

Seperti diketahui, Kompleks Makam Sukun yang dari awal pembuatannya di khususkan bagi warga Eropa yang berdomisili di Kota Malang. Tidak mengherankan jika masih terdapat makam-makam orang Eropa di lahan seluas 120.000m² ini.
Mengangkat tema sejarah yang mengusung biografi tokoh adalah konsep yang diaplikasikan. Tak disangka, animo masyarakat begitu tinggi utamanya kalangan milenial begitu penasaran dengan wisata malam yang jarang disuguhkan di Kota Malang. Kuota 30 peserta, habis tak bersisa. Sengaja menerapkan 2 trip dengan klasifikasi setiap trip 15 orang adalah implementasi dari physical distancing.
Suasana malam memberi nuansa tersendiri apalagi obyek yang disinggahi adalah perkuburan. Tidak dipungkiri akan membuat bulu kuduk berdiri, penyampaian guide yang asyik, menghibur dan mendeskripsikan cerita dengan begitu apik ketakutan yang menghinggapi seolah sirna.
“Baru pertama ini ya ikutan wisata malam, ada tantangannya. Banyak cerita sejarah yang digali menambah pengetahuan,” ungkap salah seorang peserta saat mengikuti jelajah, Jumat (6/8/2020) malam.
Tokoh-tokoh yang diceritakan memang adalah tokoh yang pernah mengukir prestasi pada masanya. Ada Christian Renaldel de Lavalette, pendiri Rumah Sakit Lavalette. Pencipta lagu Malang Kota Subur Dirman Sasmokoadi, BM Schuurman seorang ahli teologi Belanda yang fasih berbahasa Jawa, Monumen Jepang yang disinyalir hanya ada di Koeboeran Londo juga memiliki cerita tersendiri.
Lalu, bangunan makam yang memiliki ciri khas dengan arsitektur indah, Blok Pasturan sebagai tempat makamnya para rohaniawan, Bungker tempat menyimpan relokasi jenazah dari Makam Klojen Lor Straat dan menariknya ada Makam Freemason yang perlu ditelisik.
“Koeboeran Londo adalah suatu destinasi wisata yang berada di tanah Pemerintah dan merupakan aset daerah. Oleh karena itu, untuk pengelolaan wisatanya ditangani oleh Pokdarwis Koeboeran Londo, namun tetap di bawah binaan UPT Pengelolaan Umum,” ujar Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum, Taqruni Akbar.
Lebih lanjut, dirinya menyampaikan bahwa konsep dari Pokdarwis Koeboeran Londo adalah mengangkat sejarah dan mengedukasi masyarakat, sehingga paradigma yang mengatakan bahwa Bong Londo seram, buram dan menakutkan dapat ditepis.
Performa kesenian kuda lumping turut mewarnai Jelajah Koeboeran Londo menambah semarak, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan pengecekan suhu tubuh, pemakaian handsanitizer, memakai masker dan penerapan physical distancing dilakukan.
“Kegiatan ini akan kami agendakan dan evaluasi setiap selesai acara, karena pasti ada kekurangan,” ungkap Andri Agus Jatmiko, Koordinator kegiatan.
Menurutnya, perlu adanya saran dan kritik dari masyarakat agar dapat berbenah dan menjadi lebih baik.
“Semoga Jelajah Koeboeran Londo dapat memberikan inspirasi dan menjadi sarana edukasi, dan menjadi salah satu Kampung Tematik yang diperhitungkan di Kota Malang,” pungkasnya. (Har)