Ikuti Kami di Google News

Salah satunya bisa menjajagi pemakaian pupuk cair bernama Eco Enzyme
Prosesi pembuatan pupuk cair bernama Eco Enzyme. (Had).
MALANG NEWS – Agar tercipta kemandirian dan ketahanan pangan, perlu mencoba jalan baru sebagai solusi alternatif penyediaan pupuk yang sulit didapatkan.


“Sebenarnya ada jalan lain yang bisa dijadikan solusi alternatif penyediaan pupuk bagi petani. Salah satunya bisa menjajagi pemakaian pupuk cair bernama Eco Enzyme,” kata alumnus Universitas Brawijaya Malang Bachtiar Djanan, pada Minggu (25/10/2020).

Inovasi Kreatif

Lahirnya cairan multiguna Eco Enzyme mempunyai riwayat cerita yang panjang.

Berawal dari kiprah tim Bagian Taman dan Kebersihan, yang dikomandani oleh Jumadi, di lingkungan Universitas Pembangunan Panca Budi (UNPAB) dalam naungan Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya, di Medan, Sumatera Utara.

Selain merawat lingkungan kampus agar tetap bersih dan hijau lestari, Jumadi bersama 31 orang anggota timnya juga melakukan banyak eksplorasi yang menarik, salah satunya bereksperimen dengan sampah.

Selain menjaga kebersihan kampus, mengumpulkan sampah, serta memilah jenis-jenis sampah anorganik dan organik, tim ini juga mengaplikasikan upaya daur ulang sampah organik, salah satunya dengan mengembangkan produk ECO-ENZYME.

Cairan Fermentasi

Eco-enzyme merupakan cairan fermentasi dari limbah organik buah-buahan, sayur, batang sayur, dan sampah organik lainnya, yang dicampur dengan molase (gula tetes tebu) atau gula merah, yang difermentasi selama 100 hari.

Walaupun berasal dari sampah organik, namun setelah fermentasinya jadi, eco-enzyme sama sekali tidak berbau busuk, bahkan cenderung beraroma seperti wine atau tape, dan segar.

Eco enzyme adalah hasil riset dari Dr. Rosukon Poompanvong, founder Asosiasi Pertanian Organik (Organic Agriculture Association) dari Thailand.

Ia menerima penghargaan dari FAO (Food and Agriculture Organization, Organisasi Pangan dan Pertanian) PBB atas penemuannya ini.

Kemudian Dr. Joean Oon, Direktur The Centre for Naturopathy and Protection of Families di Penang Malaysia, membantu untuk menyebarluaskan segudang manfaat dari Eco-enzyme ini.

Banyak Manfaat

Eco-enzym bisa dikatakan sebagai cairan sapu jagat dengan beribu manfaat.

Bisa digunakan sebagai pupuk tanaman, menyuburkan tanah, meningkatkan kualitas dan rasa buah serta sayuran, mengusir hama atau hewan yang mengganggu di sekitar rumah, seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk, dan serangga lainnya, sebagai campuran pakan ternak dan ikan, mempercepat dekomposisi kompos.

Bahkan bisa berfungsi sebagai cairan untuk membersihkan rumah, mencuci baju, cuci piring, sayur, buah, sampai untuk mandi, keramas, sikat gigi, dan untuk perawatan kulit tubuh serta kulit wajah wanita (berupa produk jamur eco-enzyme).

Selain itu, cairan serba guna ini bisa berfungsi untuk membersihkan air yang tercemar (untuk diaplikasikan di sungai, di selokan, di mata air).

Bahkan, saat proses pembuatan eco-enzym akan terjadi pelepasan gas ozon (O3) yang akan mengurangi karbondioksida di atmosfer yang memperangkap panas di awan, sehingga mengurangi efek rumah kaca dan global warming.

Saat ini di Sumatera Utara, UNPAB telah dikenal sebagai kampus yang ikut mempelopori dan memotori aplikasi eco-enzyme di masyarakat, dengan konsisten, dan dengan skala yang cukup besar.

Di “bengkel” Bagian Taman dan Kebersihan, setiap harinya diproses beratus-ratus liter fermentasi sampah organik untuk membuat eco-enzyme.

Pengganti Disinfektan

Pada situasi Covid-19 ini, di kampus UNPAB eco-enzyme juga banyak digunakan sebagai pengganti desinfektan, baik untuk bilik sterilisasi yang aman bagi manusia, juga untuk penyemprotan ruangan dan area publik sebagai pengganti desinfektan, serta sebagai sanitizer dan antiseptic.

Jumadi, secara pribadi tak kenal lelah mengujicoba eco-enzyme ini. Kini bapak dua orang putri ini tengah menggarap 1/4 hektar lahan pertanian padi miliknya dengan eco-enzyme, tanpa pupuk kimia dan pestisida.

Keluarga pria kelahiran Kota Rantang, Hamparan Perak, Deli Serdang, Sumatera Utara, 47 tahun yang lalu ini, di rumahnya juga selalu menggunakan eco-enzyme untuk segala keperluan rumah tangga sehari-hari.

Dengan mempertimbangkan berbagai manfaatnya yang luar biasa, maka sudah saatnya eco-enzym dengan berbagai varian proses dan kombinasi bahannya, bisa diprioritaskan untuk diriset lebih mendalam oleh kampus, sebagai penelitian akademik yang bakal tak ada habisnya diriset, untuk berbagai disiplin ilmu. Demi lestarinya alam dan lingkungan hidup.

Ketahanan Pangan

Bachtiar Djanan mengatakan, eco enzyme bisa dipakai dimana saja. Baik untuk area luas maupun area sempit. Selain itu bisa untuk mempercepat terwujudnya ketahanan pangan.

“Dalam penggunaan luas, cairan ini jelas pasti secara langsung atau tidak langsung bisa mendukung ketahanan pangan. Penggunaan eco enzyme untuk pertanian sangat menghemat biaya, tidak perlu memakai pupuk kimia. Pak Jumadi sudah praktek menanam Padi tanpa pupuk kimia, hanya pakai eco enzyme dan hasilnya pun bagus, tidak kalah dengan kalau memakai pupuk kimia,” terang Bachtiar Djanan.

Bachtiar menuturkan, produk ini semua orang bisa membikin sendiri. “Gampang. Cuman memang di awal perlu sabar, karena menunggu proses fermentasi yang sekitar 100 hari” pungkas Bachtiar Djanan. (Had).

Share: