Petani rakyat tidak menyerah dengan kondisi, karena penebusan pupuk bersubsidi menggunakan KTI (Kartu Tani Indonesia) berbasis eRDKK, belum bisa dilakukan di Dampit. Kini, petani beralih menggunakan pupuk dari limbah ternak.
“Kami tidak menyerah dengan keadaan. Makanya kami terus berinovasi untuk kemaslahatan bersama. Salah satunya membuat pupuk berbahan limbah ternak,” kata Ketua Poktan Sekarindu Desa Sukodono, Dampit, Tamin pada Selasa (29/9/2020).
Tamin menuturkan, saat ini petani Dampit belum menemukan solusi terbaik untuk akses pupuk bagi keberlangsungan kehidupan, dan usaha tani di masing-masing desa.
Tamin menjelaskan, hal ini berarti petani wajib berinovasi dengan pemanfaatan limbah ternak, sebagai pupuk bokasi.
Selain hemat, pertanian organik dinilai lebih ramah lingkungan. Petani sudah 4 tahun tidak menggunakan pupuk kimia.
Petani secara step by step telah mengurangi pupuk kimia (pupuk bersubsidi) 25 persen setiap tahun.
Sehingga di kwartal ke-4 tidak tergantung pada pupuk bersubsidi. Artinya, 75 persen pupuk organik dan 25 persen pupuk kimia non subsidi yang hasilnya lebih bagus.
“Sehingga petani tetap eksis dalam peningkatan pendapatan,” ujar pria yang juga salah satu peserta lomba kampung iklim (Proklim tingkat nasional) mewakil Kabupaten Malang ini.
Seperti diketahui, Poktan Dampit telah mengikuti rapat Sosialisasi dan implementasi kebijakan penebusan pupuk bersubsidi tahun 2020, dan e RDTRK tahun 2021 yang diadakan di
gedung BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Dampit, Senin (27/9/2020) lalu.
Dari rapat tersebut, dihasilkan keputusan jika penebusan pupuk bersubsidi mengunakan KTI (Kartu Tani Indonesia) berbasis eRDKK, belum bisa dilakukan di Kecamatan Dampit. (Had)
MALANG NEWS – Banyak upaya mekanisme survival yang dilakukan petani rakyat sebagai wujud agar bisa eksis di tengah sulitnya memperoleh pupuk subsidi, disaat pandemi seperti sekarang ini.