Hal ini dikatakan oleh pakar Public Relations Universitas Brawijaya Maulina Pia Wulandari, Ph.D, dalam
Program Pengabdian Masyarakat Tahun 2020 dengan mengusung topik “Perencanaan Protokol dan Strategi Komunikasi dalam Mengatasi Bencana Nasional” baru-baru ini.
“Protokol komunikasi menjadi bagian penting dari rencana kesiapsiagaan bencana. Hal ini sekaligus bentuk kesiapan dan keseriusan suatu negara dalam merespon bencana yang terjadi,” Pia sapaan akrabnya, Senin (10/8/2020).
Sekilas informasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya menggelar sesi Program Pengabdian Masyarakat Tahun 2020 dengan mengusung topik “Perencanaan Protokol dan Strategi Komunikasi dalam Mengatasi Bencana Nasional”.
Menggandeng Perhumas Malang Raya sebagai mitra dan dilaksanakan dalam dua sesi, yakni pada tanggal 1 dan 8 Agustus 2020, pelatihan daring kali ini fokus menjawab tantangan seorang Public Relations di era pandemi saat ini.
Digagas oleh Maulina Pia Wulandari, Ph.D selaku pakar Public Relations, sesi pertama dalam rangkaian Pengabdian Masyarakat tahun ini fokus dalam Bagaimana Mengidentifikasi Situasi Krisis dan Potensi Resiko, serta Perencanaan Protokol Komunikasi dalam Mengatasi Krisis Bencana Nasional.
Turut menghadirkan Stefanus AB Priambodo, Amd, Grad Dipl BA, MM, MALM, CERS, ERMAP selaku Pakar Manajemen Resiko. Ia menjelaskan, pentingnya perusahaan untuk senantiasa sigap dalam mengantisipasi krisis sejak awal.
“Pikirkan tindakan yang akan dilakukan dengan baik. Subjektivitas akan menjadi resiko bila tidak dipertimbangkan dengan baik. Persiapkan segala hal dengan baik supaya bila sudah kejadian, organisasi atau perusahaan tersebut bisa melakukan protokol penanganan krisis dengan baik,” jelas Stefanus.
Sedangkan pada sesi kedua, pelatihan diisi oleh Ika Rizki Yustisia, S.I.Kom., M.A, dan Wifka Rahma Syauki , S.I.Kom., M.Si, selaku dosen Ilmu Komunikasi UB, dengan berfokus kepada Menyiapkan Juru Bicara dan Naskah Statement, serta Pelaksanaan Press Conference dan Media Kits.
Ika Rizki Yustia mengatakan, sebagai juru bicara haruslah mampu mengolah dan menyampaikan informasi dengan sebaik mungkin.
Tidak sekedar pintar berbicara, namun dibutuhkan kemampuan komunikasi yang baik. “Bukan sekedar dituntut bisa bicara, namun pintar komunikasi. “Content is the queen, Context is the king, and accuration is the God,” jelas Rizki.
Sementara itu, Dekan FISIP UB Dr. Sholih Mu’adi, SH., M.Si, mengungkapkan, kegiatan tahunan kali ini diharapkan mampu membantu para praktisi maupun akademisi Public Relations dalam memahami fenomena yang terjadi saat ini.
“Saya harap rangkaian pelatihan daring kali ini mampu memberikan output yang diperlukan untuk menangani situasi pandemi saat ini. Supaya tidak menimbulkan kepanikan, dan tentunya bisa menanggulangi hal ini sebaik mungkin,” jelasnya. (Had)
MALANG NEWS – Guna untuk mewujudkan keseriusan Negara dalam mengatasi bencana, Pakar Komunikasi Universitas Brawijaya menyebut Protokol Komunikasi penting untuk kesiapsiagaan bencana.