

Ya, bukan prestasi yang patut dibanggakan memang. Sebagai daerah yang memiliki jumlah positif Covid-19 tertinggi di Indonesia pada 26 juli 2020.
Berkaitan dengan hal itu, Wakil Ketua KKN UMM Haitsam Nuril Brantas Anarki mengatakan, bahwasanya tingkat kesadaran di masyarakat sudah tidak berlaku, dan sekaligus PSBB juga menjadi penyebab utamanya.
“Kesadaran untuk menjaga kesehatan ditengah berhentinya PSBB perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, kami mahasiswa yang melakukan Pengabdian Masyarakat oleh mahasiswa (PMM) Bhaktimu Negeri UMM merasa perlu, untuk sekadar mengedukasi kesadaran terhadap masyarakat.
“Dari sebab itu, guna untuk menanggulagi sekaligus mencegah akan penyebaran dan penularan wabah Covi-19, kami membuat faceshield sebagai langkah antisipasi penularannya,” kata Nuril sapaan akarabnya.
Menurutnya, faceshield yang ia buat sendiri sebenarnya hanya untuk digunakan oleh petugas penyaluran BPNT Desa Ngroto. Namun, jelas dia dalam kondisi pandemi seperti ini, perlu ada perbedaan dengan bulan-bulan sebelum Covid-19.
“Oleh sebab itu, kita wajib menjaga kebersihan dari cuci tangan, selalu eajib menggunakan masker. Selain itu, juga tetap harus memiliki kesadaran untuk menjaga jarak dan juga dilakukan pengecekan suhu tubuh,” terang dia.
Masiswa yang berasal dari Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ini juga memaparkan, bahwa dirinya juga kerap acapkali melakukan interaksi dan bertatap muka dengan banyak orang.
“Ya, ada sekitar 900 penerima bantuan pangan tersebut datang ke Balai Desa. Oleh sebab itu masyarakat desa dirasa perlu adanya antisipasi untuk terus memakai masker dan ditambah dengan memakai faceshield, agar tidak ada penularan Covid-19 yang masuk melewati wajah,” bebernya.
Alasan Nuril mengapa penggunaan faceshield, karena selain bahan yang mudah didapat juga melihat belum ada petugas yang memakainya.
“Karena biasanya hanya menggunakan masker, dan masker yang digunakan adalah masker kain yang tingkat keefektifannya mencapai 70 persen. Kami melihat tenaga medis dalam pemberantasan penularan Covid-19 selain menggunkan masker, juga harusnya menggunkan faceshield, dan hal tersebut bisa kita contoh agar tidak terjadi penularan Covid-19,” ungkap dia.
Ditambahkan dia, peningkatan kesadaran perlu ditingkatkan selain melihat kondisi masyarakat dewasa ini yang tidak bisa lagi hanya berdiam diri sebatas di rumah saja.
“Namun, banyak hal yang perlu diperbaiki dalam masalah tersebut. Fokus yang kami pilih adalah peningkatan kesadaran masyarakat sendiri dengan cara salah satunya membagikan faceshield ini. Kami memantau penggunaan masker di Kecamatan Pujon, terutama ditempat umum sudah terjadi penurunan, contoh di Pasar Baru Pujon, semua yang datang diwajibkan memakai masker,” tukasnya.
Namun, berdasarkan pantauannya, realitanya berbanding terbalik. Bahkan, mulai banyak yang tidak memakai masker. Walaupun memakai, lanjut Nuril hanya sebatas saja.
“Ya, karena memakainya hanya di mulut, yang tidak menutupi hidung. Nantinya, jika hal ini tetap dilakukan maka persebaran ini akan terus berlanjut di banyak tempat umum yang sudah mulai ramai. Termasuk tempat-tempat wisata, rumah makan, pasar, bajkan rumah ibadah. Karena sudah dianggap new normal, maka sudah bisa melakukan aktifitas ditempat umum dan mengabaikan protokol kesehatan,” urai dia.
Sementara itu, secara terpisah, Moh. Jufri selaku dosen pembimbing di lapangan mengaku sangat mengapresiasi dan memberikan motivasi, agar mahasiswa PMM bimbingannya selalu berenovasi untuk membantu menyadarkan masyarakat.
“Pentingnya pemakaian masker dan pelindung wajah, serta mematuhi protokol kesehatan Covid-19 yang telah ditetapkan aturan dari pemerintah, terutama pada petugas BPNT yang selalu berinteraksi dengan masyarakat banyak. Dan itu mudah sekali terpapar,” tandas Jufri.
Pewarta: Eko Sabdianto
Editor: Andi Rachmanto
Publisher: Edius