisa juga kepoin media sosial dari Jagongan Jail di Instagram @jagongan.jail dan websitenya di jagonganjail.com (Had).

Share: