Ikuti Kami di Google News

Tamasja Tourism Center sebagai salah satu komunitas wisata buatan, untuk menggelar kerja bakti bersih-bersih bangunan heritage
Komunitas Tamasja Tourism Center sebagai salah satu komunitas wisata buatan, saat kerja bakti bersih-bersih bangunan heritage. (Har)
MALANG NEWS – Kepedulian terhadap cagar budaya dapat dilakukan dalam berbagai bentuk salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan bersih-bersih jembatan Pulosari yang berada di Jalan Kawi Atas, Kota Malang.


Jembatan yang menjadi penghubung antara Jalan Kawi dan Dieng ini terkesan suram, dengan tembok yang sudah kusam dan pilar jembatan yang tak terawat. Kondisi memprihatinkan ini memantik Tamasja Tourism Center sebagai salah satu komunitas wisata buatan, untuk menggelar kerja bakti bersih-bersih bangunan heritage.

Dengan menggandeng berbagai pihak diantaranya Voluunter Cagar Budaya, Paguyuban Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP), Malang Heritage Community dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) bahu membahu untuk mempercantik jembatan ini. Pengecatan yang dilakukan secara gotong-royong dan untuk segala fasilitas dibantu oleh Corporate Social Responsibility (CSR)

Jembatan Pulosari dibangun pada medio 1920 hingga 1930, yang mana bagian bawahnya difungsikan sebagai lori yang menuju ke Kebon Agung. Bisa dikatakan jembatan ini merupakan heritage, yakni sebagai suatu warisan masa lalu yang saat ini masih digunakan. Dibawah jembatan terdapat dam dimana airnya mengering karena musim kemarau. Namun saat musim penghujan tiba dam ini tidak mampu menahan debit air, sehingga terjadi banjir. Ironis, mengingat Kota Malang adalah dataran tinggi.

Kegiatan positif ini menarik perhatian anggota Dewan Perwakilan Daerah Kota Malang, Ahmad Fuad Rahmad
yang secara spontan datang ke lokasi.

“Kegiatan ini sangat positif dan kami sangat mengapresiasi. Bersih-bersih cagar budaya jangan hanya berhenti di tempat ini saja, namun akan tetapi harus berkelanjutan dan konsisten,” kata anggota Komisi C ini saat menghadiri kegiatan, Minggu (9/8/2020).

Pria berkacamata ini pun berharap, agar kepedulian terhadap cagar budaya tidak hanya dilakukan oleh komunitas saja, namun juga dapat dilaksanakan oleh masyarakat dan tentu saja Pemerintah.

Hal senada diungkapkan oleh Seketaris Tim Ahli Cagar Budaya, Agung H. Buana, bahwa kegiatan serupa akan tetap dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap bangunan lama dan upaya mempercantik Kota Malang.

Usai kegiatan, acara dilanjut ramah tamah di Fendi’s Homestay yang juga merupakan pendukung kegiatan. Suasana adem begitu terasa saat memasuki rumah yang masih orisinil ini. Tak mengherankan pasalnya R. Panji Efendi Suryo Saputro sang pemilik menata arsitektur bangunan dengan begitu apik dengan interior yang klasik dan bernilai seni.

“Rumah Fendi’s ini belum pernah dilakukan pemugaran, masih orisinil. Hanya ada beberapa tambahan bangunan karena kebutuhan dan bangunan ini sudah masuk cagar budaya,” ungkap Budi Fathoni, Dosen Arsitektur Institut Teknologi Nasional ini menjelaskan.

Pria yang gemar mengenakan topi Kolonial yang akrab dipanggil Meener ini juga pemerhati Cagar Budaya. Tidak berlebihan jika ia kadang marah apabila pemilik rumah cagar budaya membongkar rumah tanpa sesuai prosedur.

Bentuk-bentuk tersebut merupakan perhatian terhadap cagar budaya dan heritage agar baik bangunan, situs, kawasan maupun struktur dapat terjaga.

“Semoga kegiatan bersih-bersih cagar budaya ini menjadi racun dan candu positif mempertahankan heritage yang mulai terlupa,” tandasnya. (Har)

Share: