“Himbauan masyarakat tetap tenang seperti biasa, ikuti langkah-langkah menghadapi gempa. Lindungi kepala dari reruntuhan, kalau di pantai segera meninggalkan lokasi kalau gempanya besar,” kata Kepala BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Karangkates Malang, Musripan, pada Rabu (30/9/2020).
Seperti diketahui, saat ini marak berita hasil kajian terkait potensi terjadinya tsunami dan gempa besar. Musripan, menghimbau warga tetap tenang, namun tetap siap siaga untuk antisipasi dan penyelamatan.
Musripan menuturkan, ancaman itu riil, namun tidak tahu kapan akan terjadi gempa besar tersebut. Namum yang jelas dalam satu bulan riil di Jatim bulan kemarin terjadi gempa sekitar 80 kali, walaupun dalam skala di bawah 5 SR.
Struktur dan Bahan Bangunan Menentukan
Musripan mengungkapkan, dirinya tidak mengatakan wilayah Malang, Blitar dan lainnya aman bila terjadi gempa besar. Namun yang menjawab adalah kondisi struktur bangunan apakah gedung, rumah dan infrastruktur lain, cukup mampu menahan goncangan gempa.
“Saya tidak mengatakan wilayah Malang, Blitar dan lainnya aman bila terjadi gempa besar. Namun yang menjawab adalah kondisi struktur bangunan, apakah gedung, rumah dan infrastruktur lain cukup mampu menahan goncangan gempa. Ini yang harusnya menjadi perhatian utama,” tutur Musripan.
Jawa Timur Selatan Rawan
Musripan menjelaskan, ia tidak menyebutkan secara spesifik daerah terdampak. “Yang jelas wilayah Jatim bagian selatan sangat rawan terjadi gempa,” papar Musripan.
Musripan mengungkapkan, untuk wilayah Surabaya relatif aman, namun Kota pahlawan ini dilalui sesar Kendeng yang berpotensi juga terjadi gempa.
“Ya Surabaya relatif aman dari ancaman gempa megatrust, tetapi ingat di Surabaya dilalui sesar atau Kendeng, dan sesar itu juga berpotensi gempa namun besaran masih di bawah 6 SR.
Musripan menjelaskan, semisal berpindah atau mengungsi ke luar daerah, bukanlah solusi, namun tentu yang benar adalah memahami kondisi ini dengan baik.
“Artinya kita hidup di alam yang banyak terjadi bencana. Tentu ya harus bisa menyesuaikan dengan kondisi alam yang Kita cintai ini. Tentu mentaati kaidah-kaidah seperti rumah tahan gempa yang baik, paham melindungi diri, bisa evakuasi mandiri dan lainnya,” papar Musripan.
Saat ini ada pula berita yang menyebutkan, jika bencana tersebut jika tidak terjadi maksimal 10 hari ke depan, maka akan muncul bencana lebih besar.
“Itu statement hoax. Sampai sekarang para ahli di negara manapun tidak bisa memprediksi terjadinya gempa dengan tepat. Artinya besarnya, dimana dan kapan. Kalau ingin membayangkan ya seperti gempa di Lombok, Palu, Aceh dan lainnya,” imbuh Musripan.
Musripan mengungkapkan, gempa tidak bisa diperkirakan, tetapi potensi ada, dan potensi itu bisa terjadi. “Tetapi kapan terjadi kita belum mampu memperkirakan, namun kalau potensi bisa mencapai sekitar 7 – 8 SR. Jangan percaya berita yang mengatakan kalau akan terjadi gempa besar pada tanggal, bulan dan tahun berapa,” tutup Musripan. (Had).
MALANG NEWS – Informasi potensi gempa sudah sering dipublish. Potensi itu harus disikapi dengan bijaksana. Artinya bagaimana kesiapan masyarakat bila terjadi gempa besar, apa yang harus dipersiapkan inilah yang terpenting.