Ikuti Kami di Google News

Warga Desa Sukodono
Warga Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, saat menanam sayur mayur. (Had)
MALANG NEWS – Di tengah kondisi pandemi yang tak kunjung usai, muncul kebangkitan untuk mandiri dalam ketangguhan pangan di Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.


Pasalnya, warga di desa ini beramai-ramai menanam aneka komoditi selain kopi, dan salak yakni sayur mayur.

“Kami berupaya agar ketahanan pangan di wilayah sini bisa terwujudkan, apalagi saat pandemi seperti sekarang ini,” kata anggota Aliansi Petani Indonesia (API) Dusun Wonosari, Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Heri, pada Jumat (18/9/2020).

Heri menuturkan, pihaknya masih butuh dukungan pemerintah Kabupaten Malang, untuk bisa memajukan potensi dan pemberdayaan kepada warga.

“Saat ini jumlah penggiat pertanian keluarga jumlahnya masih mencapai puluhan orang yang didominasi kalangan ibu-ibu,” ujarnya.

Jumlah yang sedikit ini menurut Heri, diakibatkan dari adanya minat pemuda dan warga yang masih menginginkan bekerja diluar desa.

“Kami ingin mandiri dan berdikari di wilayah sendiri, semisal dalam pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari. Saya saat ini fokus untuk membina warga perempuan di lingkup RT di kampung ini,” ucap dia.

Ia menuturkan, pihaknya fokus membina dan mengajak ibu-ibu menanam sayur untuk memenuhi kebutuhan domestik rumah tangga, sedangkan apabila ada sisa maka bisa dijual.

“Kami sempat menemui kendala untuk membangkitkan minat bertani pada remaja, dalam hal pola komunikasi yang tepat dan pas agar bisa diterima dengan mudah. Karena, manfaat dari bertani yakni bisa memenuhi kebutuhan sendiri dan tidak usah membeli diluar,” ungkap dia.

Heri menguraikan, hasil sayur dijual masih di sekitaran desa saja, masih belum bisa memproduksi banyak karena kondisi yang seperti sekarang masih diliputi pandemi.

“Kalau terkait pupuk kami tidak menemui kendala, karena untuk pupuk disini kami memanfaatkan bahan organik,” urainya.

Berbagai komoditi ditanam meliputi Kopi, Selada air, Salak dan Pisang. “Kami selain dibina oleh API juga oleh akademisi dari UB,” papar Heri.

Heri menambahkan, pihaknya berharap agar perempuan punya penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga. “Dan yang penting perempuan atau warga disini sudah tidak mempunyai niat untuk kerja keluar daerah. Lebih baik memaksimalkan potensi disini sendiri,” imbuh Heri.

Sekilas gambaran, Heri juga menjelaskan jika ada sebanyak 60 persen warga di desanya masih kerapkali menginginkan bisa bekerja menjadi PMI (pekerja migran Indonesia) alias TKI.

“Doakan semoga pemberdayaan ibu-ibu disini untuk menanam sayur bisa semakin berkembang dan maju. Sehingga ketahanan pangan terwujud meski kondisi pandemi,” tutup Heri mengakhiri. (Had)

Share: