MALANG NEWS – Di balik maraknya pandemi, menyimpan banyak kisah unik perjalanan hidup manusia yang menarik dijadikan hiburan dan selingan untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Salah satunya adalah kisah pesepeda Parno, yang meski sering dibubarkan satpol PP saat bergowes, namun terus bersemangat menjalankan hobi menyehatkan ini.
“Meski masih pandemi, saya masih menjalankan hobi bersepeda keliling Indonesia. Saya seringkali diusir dan di bubarkan sama satpol PP kalau berkerumun,” kata Parno Jumat (4/9/2020).
Seperti diketahui, munculnya pandemi tak menyurutkan para bikers (pesepeda ontel) di beberapa kota atau kabupaten untuk terus menjalankan aktifitasnya, meski akhirnya menemukan banyak pengalaman unik yang dialami di berbagai kesempatan bergowes.
Sejak SD.
Bersepeda keliling tanah air, Parno ingin menyehatkan badan dan menambah teman.
Parno menceritakan, dirinya menjalankan hobi bersepeda sejak di bangku sekolah dasar (SD).
Ia menjelaskan, pada tahun-tahun itu, sepeda modern masih belum muncul dan yang ada hanya berupa sepeda pancal yang sederhana.
Sepeda pancal yang dimaksudkan adalah sepeda mini biasa yang dilengkapi keranjang di depannya dan BMX.
Saat itu harga sepeda masih murah dan terjangkau karena bentuknya simpel dan bahan baku yang seadanya. “Saat itu harga sepeda masih sekitar Rp 100 ribu,” papar Parno.
Pria asli Kenjeran Surabaya ini mengatakan, dirinya telah melanglang buana ke berbagai lokasi di Indonesia dengan bersepeda. “Untuk yang antar provinsi saya pernah sampai Kalimantan Selatan,” ujar Parno.
Tidak hanya Kalimantan Selatan, namun Parno mengaku juga seringkali bersepeda hingga Kota Malang, Bali dan Yogyakarta.
“Saya senang bersepeda di Malang. Bukan cuma pemandangan dan udara segar, namun rasa persaudaraan orang Malang baik sekali,” imbuh Parno.
Parno mengungkapkan, selain bermanfaat menyehatkan badan bersepeda bisa menjadi sarana menambah teman.
“Lumayan banyak manfaat. Tidak cuma badan sehat. Tapi jumlah teman bisa bertambah,” jelas Parno.
Parno menguraikan, ia pernah join (bergabung) dengan beberapa komunitas pesepeda pancal. Diantaranya adalah minitrek dan Komet’s di Surabaya.
Parno memaparkan, dirinya hobi melakukan aktiftas bersepeda dengan tujuan untuk berolah raga dan meluaskan persaudaraan, karena menambah jumlah teman.
Komunitas Pesepeda Meningkat.
Maraknya pandemi Covid-19, ternyata memunculkan kondisi yang berlawanan. Dalam artian meski intens himbauan physical distancing, namun keinginan orang untuk beraktualisasi dan bersosialisasi semakin kuat.
Hal ini terbukti dari penuturan Parno yang mengatakan, jika saat ini jumlah pesepeda melonjak baik secara individual dan kolektif ( berkelompok).
“Saya melihat sekarang ini trend jumlah orang peminat bersepeda semakin banyak,” terang Parno.
Parno mengungkapkan, meski tiada larangan untuk menjalankan hobi bersepeda, namun ia tetap menghimbau agar komunitas pesepeda tetap mematuhi aturan dan ketetapan yang berlaku.
“Selayaknya kita harus tetap tertib di jalan dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Memperhatikan safety dan keamanan bersepeda,” urai Parno.
Dioprak Satpol PP.
Saat PSBB Parno tetap menjalankan kegiatan gowes meski menemui banyak pengalaman unik.
“Saya tetap bersepeda sewaktu pemberlakuan PSBB kemarin. Namun saya batasi antar kecamatan saja,” terang Parno.
Parno mengatakan, dirinya kerapkali mengalami kejadian tidak menyenangkan selama gowes.
“Sewaktu PSBB saya bersepeda terasa was-was terus. Hal ini karena seringkali dioprak-oprak sama satpol PP dan aparat hukum, sewaktu kumpul sesama (kopdar) dengan pesepeda. Kami disuruh membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing,” jelas Parno.
Parno mengatakan, Satpol PP dan aparat hukum kerapkali berjaga-jaga di beberapa lokasi (titik) keramaian kota, semisal taman kota dan alun-alun.
Hal ini berakibat jika komunitas pesepeda ini berkumpul di lokasi tersebut, seringkali dibubarkan karena adanya himbauan antisipasi pandemi Covid-19.
Parno mengatakan, lokasi yang dijaga Satpol PP dan aparat hukum adalah seperti di alun-alun Kota Surabaya, Taman Bungkul dan Taman Kota Surabaya.
Prihatin Pandemi.
Parno mengaku merasa sangat prihatin atas maraknya pandemi. Hal ini karena banyak dampak buruk yang ditimbulkan.
Bukan hanya pada bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, namun juga adanya pembatasan interaksi antar personal dan kelompok masyarakat.
“Saya sangat prihatin atas maraknya pandemi. Kok bisa sampai masuk Indonesia. Tidak hanya berimbas pada perekonomian dengan gulung tikarnya pabrik atau perusahaan. Namun juga hubungan sosial kemasyarakatan seolah semakin dibatasi. Semoga pandemi cepat berlalu,” ujar Parno mengakhiri. (Had)